Pengertian broken home – Entah itu berawal dari cekcok kedua orang tua, perselingkuhan, bahkan perkelahian yang berakibat putusnya tali keluarga sampai pada perceraian.
Badan Pusat Statistik pada tahun 2021 menyatakan bahwa kasus perceraian mencapai 447.743. Angka ini bahkan mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Pengertian Broken Home dari Sudut Pandang Psikologi
Dilansir dari American Psychological Association, definisi dari broken home adalah “Rumah tangga orang tua tunggal yang merupakan hasil dari perpisahan orang tua.”
Para peneliti psikologi kini tidak lagi menggunakan istilah ini karena seolah menyatakan bahwa keluarga bercerai merupakan ‘rusak’ atau broken. Padahal, belum tentu hal ini bersifat inadekuat atau disfungsional, lo.
Dampak Broken Home Pada Anak
1. Mengalami kesedihan
Ibaratnya, mereka adalah kesedihan sebenarnya. Anak broken home benar-benar mengerti dan memahami, bahkan sedih yang dialami orang lain.
Mereka sadar dan paham bahwa kesedihan mereka sesungguhnya baru dimulai ketika keluarga mereka hancur. Seperti yang sudah dikatakan tadi, seakan dunia runtuh tepat di hadapan anak-anak yang mengalami broken home.
2. Memahami bahwa broken home berarti kehilangan
Korban broken home benar-benar mengerti apa itu yang dinamakan kehilangan sesungguhnya. Menurut mereka, kehilangan barang kesayangan atau kehilangan pacar bukanlah hal yang bisa membuat mereka sedih berlarut-larut karena mereka merasa bisa menemukan pengganti setelahnya.
Hal itu karena kehilangan yang dialami oleh anak broken home bukanlah kehilangan yang bisa didapat atau dikembalikan seperti semula. Mereka benar-benar kehilangan apa yang selama ini dimiliki sebuah keluarga yang utuh, cinta dan kasih sayang.
3. Merasa sebagai sebab perpecahan
Karena pecahnya keluarga, anak broken home merasa bahwa masalah yang dialami orang tua mereka disebabkan oleh mereka. Namun, ini bukan alasan yang rasional bahwa mereka adalah sebab perpecahan itu.
4. Entah dimana akan “berlabuh”
Apalagi jika mengetahui bahwa kedua orang tua telah membangun keluarga baru mereka masing-masing.
Beruntunglah jika memiliki sanak saudara maupun keluarga lain, misal nenek dan kakek yang senantiasa bisa menerima mereka selalu.
Bukan Berarti Masa Depanmu Juga Berakhir
Jadikan motivasi dan penyemangat untuk terus menjalani hidup lebih baik dengan mandiri dan buktikan bahwa kamu tetap bisa terus tegak berdiri dan terus melangkah.
Salah satu tantangan yang perlu untuk dihadapi adalah menerima bahwa sistem keluarga dengan suatu pihak sudah berakhir. Namun bukan berarti kamu harus menyimpan dendam atau pun tidak memaafkan mereka.
Memaafkan bukanlah sesuatu yang perlu penerimaan dari pihak lain, namun untuk dirimu sendiri.
Salah satunya dengan bantuan terapi psikologi, kamu bisa untuk menggali cara menyalurkan perasaan maaf atau pun kemarahan yang mungkin tidak bisa kamu sampaikan. Kamu bisa mencoba menemukan titik dimana kamu bisa berdamai dengan dirimu melalui bantuan psikolog.
Berlatih Memaafkan dengan Psikolog
***
Baca Juga:
Mengatasi Broken Home Dengan Lakukan 5 Cara Berikut Ini
Trauma Broken Home, Bisakah Disembuhkan?
Dampak Negatif Anak Broken Home, Ayah Bunda Perhatikan 7 Hal Ini!
Disadur dari:
- Facing My Fear Growing Up in Broken Home Kids. theguardian.com/commentisfree/2016/sep/30/facing-my-fear-growing-up-in-broken-home-kids
- APA Dictionary of Psychology. https://dictionary.apa.org/broken-home
- Having a Broken Family: and How to Cope. https://www.verywellmind.com/coping-with-broken-family-5204387
Written By Anisya Pramesti D.I, not special but limited edition; Edited by Adismara Putri Pradiri, S.Psi., clinical psychologist candidate.