Ditulis oleh Albin Sayyid Agnar, diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Cara Membuka Hati untuk Orang Lain – Teman-teman sudah pada punya pacar baru, tapi kamu sendiri masih stuck di masa lampau dengan kisah cintamu yang kandas. Arghhh, situasi kayak gini bikin frustrasi nggak sih?
Yah, gimana, yaaa? Cinta memang bisa menyakitkan, tetapi menerima cinta juga penting untuk kesejahteraan hidup kita. Masalahnya, keengganan membuka hati setelah patah hati itu nggak mudah disembuhkan. Nah, di artikel ini, Riliv mau mengajak kamu mengetahui bersama tentang pentingnya, serta bagaimana cara membuka hati untuk orang lain supaya kamu nggak terjebak dengan masa lalumu!
Are You Ready to Trust Again?
Pertanyaan di atas mungkin pernah terganjal di pikiran kita. Bagaimanapun juga, trust issues seringkali menjadi alasan mengapa seseorang kurang mau membuka diri pada orang lain. Biasanya, trust issues terjadi karena seseorang pernah disakiti oleh orang lain di masa lalunya, sehingga ia pun berusaha mencegah dirinya tidak lagi terluka oleh seseorang yang dia sayangi.
Dalam teori psikologi Erik Erikson, tahap trust vs mistrust penting sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Seorang anak yang memiliki hubungan secure dengan orang tuanya akan mampu membangun hubungan sosial yang sehat dengan orang lain serta dengan dirinya sendiri. Pernah merasa tidak percaya diri? Itulah salah satu akibat dari kurangnya trust anak terhadap caregiver atau orang tuanya menurut Erikson.
Jika kamu nggak mampu membangun trust dengan orang lain karena hal-hal pahit di msa lalu, kamu akan merasa kesepian, lho! Dalam artikel Science Daily oleh University of Bonn, trus issues yang dialami seseorang bisa memicu kesepian, yang bisa berujung pada kecemasan dan depresi. Hal ini dikarenakan secara alamiah, manusia selalu berusaha mencari koneksi dari lingkungannya. Hierarki kebutuhan Abraham Maslow sendiri juga pernah menyebutkannya, lho! Needs of belonging adalah salah satu kebutuhan esensial yang menunjang kehidupan manusia. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, kita akan merasa terpisah dari kehidupan dan tidak dihargai oleh orang lain.
Membuka Hati Tidaklah Mudah, Tapi…
Jika kamu nggak mau mencoba membuka hati, kamu akan terjebak dalam ketidakpastian yang membuatmu stres dan cemas. Riset Goodfellow (2022) mengonfirmasi hal ini, karena well-being kita secara fisik maupun psikologis bergantung kepada keberadaan orang lain sebagai support system kita. Berikut ini cara-cara membuka hati yang sudah Riliv rangkum buat kamu!
Lupakan rasa patah hati di masa lalu
Riliv memahami bahwa kamu mungkin masih terluka oleh patah hati yang kamu rasakan, namun yang kamu lalui tersebut pasti juga dilalui orang lain. Jika orang lain bisa bangkit dari patah hatinya, kamu pasti juga bisa! Dilansir dari Jordan Gray Consulting, cobalah melakukan refleksi diri, khususnya mengenai kejadian seperti apa yang membuat kamu patah hati tersebut. Semua hal menyakitkan itu terjadi di masa lalu, sedangkan kita sebagai manusia tidak bisa menentukan seperti apa masa depan kelak. Bukan berarti kejadian yang sama akan terjadi di kemudian hari.
Kamu tidak bisa menghadapi masa depan jika kamu tetap terpaku pada masa lalu. Jadi, lepaskan segala perasaan dendam atau sakit yang kamu alami, dan sadari bahwa kamu harus melalui pengalaman-pengalaman menyakitkan ini untuk berubah dan belajar. Kamu harus belajar untuk melupakan masalah dan hal-hal yang telah menyebabkan kamu bersedih, dan menerima masa lalu apa adanya.
Tentu saja, semua orang membutuhkan waktu untuk pulih secara emosional setelah hubungan yang serius itu kandas, tetapi biarkan perasaan itu bergerak masuk melaluimu, dan move on. Cobalah menikmati hidup di saat ini daripada merenungkan masa lalu.
Kemudian, ada teori Carl Jung tentang inner child yang relevan dengan tema ini. Jika kamu merasa bahwa masa lalumu adalah penyebab kamu kurang memiliki trust dengan orang lain, itu artinya kamu harus mulai membereskan hubungan kamu dengan inner child, sehingga kamu bisa mulai membangun outlook yang positif tentang hidupmu di masa kini. Mungkin selama ini kamu lupa, bahwa inner child seringkali diabaikan kebutuhannya. Padahal, segala kenangan buruk maupun baik di masa lalu tersimpan olehnya.
Sebelum membuka hati untuk orang lain, coba maafkan mereka yang menyakitimu
Memaafkan orang-orang yang sudah membuat kamu patah hati membutuhkan dada yang lapang dan sikap legowo. Kebencian hanya mempengaruhi orang yang merasakannya. Jika kamu menyimpan rasa bencimu, selamanya kamu akan terus berpikiran negatif terhadap orang lain. Terlalu banyak berpikir negatif bisa bikin kamu frustrasi, burnout, dan membuat kamu mengalami gejala depresi.
Maka dari itu, jika kamu ingin melepaskan rasa sakit di masa lalu, kamu harus bisa memaafkan orang-orang yang telah menyakitimu. Baik itu secara langsung, tertulis, atau hanya dalam benakmu, cobalah untuk memaafkan orang-orang itu. Berterimakasihlah atas apa yang kamu pelajari dan alami selama hubungan yang kamu jalani, dan doakan yang terbaik untuk orang-orang yang pernah dekat denganmu.
Lagipula, buat apa terus-menerus mendendam pada mereka yang menyakitimu, jika dirimu saat ini sudah berada di tempat yang lebih baik? Mulailah menghargai hal yang benar-benar kita miliki saat ini, termasuk orang-orang di sekitarmu yang senantiasa menemani.
Jangan berharap lebih dengan apa yang terjadi dengan hubunganmu ke depan
Terlalu banyak berharap bisa membuat kita sakit hati juga, lho! Soalnya, hidup hampir tidak pernah berjalan seperti yang diharapkan. Jika kamu nggak mau kecewa, mungkin kamu harus menurunkan ekspektasi dan berhenti mengantisipasi sesuatu yang belum jelas.
Meskipun demikian, punya harapan nggak selamanya buruk, kok. Riset oleh Smithson (2022) menyatakan bahwa harapan bisa menjadi sumber optimisme, dan kita butuh harapan untuk menjalani hidup yang penuh ketidakpastian. Apalagi, ketika kita berada dalam situasi yang tidak mengenakkan, harapan bisa menjadi cara untuk memunculkan resiliensi dalam diri kita.
Namun, yang perlu dicatat adalah, tidak ada orang yang bisa memprediksi apa pun, mulai dari orang-orang, cuaca, hingga seperti apa hidupmu, bahkan 5 menit ke depan. Nikmati saja perjalanannya dan ambil nilai-nilai kehidupan yang didapat. Jangan berharap atau menuntut situasi tertentu dari kehidupan. Ingat, alam semesta akan selalu memberi apa yang kamu butuhkan, bahkan jika itu berbeda dari yang kamu inginkan saat itu.
Fokus untuk mencintai diri sendiri
Langkah termudah untuk menarik seseorang yang akan mencintaimu adalah menumbuhkan perasaan itu di dalam dirimu. Karena, yah, bagaimana kamu bisa mengharapkan orang lain untuk mencintai dirimu, jika kamu bahkan tidak mencintai dirimu sendiri?
Menyambung teori trust vs mistrust yang sudah disampaikan di uraian sebelumnya, Erikson mengatakan bahwa setiap manusia yang mengembangkan identitas dirinya membutuhkan komitmen dan eksplorasi diri, menentukan tujuan hidup, dan berpegang teguh terhadap nilai-nilai yang mereka anut. Dari situlah seseorang akan belajar untuk memahami bahwa ia sudah menjadi manusia yang berbeda dari dirinya sebelumnya. Jika kamu ingin mengetahui nilai apa yang kamu anut, mungkin sudah waktunya kamu melepaskan kendali akan hal-hal di luar sana, termasuk menyimpan dendam pada yang menyakitimu, dan belajar untuk memprioritaskan dirimu sendiri. Kamu bisa menggunakan sebagian waktumu untuk mengikutitraining, bootcamp, atau lanjutkan pendidikanmu. Fokuslah untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Fokus pada hal positif yang dimiliki oleh setiap orang
Setelah putus cinta, kamu mungkin akan merasa begitu marah, kecewa, dan sedih terhadap kejadian tersebut. Alhasil, kamu jadi terlalu fokus pada hal-hal terburuk dalam diri setiap orang yang kamu kenal dan temui. Kamu jadi percaya bahwa setiap orang yang datang pasti memiliki niat buruk denganmu, padahal anggapan ini tidak selamanya benar. Jika kamu sudah menolak berhubungan dengan mereka, bagaimana kamu bisa menilai mereka secara objektif? Siapa tahu bahwa yang mereka tampilkan di hadapanmu itu hanyalah bagian dari open self dalam Jendela Johari.
Jendela Johari adalah model yang dicetuskan oleh Joseph Luft dan Harrington Ingham pada tahun 1955. Model ini menyatakan bahwa setiap manusia memiliki empat bagian diri yang disebut sebagai kuadran, yaitu open self (diri yang diketahui oleh orang lain dan dirinya sendiri), blind self (diri yang tidak diketahui olehnya namun diketahui orang lain), hidden self (diri yang disembunyikan olehnya namun tidak diketahui oleh orang lain), dan unknown self (diri yang tidak diketahui oleh dirinya maupun orang lain). Jadi, jika kamu belum sampai mengetahui hidden self seseorang, berarti kamu belum mengenalnya sepenuhnya, karena hidden self ini memang jarang dibagikan kepada orang lain.
Setiap orang memang punya sisi baik dan buruknya yang tak bisa kamu kontrol. Jadi, jangan terlalu cepat menilai orang yang hadir dalam kehidupanmu. Jika mereka baik padamu, hargailah kebaikan mereka sebaik-baiknya, selama mereka masih ada di sekitarmu. Sebaliknya, jika mereka mengecewakan, yah… memang begitulah hidup, bukan? Segala hal bisa terjadi dalam hidup kita, orang bisa datang dan pergi, entah karena waktu, atau karena usia. Bukan urusan dan kewajibanmu untuk mengekang mereka.
Jika kamu masih kesulitan membuka diri tapi merasa kesepian, Riliv siap mendengar semua keluh kesahmu! Yuk, konsultasi bareng psikolog Riliv biar kamu makin mantap move on dari rasa sakit di masa lalu!
Referensi:
- APA Dictionary of Psychology. (n.d). Basic trust versus mistrust. Retrieved from American Psychological Association: https://dictionary.apa.org/basic-trust-versus-mistrust
- Astuti, A. S. D. (2021). Menemukan dan Mengenal Diri Melalui Teori Johari Window. Retrieved from Kampus Psikologi: https://kampuspsikologi.com/cara-mengenal-diri-sendiri/
- Dzilhaq, N. C. (2022). Pesan Naruto tentang Inner Child dan Pengembangan Diri. Retrieved from Kampus Psikologi: https://kampuspsikologi.com/pesan-naruto-tentang-inner-child-dan-pengembangan-diri/
- Goodfellow, C., Hardoon, D., Inchley, J., Leyland, A. H., Qualter, P., Simpson, S. A., & Long, E. (2022). Loneliness and personal well-being in young people: Moderating effects of individual, interpersonal, and community factors. Journal of adolescence, 94(4), 554–568. https://doi.org/10.1002/jad.12046
- Kelly J. D., 4th (2019). Your Best Life: Managing Negative Thoughts-The Choice is Yours. Clinical orthopaedics and related research, 477(6), 1291–1293. https://doi.org/10.1097/CORR.0000000000000791
- Nadya, W. (2021). Trust Issue: Pengertian, Tanda, Cara Mengatasi. Retrieved from Kampus Psikologi: https://kampuspsikologi.com/trust-issue/
- Smithson, M., Shou, Y., Dawel, A., Calear, A. L., Farrer, L., & Cherbuin, N. (2022). The Psychological Benefits of an Uncertain World: Hope and Optimism in the Face of Existential Threat. Frontiers in psychology, 13, 749093. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.749093