Kesehatan Mental Remaja – Kesehatan mental remaja masih terdengar asing dibandingkan kesehatan fisik remaja. Pemberian imunisasi atau suntik untuk menangani sakit secara fisik, memang mudah disadari. Sedangkan kesehatan mental adalah sesuatu yang kurang terlihat secara nyata namun sebenarnya mempunyai porsi yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Seberapa penting sih kesehatan mental remaja?
Sebagai remaja masa kini yang ngakunya gaul abis, kita pasti sadar kalau kesehatan mental memegang peranan penting dalam kita. Remaja merupakan fase peralihan dari anak menuju dewasa sehingga terjadi banyak perubahan. Mulai dari perubahan secara fisik, hormonal, kognitif atau kecerdasan, emosi dan perilaku. Dengan proses masa transisi tersebut, remaja biasanya dinilai sebagai kelompok usia sehat. Namun ternyata, kurang lebih 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Jenis masalah kesehatan mental yang umum terjadi adalah depresi dan kecemasan. WHO menyatakan bahwa 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24 tahun. Dalam berbagai kasus, bunuh diri merupakan akibat dari permasalahan kesehatan remaja. Jadi, masihkah kamu menganggap kesehatan mental remaja tidak penting?
Masalah kesehatan mental remaja yang paling akrab dengan gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan beda dengan nervous sebelum naik panggung karena disertai dengan khawatir berlebihan dan ketakutan yang irasional sampai membuat diri merasa menderita. Di Amerika Serikat, lebih dari 6,3 juta kasus remaja mengalami depresi atau 1 dari 4 orang mengalami gangguan kecemasan. Sayangnya, 80% diantaranya tidak pernah ditangani secara serius melalui konseling atau terapi.
Faktanya 1 dari 20 remaja mengalami depresi
Depresi bisa disebabkan oleh banyak hal seperti masalah relasi dengan orang lain, terlibat dengan orang yang ingin bunuh diri, kematian anggota keluarga dan teman dekat, pernah mengalami kekerasan, sakit fisik, melihat perilaku atau pernah mengalami bullying. Pada remaja putri, depresi dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan perubahan hormon setelah remaja mengalami menstruasi.
Menurut Pusat Kontrol dan Pencegah Gangguan, 1 dari 12 remaja setiap tahun memutuskan bunuh diri
Gangguan kecemasan dan depresi yang dialami remaja tanpa pertolongan cenderung mengarah pada rasa putus asa karena merasa tidak ada pengertian dari lingkungan sekitar mereka, seperti teman sebaya, orangtua, juga pasangan. Keputusasaan ini dapat mengarah ke arah bunuh diri, lho! Tentu kita tidak mau hal ini terjadi pada siapapun, kan.
Setelah melihat presentase di atas, yuk lebih peka dengan kesehatan kita masing-masing. Baik secara mental maupun secara fisik. Jika kalian butuh pertolongan, jangan malu untuk menghubungi konselor atau psikolog. Jaman sekarang, gak susah kok buat cari tempat konseling. Hanya butuh niat dan keberanian dari diri kamu sendiri. Kamu bisa memanfaatkan apikasi konsultasi psikologi Riliv untuk melakukan curhat online secara mudah, lho.
Referensi
- http://www.idai.or.id
- https://www.halodoc.com
- http://intisari.grid.id
Aurelia Dias, still trying to be fearless in the pursuit of what sets her soul on fire. She likes to have a deep talk with random person through IG especially about healthy life.
Baca juga:
Catat! 5 Kebiasaan Ini Membuat Kamu Bahagia Setelah Sakit