Sudahkah kamu tahu bahwa gangguan bipolar atau kondisi mental lainnya tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan artikel kesehatan saja? Hal ini sungguh berbahaya jika dilakukan tanpa dilandasi ilmu yang memadai.
Namun sayangnya, masih banyak yang melakukan self diagnose hanya berdasarkan ‘ilmu’ yang didapat dari artikel-artikel yang dengan mudah ditemukan.
Lantas, bagaimana efeknya? Apa yang harus dilakukan?
Stop menyimpulkan keluhanmu hanya berdasarkan browsing internet semata!
Mudahnya akses teknologi dan internet saat ini tak jarang membuat sebagian orang jadi malas mencari ilmu secara offline atau langsung, dan mudah menyimpulkan sesuatu berdasarkan informasi dangkal semata.
Padahal, semua hal yang ada kaitannya dengan kesehatan fisik pun tak cukup dipahami hanya dengan membaca artikel internet. Diperlukan riset, diskusi, bahkan konsultasi secara langsung dengan para pakar yang berkaitan.
Sayangnya, beberapa orang dengan mudahnya mengasumsikan yang terburuk tentang gejala yang dialami, dan berusaha menghilangkan gejalanya sendiri tanpa pergi ke dokter atau para ahli di bidangnya.
Dear, mulailah kurangi kebiasaan tidak baik ini!
Membaca artikel ataupun mencari sesuatu di internet bukan hal yang salah sama sekali.
Yang salah adalah ketika hanya mengandalkan informasi tersebut sebagai ilmu satu-satunya tanpa mau memastikan kebenarannya pada orang yang tepat.
Jangan pernah ragu mengonsultasikannya pada orang yang ahli.
Jika ragu, kamu bisa memulainya dengan Riliv.
Terdapat banyak pakar psikologi yang siap memberikan jawaban atas apa yang kamu hadapi, Dear.
Self-diagnose pada gangguan bipolar hanya akan menambah kepanikan
Ketika orang-orang membaca tentang artikel diagnosa suatu penyakit, atau dalam hal ini gangguan bipolar, kemungkinan besar dapat menyebabkan histeria pada pembaca yang sedang mengalami gejalanya.
Hal tersebut terbilang wajar, karena manusia memiliki naluri untuk merasa khawatir tentang kemungkinan terburuk yang sedang menimpanya.
Sementara jika kamu mengonsultasikannya kepada dokter atau psikolog yang ahli soal ini, justru mereka akan menyampaikannya dengan baik tanpa menimbulkan kecemasan pada dirimu.
Sebab, stres yang disebabkan oleh anggapan terburuk tentang gejalamu sebelum pergi ke dokter bisa memperparah rasa panik yang semakin merugikan kondisimu.
Blog tentang gangguan bipolar ada juga yang menyesatkan, lho!
Ingatlah Dear, siapa pun dapat menulis apa pun dan bagaimana pun yang diinginkan, terutama pada internet atau bahkan yang populer yakni di media sosial.
Terdapat sejumlah blog kesehatan yang ditulis oleh orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk memberikan saran.
Bahkan seringkali, informasinya terlalu umum atau hanya di permukaan saja, serta tidak dilandasi sumber yang kredibel.
Hal ini tentu saja sangat berisiko mendapat informasi yang menyesatkan.
Sebab, setiap orang memiliki riwayat keluarga, faktor risiko, dan riwayat sosial yang beragam dan berbeda.
Sehingga hal ini berpengaruh juga pada proses pengambilan keputusan yang dilakukan dokter ketika memutuskan diagnosis yang tepat.
Pengetahuan valid yang dimiliki dokter tentang kondisi dan riwayat medismu tidak dapat digantikan oleh situs web, Dear.
Self-diagnose pada bipolar disorder memicu pengobatan yang tak valid
Diagnosis yang tidak akurat bisa membuat stres. Risiko yang lebih besarnya lagi adalah bahwa pasien melakukan upaya untuk mengobatinya dengan caranya sendiri.
Hal ini dapat mengarah pada pengobatan yang tidak dapat dibenarkan, dan bahkan dapat memberi dampak yang berbahaya.
Selain itu, kamu juga bisa terserang stres yang tidak semestinya berdampak pada kesejahteraan emosional, yang akan menambah gangguanmu.
Belum lagi bahaya lain mengobati sendiri menggunakan produk dengan efek samping negatif yang tidak terduga.
Satu-satunya cara yang terbaik memanglah berkonsultasi dengan dokter tentang solusi yang tepat dengan kondisimu.
Karena mereka akan dapat memberi tahu tentang risiko yang terkait dengan perawatan yang kamu jalani.
Kebiasaan buruk ini akan membuatmu enggan berkonsultasi pada yang ahli
Dari berbagai kepanikan yang timbul akibat artikel bodong dan diagnosa yang tidak valid, otomatis, kamu cenderung berpikir dua kali untuk memastikannya pada dokter.
Sebab, secara tidak langsung, kamu akan berpikir bahwa tanpa bantuan dokter pun gejala yang sedang dialami bisa disimpulkan dengan mudah.
Kamu pun cenderung memilih jalan lain yang lebih mudah untuk mengobatinya.
Secara psikologis, orang-orang bisa terpaku pada apa yang ia yakini benar, bahkan di hadapan pendapat ahli sekalipun.
Sehingga, untuk menghindari kebiasaan buruk ini, mulailah beranikan diri untuk menanyakan langsung pada ahlinya.
Tidak perlu takut selama niatmu adalah mencari ilmu, Dear.
Memang tidak mudah untuk mengawali langkah besar dalam mencari kebenaran atas apa yang sedang kamu rasakan. Namun, tak ada salahnya untuk memulai secara perlahan.
Lakukan secara hati-hati dan jangan terpaku pada satu sumber saja.
Perbanyak membaca, diskusi, dan konsultasi pada orang yang ahli di bidang kesehatan mental.
Percayalah, semakin kamu mau berusaha, semakin dekat dirimu pada jiwa yang lebih sehat dan bahagia.
Sumber:
- www.psychologytoday.com/intl/blog/debunking-myths-the-mind/201005/the-dangers-self-diagnosi-/
- www.mentalhelp.net/self-help/risks-of-self-diagnosis/-
- www.rasmussen.edu/degrees/nursing/blog/dangers-of-self-diagnosis/-
Ditulis oleh Diva Mosaik.