Ciri-ciri pendengar yang baik – Menjadi pendengar yang baik bukanlah hal yang mudah. Kebanyakan orang lebih suka berbicara tentang dirinya sendiri, karena beberapa area dalam otak teraktivasi secara positif ketika mereka melakukan itu, seperti memakan makanan enak.
Padahal, mendengarkan adalah salah satu kemampuan komunikasi yang dapat mengembangkan hubunganmu dengan orang lain, lho. Coba, deh, bagaimana rasanya kalau kamu curhat kepada temanmu, tetapi ia malah sibuk membalas pesan di handphone-nya. Pasti, tidak mengenakkan, ya!
Kalau kamu melakukan hal yang sama kepada orang lain, mereka juga akan merasa enggan untuk mendengarkan ceritamu. Kemudian, hubungan yang kamu punya akan menjadi semakin renggang, bahkan berujung pada konflik.
Kamu tidak mau hal itu untuk terjadi, ‘kan? Jadi, apa, sih, ciri-ciri pendengar yang baik—apa do’s and don’ts yang harus kamu lakukan ketika mendengarkan cerita seseorang?
1. Memberikan perhatian penuh
“Cerita aja, aku ada buat kamu, kok.”
Kira-kira, itulah hal yang dapat disampaikan ketika kamu memutuskan untuk fokus pada perkataan temanmu. Berkat perhatian yang kamu berikan, selain membuat lawan bicaramu merasa dihargai, mereka juga akan terdorong untuk bercerita sampai selesai.
Do: Lakukan kontak mata, yang mengartikan ketertarikan dan kesopanan dalam berkomunikasi. Namun, hindari menatap secara terlalu intens. Bisa-bisa, temanmu malah merasa tidak nyaman.
Don’t: Terdistraksi oleh gadget, buku, atau hal-hal lain yang menghambat proses untuk mendengarkan temanmu dengan baik. Singkirkan untuk nanti, luangkan waktu untuk temanmu.
2. Ciri-ciri pendengar yang baik: Tidak memotong pembicaraan
Kamu mungkin berpikir, “Komunikasi, ‘kan, dilakukan secara dua arah. Masa, aku nggak boleh ngomong juga, sih?”
Well, kamu tidak salah. Tapi, dalam berkomunikasi, ada waktunya sendiri. Siapa tahu, pikiran temanmu sangat kalut, hingga tidak punya kapasitas untuk memproses apa yang kamu katakan, dan mereka hanya membutuhkan seseorang untuk mendengarkan.
Do: Biarkan lawan bicaramu bercerita sampai selesai. Jangan memotong! Selain terkesan tidak sopan, hal tersebut juga akan membuat temanmu bingung; ia telah berbicara sampai mana.
Don’t: Menimpali, “Sama, aku juga.” Mungkin, kamu ingin memberitahu bahwa ia tidak merasakan semuanya sendirian, tetapi mengalihkan fokus kepada dirimu justru malah terlihat insensitif.
3. Bertanya untuk mengkonfirmasi
Meski tidak disarankan untuk memotong pembicaraan, bertanya untuk mengkonfirmasi itu perlu. Tidak ada gunanya diam dan mendengarkan kalau kamu kebingungan akan apa yang dibicarakan. Jadi, bertanyalah atau memberikan feedback ketika ada kesempatan.
Do: Tunggu hingga ada jeda, sehingga kamu dapat bertanya atau menyimpulkan, “Jadi, akhirnya kamu merasa kesal, ya?” Pokoknya, kata-kata yang memastikan kamu berada dalam jalan yang benar untuk memahami cerita mereka.
Don’t: Bertanya tentang sesuatu yang ada di luar topik, misalnya tentang kabar teman yang ia sebutkan. Selain mengalihkan fokus ke hal yang tidak berhubungan, temanmu akan merasa sia-sia bercerita, karena poin yang penting justru tidak didengarkan olehmu.
4. Memperhatikan gestur tubuh
Kemampuan mendengarkan tidak hanya bersangkutan dengan komunikasi verbal atau kata-kata saja, tetapi juga komunikasi non-verbal, yaitu intonasi suara, mimik wajah, body language, dan lain sebagainya. Ketika kamu memperhatikan gestur saat temanmu bercerita, kamu akan mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh.
Do: Bersikap empatik. Rasakan apa yang temanmu rasakan; cobalah untuk membayangkan apa yang terjadi di dalam benakmu, dan apa yang kamu lakukan jika kamu berada dalam posisinya.
Don’t: Berasumsi kalau kata-kata saja cukup untuk mewakilkan perasaan temanmu. Ingat, menerjemahkan perasaan ke dalam kata-kata bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan—dan mungkin saja, arti implisitnya terletak dalam komunikasi non-verbalnya.
5. Open-minded ciri-ciri pendengar yang baik
Seperti yang kita ketahui, komunikasi dijalankan oleh dua pihak dengan pemikiran dan pandangan yang berbeda mengenai dunia. Bisa saja, perilaku temanmu membuatmu mengernyitkan dahi dan berpikir, “Kalau aku jadi dia, aku nggak mungkin melakukan hal yang sama.”
Stop berpikiran seperti itu! Pikiran yang judgemental akan menghalangimu untuk mendengarkan cerita temanmu secara efektif, karena kamu terburu-buru menghakimi apa yang telah dilakuakan oleh temanmu.
Do: Dengarkan tanpa menghakimi. Pahami bahwa temanmu hanya dapat menggunakan kata-kata yang terbatas untuk mewakili apa yang ia rasakan.
Don’t: Memberi solusi yang tidak diminta. Terkadang, temanmu hanya ingin didengarkan. Kalau mereka terlihat membutuhkan solusi, kamu bisa bertanya, “Kamu mau denger opiniku, nggak?”
Setelah membaca ciri-ciri pendengar yang baik di atas, dapat disimpulkan kalau menjadi pendengar yang baik memang bukan pekerjaan yang mudah, ya? Tapi, kamu bisa, kok, perlahan-lahan menguasai cara mendengar secara efektif—mulailah dari memperhatikan apa yang dibicarakan, ya!
Kamu tentu bisa menjadi pendengar yang baik. Tapi, jika saat ini kamu yang membutuhkan pendengar yang baik, Riliv Konseling mampu mendengarkan, memahami, dan memberi solusi dari segala permasalahan yang kamu alami. Berkonsultasi dengan Psikolog Riliv membantumu mencapai kesehatan mental di setiap harinya. Selamat mencoba!
Referensi:
- forbes.com. 10 Steps of Effective Listening
- mindtools.com. Active Listening – Communication Skills Training
Ditulis oleh Adinda Mauradiva
Baca Juga:
Menjadi Teman Baik Gimana Caranya? Ini Jawabannya!