Ditulis oleh Hafiyyan Fazam diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Sifat Introvert – Apakah kamu termasuk orang introvert? Jika iya, pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, tentang apakah punya sifat introvert itu hal buruk? Ternyata, nggak juga, kok! Simak dalam artikel ini!
Dari Beragam Sifat Manusia, Introvert Salah Satunya
Yep, betul sekali. Punya sifat introvert adalah hal normal. Carl Jung, psikolog yang terkenal dengan teorinya tentang cognitive functions, menjelaskan bahwa intraversi dan ekstraversi adalah bagian-bagian dari diri manusia yang mengacu tentang bagaimana ia mengarahkan energinya. Nah, orang dengan intraversi yang cenderung tinggi ini disebut introvert, yakni mereka yang lebih sering mengarahkan energinya ke dalam diri. Dalam teori cognitive functions, Carl Jung mengelompokkan cara berpikir manusia ke dalam 4 kategori, yaitu intuitive, sensor, thinker, dan feeler. Di antara empat kategori ini, ia menambahkan subkategori yang terdiri dari energi introvert dan ekstrovert. Maka, jadilah seperti ini orang intuitive terdiri atas introvert intuitive dan extrovert intuitive, sensors terdiri dari introvert sensors dan extrovert sensors, dan seterusnya.
Merasa familier dengan kategori di atas? Yep, betul sekali! Teori Carl Jung itu adalah yang mendasari instrumen Myers-Briggs Personality Inventory. Namun, untuk artikel ini, kita nggak akan membahas sampai ke sana.
Kembali ke pembahasan awal, intraversi adalah bagian dari diri kita yang tidak mungkin dipisahkan. Orang ektrovert dan introvert itu diibaratkan sebagai spektrum. Nggak ada yang betul-betul introvert, begitu pula nggak ada yang benar-benar ekstrovert. Lagipula, kecenderungan sifat seseorang bisa bergantung dari pengaruh lingkungan, pola asuh keluarga, pendidikan, dan lain-lain.
Risiko Memiliki Sifat Introvert
Meskipun memiliki sifat introvert itu wajar, tetap saja sebagai manusia, kita punya kekurangan masing-masing. Maka dari itu, jadi introvert pun nggak lepas dari permasalahan seputar kesehatan mental.
Mudah Depresi
Dilansir dari Healthline, riset Janowsky (2001) melaporkan bahwa risiko depresi dan bunuh diri di antara introvert cukup tinggi, disusul oleh riset Su (2018) yang mengungkap bahwa orang dengan sifat introvert punya kecenderungan mengalami masalah depresi yang lebih tinggi, apalagi jika memiliki neuroticism yang dominan. Neuroticism adalah salah satu dari 5 sifat yang disebutkan dalam teori kepribadian Big Five Personality, di samping extraversion, conscientiousness, openness, dan assertiveness. Sama halnya dengan intraversi dan ekstraversi, kita semua punya sifat neuroticism, namun tiap orang berbeda-beda kadarnya. Jika neuroticism seseorang dikatakan dominan atau tinggi, maka ia akan cenderung mudah cemas, stres, khawatir, dan mudah berubah mood dengan cepat.
Mudah Cemas
Selain kecenderungan depresi, introvert juga cenderung punya kecenderungan cemas yang tinggi. Hal ini diungkapkan dalam riset tahun 2020 yang membahas kepribadian Big Five bahwa individu dengan extraversion rendah dan conscientiousness tinggi rentan terkena social anxiety. Conscientiousness diibaratkan sebagai kecenderungan orang untuk melakukan sesuatu dengan sangat baik dan teliti, atau bisa dibilang perfeksionis. Semua orang pasti punya kadar consientiousness-nya masing-masing. Maka dari itu, sifat introvert tidak sepenuhnya menjadi faktor penentu seseorang mengalami anxiety. Namun, jika sifat introvert digabungkan dengan sifat lainnya, bisa jadi hal ini menentukan risiko gangguan kesehatan mental yang dialaminya.
Tidak Kuat di Keramaian
Kemudian, ada fakta bahwa 70% orang-orang dengan pancaindra yang sensitif (yang seringkali disebut highly sensitive person) adalah introvert, maka dari itu, tidak heran bila kesulitan lainnya menjadi introvert adalah mudah terdistraksi dan terganggu dengan keributan di sekitarnya. Meskipun hal ini tidak sepenuhnya mengganggu keseharian introvert, ada kecenderungan bagi introvert untuk mengerjakan sesuatu di tempat yang sepi dan jauh dari keramaian. Orang-orang yang terlalu sensitif ini akan mudah pula merasa stres karena kurang fokus dan terstimulasi berlebihan oleh lingkungannya.
Memilih Interaksi Grup Kecil
Meskipun tidak semua introvert itu kuper alias kurang pergaulan, kebanyakan dari mereka memilih untuk bersosialisasi dalam grup kecil dengan interaksi yang intens. Lagipula, bersosialisasi itu penting buat menaikkan self-esteem bagi introvert. Jadi, ada baiknya kamu sebagai introvert membangun relasi sosial yang kooperatif dengan orang-orang di sekitarmu. Hanya saja, mungkin kamu akan membutuhkan banyak latihan kepercayaan diri.
Berdamai dengan Diri Sendiri sebagai Introvert
Menjadi introvert bukanlah kesalahan. Kamu tidak perlu mencemaskan dirimu ketika kamu merasa tidak kuat berada di keramaian, memilih bergaul dengan teman-teman yang dekat, atau tidak mampu seterbuka orang-orang pada umumnya. Beberapa cara yang dirangkum Riliv berikut ini bisa jadi saran buat kamu yang ingin mengembangkan diri sebagai introvert!
1. Cobalah berpikiran terbuka
Tidak ada salahnya, lho, sesekali melihat segala sesuatu dari perspektif yang terbuka. Menjadi introvert bukan berarti kamu harus memandang segala sesuatunya dari perspektif yang tertutup. Banyak hal di luar sana yang belum kamu coba. Lakukan apapun yang kamu suka.
2. Belajar dari memahami orang lain
Dalam kelompok orang tertentu, akan ada campuran introvert dan ekstrovert. Ada ekstrovert yang hadir di semua jaringan pribadi dan profesional kamu, lingkaran sosial kamu, atau tim kamu di tempat kerja. Cobalah mengamati bagaimana mereka berinteraksi supaya kamu bisa relate dengan mereka. Gunakanlah sensitivitas dan empati yang kamu miliki untuk memahami perasaan mereka. Yuk, dobrak stereotip bahwa introvert itu cool alias dingin setiap waktu!
3. Mengenali diri sendiri
Jelajahi dirimu dan apa yang membuat kamu berbeda dari orang lain. Kamu bisa berjenis kelamin sama, dalam kelompok usia yang sama, dan dari kelas sosial yang sama dengan seseorang, tetapi kamu pasti punya karakter yang unik dan berbeda dari orang lain. Menyadari apa yang membuat kamu unik akan membantumu memahami kekurangan dan kelebihan dirimu. Siapa tahu hal ini bisa kamu gunakan untuk menemukan tujuan hidupmu.
Baca juga: 5 Tips Self Improvement Paling Mudah, Tidak Hanya Menerima Diri Sendiri
Masih ingin mendapatkan saran profesional untuk menghadapi dunia sebagai introvert? Yuk, konsultasikan masalah kamu dengan psikolog dan konselor Riliv!
Referensi:
- All About Introverts. (n.d.). Why Introverts Are Sensitive to Noise and 5 Ways to Help Block it Out. Retrieved from All About Introverts. https://www.allaboutintroverts.com/blog/why-introverts-are-sensitive-to-noise-and-5-ways-to-help-block-it-out
- Bainbridge, C. (2021). Introvert Social Needs and Preferences. Retrieved from Verywellmind: https://www.verywellfamily.com/all-about-introverts-1449354
- Bas, S., Kaandorp, M., de Kleijn, Z. P. M., Braaksma, W. J. E., Bakx, A. W. E. A., & Greven, C. U. (2021). Experiences of Adults High in the Personality Trait Sensory Processing Sensitivity: A Qualitative Study. Journal of clinical medicine, 10(21), 4912. https://doi.org/10.3390/jcm10214912
- Cherry, K. (2022). What Are the Big 5 Personality Traits?. Retrieved from Verywellmind: https://www.verywellmind.com/the-big-five-personality-dimensions-2795422
- Dzilhaq, N. C. (2021). Inilah Perbedaan Ekstrovert dan Introvert, Tidak Hanya Cerewet dan Pendiam!. Retrieved from Kampus Psikologi: https://kampuspsikologi.com/perbedaan-ekstrovert-dan-introvert/
- Dzilhaq, N. C. (2021). Mengenal MBTI: 8 Fungsi Kognitif yang Membentuk Kepribadian. Retrieved from Kampus Psikologi: https://kampuspsikologi.com/mbti-8-fungsi-kognitif-yang-membentuk-kepribadian/
- Janowsky D. S. (2001). Introversion and extroversion: implications for depression and suicidality. Current psychiatry reports, 3(6), 444–450. https://doi.org/10.1007/s11920-001-0037-7
- Raypole, C. (2022). Are Introversion and Depression Linked? The Answer’s Complicated. Retrieved from Healthline: https://www.healthline.com/health/extrovert-vs-introvert
- Su, M. H., Chen, H. C., Lu, M. L., Feng, J., Chen, I. M., Wu, C. S., Chang, S. W., & Kuo, P. H. (2018). Risk profiles of personality traits for suicidality among mood disorder patients and community controls. Acta psychiatrica Scandinavica, 137(1), 30–38. https://doi.org/10.1111/acps.12834