Kesehatan Mental – Akhir-akhir ini kita udah sering dengar banyaknya kampanye isu kesehatan mental, khususnya di media sosial. Mulai dari pembahasan soal apa itu kesehatan mental sampai berbagai tips buat coping stres dan lainnya. Melihat kondisi ini, tentu anak muda punya akses informasi yang lebih besar. Mengingat banyaknya anak muda yang aktif di media sosialnya. Mulai dari usia remaja hingga dewasa muda. Tapi, sebenarnya kenapa isu ini penting buat dibahas? Apa isu ini punya dampak besar?
Dampak gangguan kesehatan mental juga bukan dialami orang dewasa aja, tapi juga remaja. Dilansir dari salah satu artikel Health Line tentang ‘Mental Health Basics: Types of Mental Illness, Diagnosis, Treatment, and More’ ada beberapa penyebab gangguan ini seperti faktor gen, lingkungan, kebiasaan, dan biologis. Selain itu, pengalaman traumatis juga punya perngaruh. Misalnya, pengalaman kehilangan orang tersayang, pelecehan seksual, perceraian, dan lainnya. Jadi berbagai pengalaman baik itu menyenangkan atau bukan bisa mempengaruhi kesehetan mental remaja.
Menurut data dari WHO 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24 tahun. Dilansir juga dari Alodokter, ada sekitar 47% kasus bunuh diri di usia remaja yang terjadi di Indonesia. Melihat kedua data ini, pastinya cukup bikin kita tercengang tentang banyaknya masalah kesehatan mental remaja, bukan?
Mirisnya, hal ini masih dianggap sepele. Bahkan dianggap wajar terjadi sebagai bagian dari fase pubertas. Padahal, bila dilihat lebih jeli lagi ada perbedaan yang cukup signifikan antara sikap remaja sebagai ciri gangguan mental dan sikap yang memang bagian dari fase pubertas. Hal-hal seperti ini yang sebenarnya perlu jadi perhatian kita bersama, untuk coba lebih teliti dalam menggali akar masalahnya. Bahkan jika dirasa sudah mengkhawatirkan, nggak ada salahnya untuk coba konsultasikan dengan psikolog ahli profesional. Karena menganggap sepele gangguan mental pada remaja, bisa berdampak sangat besar untuk masa depannya. Apa aja sih, dampaknya? Yuk lanjut scroll sampai selesai
1. Susah Menjalin Hubungan yang Harmonis
Pertemanan usia remaja mungkin sering dipandang sebelah mata. Tapi nyatanya,masa remaja adalah fase-fase dimana mereka mulai mencari jati diri dan pencarian teman sejati untuk kehidupan dalam lingkup sosial yang lebih luas. Umumnya, seseorang akan mengalami titik kejenuhan menjalin pertemanan secara murni (tanpa urgensi tertentu) ketika mereka memasuki usia dewasa. Sehingga gangguan mental pada remaja yang tidak segera ditangani akan membuat mereka kesulitan untuk punya hubungan pertemanan yang baik. Nggak cuma hubungan pertemanan, tapi hubungan keluarga atau percintaannya pun juga bisa ikut terganggu. Tentunya hal ini punya dampak besar bagi kehidupan remaja yang berpotensi mempengaruhinya saat usia dewasa. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih sensitif yang nantinya akan jadi kendala mereka dalam menjalin hubungan harmonis.
2. Sering Ada Keluhan Fisik
Pada dasarnya, kesehatan mental dan fisik saling berkaitan seperti yang disampaikan Charles Goodstein, seorang profesor klinis psikiatri di Langone School of Medicine New York University, bahwa perasaan dan pikiran kita akan memicu pelepasan sistem endokrin yang mengatur pelepasan hormon dan mempengaruhi sistem kerja organ tubuh seseorang. Itu kenapa ketika kondisi kesehatan mental remaja itu buruk, otomatis berpengaruh ke kesehatan fisiknya juga. Terlebih lagi kalau gangguan mental sudah dialami sejak lama dan bikin frekuensi keluhan fisik jadi lebih sering muncul. Misalnya keluhan seperti nyeri otot, sakit kepala, masalah pencernaan, dan masih banyak lagi.
3. Kompleksitas Gangguan Kesehatan Mental Berujung Bunuh diri
Ketika remaja mengalami gangguan kesehatan mental, ada beberapa tanda yang dirasakan. Mulai dari merasa nggak berharga, nggak berguna, nggak dicintai & disayangi, dan masih banyak lagi. Hal ini bisa memicu munculnya perasaan-perasaan negatif yang kuat dan mendorong remaja buat ambil tindakan ekstrim seperti bunuh diri. Dilansir dari salah satu artikel Perpustakaan Geografi UGM berjudul ‘Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja’ tingkat gejala depresi bisa mencapai 6,2% pada remaja berusia 15-24 tahun. Bila depresi ini teru sdibiarkan dan berkembang menjadi depresi berat, bisa mengalami kecenderungan buat menyakiti diri sendiri (self harm). Ada sekita 80-90% kasus bunuh diri akibat kecemasan dan depresi. Menurut ahli suciodologist ada 4,2% siswa di Indonesia yang pernah berpikir buat bunuh diri. Selain itu, kasus bunuh diri di Indonesia mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus. Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti tekanan dalam bidang akademik, perundungan(bullying), faktor keluarga, dan permasalahan ekonomi.Dampak buruk lainnya yang bisa aja terjadi yaitu bunuh diri.
Untuk itu, sebagai orang dewasa udah sewajarnya menjadi tugas kita buat lebih peka dan perhatian terhadap remaja yang memiliki gangguan kesehatan mental. Karena setiap keluhan yang mereka ungkapkan, kenakalan yang mereka tunjukkan, bukan berarti selalu mengindikasikan fase pubertas dan sekedar cari perhatian.
Ingat, selalu ada dampak buruk menanti dari pengabaian gejala-gejala yang tampak. Kamu bisa mengantisipasi hal ini dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk dipercaya dalam berekspresi dengan tunjukkan kasih sayang dan ajak bicara dari hati ke hati. Jangan ragu temani mereka mencari bantuan psikolog profesi untuk masa depan remaja yang lebih baik.
Referensi:
Darurat Kesehatan Mental Bagi Remaja. egsa.geo.ugm.ac.id
Dampak Buruk Akibat Kesehatan Mental yang Tidak Baik. covid.go.id
Mengenali Pentingnya Kesehatan Mental pada Remaja. yankes.kemenkes.go.id
Physical Health and Mental Health. mentalhealth.org.uk
Adolescent Mental Health. who.int
Mental Health Basics: Types of Mental Illness, Diagnosis, Treatment, and More. healthline.com
Ciri-Ciri Gangguan Mental Pada Remaja yang Perlu Orang Tua Tahu. alodokter.com