Beberapa film pernah mengangkat topik mengenai OCD, salah satunya adalah Split, film yang mengangkat cerita seseorang dengan kepribadian ganda. Ingat tidak bahwa salah satu kepribadiannya mengalami OCD? Di dalam film, penderita sering digambarkan sebagai seorang yang sangat rapi dan perfeksionis dalam berbagai hal. Namun sayangnya, tidak jarang film-film ini justru melebih-lebihkan gejala OCD. Lalu sebenarnya, apa sih OCD itu? Lalu, apa penyebab OCD?
OCD atau Obsessive Compulsive Disorder adalah..
Suatu gangguan psikologis yang menyebabkan penderitanya merasa perlu melakukan suatu hal secara berulang-ulang. Apabila tidak melakukannya, penderita akan merasa cemas dan takut.
Dua ciri utama gangguan ini adalah penderitanya yang memiliki pikiran obsesif, perilaku kompulsif (ritual), atau keduanya terhadap objek tertentu. Individu yang memiliki OCD sadar bahwa pikiran obsesif yang dimilikinya tidak rasional. Namun, ia hanya bisa melakukan kegiatan kompulsif untuk menghilangkan kecemasan terhadap pikiran obsesif yang dimilikinya.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa di Amerika 1 dari 40 orang dewasa dan 1 dari 100 anak mengalami OCD. Jumlah yang tidak sedikit bukan?
Pertanyaannya, apa yang menyebabkan OCD?
Nah, kali ini Riliv telah merangkum informasi-informasi seputar penyebab OCD. Yuk, simak baik-baik di bawah ini!
1. Riwayat Keluarga dengan gangguan kecemasan atau OCD bisa menjadi penyebab OCD pada seseorang
Studi yang dilakukan pada saudara kembar dan keluarga telah menemukan bahwa orang dengan kerabat langsung (orang tua, saudara kandung, atau anak) yang mempunyai riwayat OCD atau gangguan kecemasan akan memiliki resiko lebih tinggi mengalami OCD.
Sebuah studi yang dilakukan selama lebih dari 70 tahun menemukan bahwa:
1. Kembar dewasa yang mengalami gejala OCD memiliki peluang 25-47% untuk mewarisi gejala tersebut
2. Anak kembar yang mengalami gejala OCD memiliki tingkat peluang 45-65% lebih tinggi untuk mewarisi gejala OCD
2. Kimiawi Otak
Beberapa penelitian yang mempelajari otak telah menemukan bahwa orang yang menderita OCD menunjukkan aktivitas yang berbeda dan seringkali berlebihan di otak bagian depan, dibandingkan dengan individu yang tidak mengalaminya.
3. Stres dan Pengalaman Traumatik Juga Dapat Menjadi Penyebab OCD
Orang yang menderita pelecehan atau pengalaman traumatik lainnya di masa kecil akan memiliki risiko mengalami gangguan kecemasan, seperti OCD, yang lebih tinggi, dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat seperti itu.
Tenang Dear, OCD dapat diobati, dan seseorang yang memiliki gangguan ini dapat kembali hidup normal…
Penanganan seperti konseling, psikoterapi dengan CBT (cognitive behavioural therapy) atau Response Prevention (ERP) serta konsumsi obat-obatan dapat diberikan pada penderita OCD untuk membantu mengontrol obsesi dan kompulsi mereka.
Selain itu, sebuah studi di Selandia Baru menemukan bahwa diet dan nutrisi yang tepat dapat memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk meredakan gejala OCD dan keparahannya.
Untuk itu, apabila kamu atau temanmu merasa memiliki obsesi yang tidak rasional disertai dengan perilaku kompulsif, jangan malu dan ragu untuk mengunjungi psikolog, dokter atau psikiater, ya.
Jangan segan untuk bicarakan dengan keluarga maupun orang terdekat juga. Kamu membutuhkan semangat dan dukungan dari mereka. Have a nice day!
Disadur dari:
- Van Grootheest, D. S., Cath, D. C., Beekman, A. T., & Boomsma, D. I. (2005). Twin studies on obsessive–compulsive disorder: a review. Twin Research and Human Genetics, 8, 450-458.
- Veale, D. M., Sahakian, B. J., Owen, A. M., & Marks, I. M., 1996. Specific cognitive deficits in tests sensitive to frontal lobe dysfunction in obsessive–compulsive disorder. Psychological medicine, 26, 1261-1269.)
- De Silva, P., & Marks, M. (1999). The role of traumatic experiences in the genesis of obsessive–compulsive disorder. Behaviour Research and Therapy, 37, 941-951.
Written by Syarifah Muadzah, seorang mahasiswa psikologi yang sedang berusaha untuk lulus tepat waktu