Mendendam itu tidak ada gunanya, hanya membuat kita sengsara saja. Maka dari itu, kita dianjurkan supaya tidak mudah menaruh dendam. Lalu, bagaimana cara mudah memaafkan?
Pernah merasa dendam dengan orang lain adalah hal yang wajar. Sebagai manusia, dendam dianggap sebagai suatu bentuk emosi positif dalam jangka pendek.
Misalnya, saat kita diperlakukan semena-mena oleh orang lain. Mungkin kamu jadi ngomel sendiri, “aku nggak pantes diginiin, aku harus bisa lebih tegas lagi.”
Lain halnya kalau dendam dipelihara dalam jangka panjang. Mendendam dengan tujuan membalas kejahatan orang yang sudah membuat sakit hati dapat berujung pada emosi negatif seperti kemarahan, yang justru berdampak buruk bagi kesehatan mental dan psikologis kita.
Melansir Psychology Today, mendendam bisa meningkatkan produksi hormon kortisol atau hormon stres. Jika produksi hormon ini melambung dalam tubuh, tekanan darah dan detak jantung juga akan meningkat. Sedangkan hormon oksitosin atau hormon cinta menurun.
Studi terkait hal ini pernah dilakukan oleh Kevin Carlsmith dari Colgate University. Ia menemukan bahwa orang gemar memelihara dendam bertahun-tahun lamanya karena mampu membuat mereka merasa nyaman, kepuasan, dan perasaan lebih baik.
Memaafkan orang lain memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun perlahan, kita harus melepaskan rasa dendam demi kesehatan batin dan pikiran.
Dear, jangan sampai kamu jadi merugi sendiri. Yuk, simak tips dan cara mudah memaafkan dari Riliv agar tidak mudah mendendam di bawah ini!
1. Stop memikirkan target dendam!
Photo by Craig Adderley from Pexels
Kalau sampai saat ini orang yang menyakitimu masih sering kamu pikirkan, artinya, orang itu masih dipelihara dalam pikiran.
Singkatnya, kamu hanya memelihara penyakit untuk diri sendiri. Orang yang menyakitimu sih lagi haha hihi menikmati hidupnya. Kalau gitu, yang rugi kita sendiri, bukan?
Cara mudah memaafkan yang bisa kamu lakukan adalah dengan membuang jauh-jauh antusiasmu untuk memikirkan orang tersebut demi kebaikan diri sendiri. Anggap saja, semua orang juga pernah melakukan kesalahan, termasuk dirimu. Dear, dengan memaafkan, kamu bisa jadi lebih lega untuk menjalani hidup.
Guru besar psikologi sekaligus pendiri International Forgiveness Institute, Robert Enright, mengatakan bahwa mendendam hanya bikin rugi diri sendiri bertubi-tubi, pertama saat kamu disakiti kali pertama dan kedua, saat kamu masih memikirkan orang tersebut.
2. Untuk mudah memaafkan, alihkan rasa dendam dengan kegiatan yang lebih bermanfaat
Kalau sering terlintas untuk balas dendam, coba deh anggap saja itu hanya pikiran negatif yang muncul sesaat dan yakini diri supaya tidak merealisasikannya. Karena dendam berasal dari masa lalu yang sudah lewat, lebih baik kita fokus dengan yang ada di depan mata.
Daripada buang-buang energi untuk mendendam, lebih baik energinya dialihkan dengan melakukan kegiatan bermanfaat. Memang tidak bisa sepenuhnya memaafkan dalam sekejap. Wajar jika dalam prosesnya kamu masih menyimpan dendam. Yang penting, kamu bisa mendistraksi pikiran negatif itu secara perlahan.
Seorang psikolog, Stacy Rosenfeld mengatakan bahwa setiap pikiran dendam itu muncul, pertama-tama akui pikiran itu secara legowo, kemudian distraksi pikiran dengan memikirkan diri sendiri.
3. Posisikan dirimu dengan orang yang menyakitimu bisa bantu mudah memaafkan
Dalam berbagai situasi, kita sebisa mungkin melihat suatu hal dari persepsi atau sudut pandang orang lain. Dear, kamu bisa mencoba menempatkan diri kamu di posisi orang tersebut dan cari apa yang mendorong orang itu melakukan hal menyakitkan.
Hal ini bisa membuatmu merasionalisasi perbuatan mereka supaya kamu juga jadi lebih mudah memaafkan dan tidak mudah dendam.
4. Jika masih tidak mudah untuk memaafkan, kamu bisa konsultasi dengan psikolog
Photo by Polina Zimmerman from Pexels
Sah-sah saja untuk curhat ke orang-orang terdekat seperti teman, keluarga, maupun pacar. Orang terdekat memang bisa jadi pendengar yang baik. Namun, terkadang mereka bisa jadi tidak objektif dalam memberi solusi. Terkadang, mereka jadi lebih condong membela kamu karena adanya bias.
Kalau kamu butuh pendengar yang baik, peduli, memvalidasi emosi namun tetap bisa memberikan solusi yang jujur serta tulus dari sudut pandang objektif, kamu bisa melakukan konsultasi dengan psikolog.
Tak perlu khawatir jika kamu nggak punya banyak waktu untuk mengunjungi profesional. Dengan aplikasi Riliv, kamu bisa melakukan konsultasi online dengan para profesional yang sudah berlisensi.
Sumber:
- Bergland, Christoper. 2015. Holding a Grudge Produce Cortisol and Diminishes Oxytocyn. Psychology Today
- Interview with Robert D. Enright About The Forgiving Life. Retrieved from American Psychological Association