Pernikahan yang Tidak Bahagia – Sayangnya, istilah “happily ever after” atau akhir cerita yang bahagia hanya terjadi di cerita-cerita dongeng. Karena realitanya, banyak hal yang terjadi di dalam rumah tangga seperti perselingkuhan, atau kekerasan dalam rumah tangga yang tidak jarang terjadi. Hal lain yang bisa terjadi adalah hilangnya rasa sayang antara satu sama lain seiring berjalannya waktu. Kalau sudah begitu apakah bisa disebut sebagai pernikahan yang tidak bahagia?
Apa itu Pernikahan Bahagia?
Perlu diingat, bahagia bukanlah sebuah akhir atau tujuan. Bahagia hanya merupakan salah satu dari sekian banyak emosi yang bisa kita rasakan dalam kehidupan rumah tangga. Jadi untuk mendefinisikan pernikahan bahagia itu seperti apa, sebenarnya merupakan hal yang susah untuk dijawab. Karena perasaan bahagia tersebut pastinya timbul tenggelam seiring berjalannya waktu.
Namun untuk maintenance perasaan bahagia dalam pernikahan, kamu bisa coba lakukan beberapa upaya bersama pasangan agar rumah tangga tetap harmonis. Hal-hal yang bisa dilakukan adalah:
- Saling Percaya Satu Sama Lain
- Terbuka Soal Keuangan
- Saling Menghargai Satu Sama Lain
- Mengungkapkan Perasaan Terima Kasih Lebih Sering
- Meluangkan Waktu Bersama
Jika kamu belum pernah melakukan kelima hal tersebut, mungkin sudah saatnya kamu coba sekarang agar pernikahanmu bisa lebih bahagia atau menjadi lebih bahagia.
Dengan begitu emosi negatif dalam kehidupan rumah tangga akan tidak lebih dominan sehingga memunculkan persepsi pernikahan tidak bahagia. Tapi sejujurnya, pernikahan seperti apa sih, yang dimaksud tidak bahagia?
Apa itu Pernikahan Tidak Bahagia
Masih sama dengan definisi pernikahan bahagia yang sulit untuk di definisikan, pernikahan yang tidak bahagia juga tidak bisa kamu definisikan secara pasti. Namun kamu bisa mengkategorikan pernikahanmu bahagia atau tidak, berdasarkan beberapa tanda-tanda berikut:
- Muncul kebiasaan menutup diri dari pasangan
- Jadi lebih sering menangis
- Terobsesi mencari-cari kesalahan pasangan
- Hidup menjadi tidak tenang
- Intensitas hubungan seksual menurun drastis
Jika tanda-tanda pernikahan yang tidak bahagia terjadi dalam kehidupan rumah tanggamu, apa yang harus kamu lakukan?
Pertolongan Pertama untuk Pernikahan yang Tidak Bahagia
Menurut Psikolog Klinisi Ratih Ibrahim, pernikahan sudah sepatutnya dipersiapkan secara matang. Karena dari pernikahan yang tidak bahagia, efeknya akan bisa sangat beragam dan menurunkan kualitas hidup seseorang secara umum. Lebih spesifiknya, pernikahan ini cenderung memengaruhi kondisi fisik seperti sering sakit, tidak bisa berpikir jernih, dan mudah berkonflik dengan orang lain. Selain itu secara emosional pun akan membuat seseorang secara emosional lebih terganggu.
Untuk itu kamu perlu lakukan beberapa hal dibawah ini sebagai pertolongan pertama untuk kembalikan kehidupan rumah tangga yang harmonis.
Meminta Bantuan Pihak Ketiga
Saat konflik terjadi, biasanya masing-masing akan merasa paling benar. Rasa amarah yang memuncak bisa membuat kita jadi kesulitan untuk berpikir jernih dan melihat hal yang benar. Karena itu butuh pihak ketiga, yang mampu menetralkan emosi dan melihat permasalahan dari sisi yang lebih jelas.
Kamu bisa meminta pertolongan dari orang yang kamu percaya atau bahkan mungkin orang tidak dikenal seperti psikolog profesional untuk bantu menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya.
Mencoba Sama-Sama Terbuka
Meskipun situasi sedang buruk, tidak ada salahnya kamu mencoba untuk terbuka atas perasaan yang sebenarnya sedang kamu rasakan. Kenapa kamu menjadi marah, kenapa kamu menjadi sedih, dan kenapa kamu menjadi begitu kecewa terhadap pasangan, jika diutarakan bisa jadi membuat pasangan kita akan memahami dan ikut terbuka atas perasaannya sendiri.
Perlu dipahami bahwa perempuan dan laki-laki memiliki otak yang bekerja dengan sistem yang berbeda, itu kenapa kita tidak bisa saling memahami satu sama lain dengan mudah meskipun sudah selama apapun kita mengenalnya. Karena itu jangan anggap remeh komunikasi yang jelas untuk memastikan tidak ada kesalah pahaman satu sama lain.
Mengubah Mindset dari Bercerai jadi Menikah
Jangan remehkan kekuatan pikiran. Jika kamu berpikir bahwa pernikahanmu sudah tidak bisa diselamatkan dan lebih baik untuk bercerai, maka kamu akan mencari seribu alasan untuk membenarkannya. Namun jika kamu melatih pikiranmu dengan berfokus pada ini hanyalah sebuah ujian yang bisa kamu atasi dan masalah yang segera berlalu, maka kamu mungkin akan menemukan jalan keluar yang tidak disangka-sangka.
Namun bagaimana jika pernikahan kamu benar-benar sudah tidak bisa diselamatkan? Jangan buru-buru. Kenali dulu tanda-tandanya.
Tanda-Tanda Pernikahan Sudah Tidak Bisa Dipertahankan
Meskipun perceraian lebih baik dihindari, bukan berarti hal ini menjadi alasan untuk kamu terus-menerus hidup dalam ketidak bahagiaan. Kamu bisa pertimbangkan beberapa hal dibawah ini:
Usaha Tidak Datang dari Kedua Belah Pihak
Ketika upaya rujuk tidak datang dari kedua belah pihak, maka sudah bisa dipastikan jika salah satu diantara kita tidak memiliki tujuan berumah tangga yang sama kembali. Hal ini bisa terlihat dari bagaimana respon pasangan terhadap berbagai macam solusi pernikahan yang ditawarkan. Misalnya jika kita komitmen untuk saling terbuka satu sama lain, namun kenyataannya yang terbuka hanya satu pihak saja, dan pertengkaran kembali terjadi, maka hal ini bisa dikategorikan upaya tidak datang dari kedua belah pihak.
Namun perlu dicatat juga, seberapa besar dan banyak usaha itu bisa dihitung tidak datang dari kedua belah pihak, jawabannya ada pada diri masing-masing. Jika kamu belum yakin bisa memberikan penilaian yang netral, maka jangan ragu untuk minta bantuan psikolog profesional dari Riliv.
Tidak Mau Saling Mendengar
Komunikasi adalah kunci dari sebuah hubungan. Entah itu pernikahan atau hubungan sosial sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, komunikasi seringkali disalah artikan hanya sebagai kemampuan untuk berbicara saja. Padahal, makna komunikasi itu sangat luas. Salah satunya adalah kemampuan untuk mendengar.
Jika kedua belah pihak tidak memiliki keinginan untuk mendengarkan pendapat, masukan, dan keluhan satu sama lain, maka komunikasi diantara keduanya sudah sulit untuk diperbaiki. Idealnya, komunikasi yang sehat terjadi dalam dua arah dimana ada kalanya kita menjadi pembicara dan ada kalanya kita menjadi pendengar.
Jika kita tidak mau mendengarkan satu sama lain, maka kemampuan komunikasinya bisa dibilang jelek dan sulit untuk membangkitkan empati satu sama lain. Seseorang yang mampu menjadi pendengar yang baik tanpa memiliki tendensi mendengar untuk membalas, cenderung memiliki kemampuan mengontrol emosi yang bagus dan nilai empati yang tinggi.
Jika kedua belah pihak tidak bisa mendengarkan satu sama lain, maka kasih sayang seperti apa yang dibangun dalam rumah tangga tersebut?
Adakalanya hal yang paling tidak kita inginkan, justru merupakan solusi bagi kehidupan kita. Meskipun diawal terasa berat, yakinlah perceraian bukanlah akhir dari segalanya. Kamu bisa mendapatkan banyak pelajaran dari pernikahan yang tidak bahagia ini. Namun jika perasaan sedih berlangsung terlalu lama hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk minta bantuan psikolog agar hidup kembali tenang dan bahagia.
Discussion about this post