Kesepian adalah salah satu isu di dunia psikologi yang kerap menjadi bahan pembicaraan. Namun ternyata, Di kalangan masyarakat, usia dewasa yang dimulai dari 20-an adalah patokan seseorang untuk bertumbuh menjadi dewasa. Tak heran jika perubahan-perubahan tertentu terjadi di usia 20-an, baik dari segi sosial, fisik, dan finansial. Selain itu, menurut kamus American Psychological Association, usia dewasa juga merupakan titik perkembangan psikologis, kognitif, dan kepribadian seseorang.
Nah, jika saat ini kamu mengalami kesepian, kamu tidak sendirian. Nah, ternyata, ini ada pembahasannya secara psikologis, lho! Selengkapnya, mari simak artikel berikut!
Apa Kata Ahli Soal Usia Dewasa?
Menurut psikolog Erik Erikson, usia dewasa merupakan pertanda munculnya tahap perkembangan psikososial baru yang alamiah terjadi dalam kehidupan manusia, yakni intimacy vs isolation. Orang yang baru memasuki usia dewasa atau disebut dewasa awal akan cenderung menginginkan kedekatan sosial dengan orang lain. Jika kedekatan itu tidak terpenuhi, maka seseorang akan merasa kesepian dan tidak dihargai. Itulah mengapa wajar bila orang-orang kebanyakan mulai membangun hubungan romantis yang serius di usia dewasa.
Lalu, mengapa ada orang-orang yang gagal mendapatkan kedekatan sosial yang mereka inginkan? Erikson berpendapat bahwa penyebabnya adalah kemampuan orang itu sendiri. Jika mereka gagal mengelola kekuatan ego yang membantunya mencapai keinginannya, maka bisa dikatakan perkembangan psikologis mereka terhambat.
Sedangkan menurut Carl Jung, usia dewasa dibagi menjadi usia dewasa muda, tengah, dan usia lanjut. Menginjak usia dewasa bagi Jung adalah suatu proses perkembangan kepribadian manusia, yang dimulai dari keinginan untuk mengeksplorasi, pencarian integritas personal, dan diakhiri dengan refleksi mengenai kehidupan (Moraglia, 1994).
Kedewasaan Pasti Terjadi, Kok!
Bercermin dari apa yang diungkapkan Erikson dan Jung, kita jadi paham bahwa masa dewasa merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang penuh tantangan hidup. Kita akan sangat membutuhkan ketangguhan mental dalam menghadapi banyak kejadian yang tak terduga berkaitan dengan pekerjaan, keluarga, hubungan sosial, maupun percintaan.
Namun, tahukah kalian, bahwa yang paling sering dialami oleh orang dewasa adalah kesepian?
Sebuah laporan penelitian di Inggris oleh YouGov (2019) baru-baru ini mengungkapkan bahwa hampir sembilan dari sepuluh (88%) warga Inggris berusia 18 hingga 24 tahun mengalami kesepian sampai tingkat tertentu, dengan 24% dan 7% di antaranya mengatakan mereka kesepian sepanjang waktu. Sementara itu, sebuah penelitian terkini oleh Fauziyyah (2018) mengungkapkan bahwa kesepian yang dialami mahasiswa, yang rata-rata berada di rentang dewasa awal, bisa berpotensi mengarah ke depresi sebesar 51% dari tingkat ringan hingga berat.
Tips Menghadapi Kesepian di Usia Dewasa
Terkait masalah yang kita ungkap dalam artikel ini, ada sejumlah life skill yang bisa diterapkan dalam menghadapi kesepian di usia dewasa, yaitu:
Sadar Diri, Jangan Denial!
Tak ada yang lebih baik daripada menerima kenyataan. Sangat wajar bila selama menjalani kedewasaan, kamu merasa cemas, marah, dan sedih. Bahkan, tak jarang kamu menginginkan masa kanak-kanak kembali.
Itu semua adalah reaksi yang muncul secara alami. Apabila kamu masih kesulitan mengungkapkan dan menerima perasaan, kamu bisa mempraktikkan mindfulness melalui meditasi untuk menghadapi kesepian. Di sisi lain, jika kamu suka menulis, cobalah gunakan metode journaling atau membuat mood tracker untuk mencatat perasaanmu sehari-hari.
Menerapkan Self-compassion
Arti self-compassion itu bukan mengasihani diri, namun memberikan kesempatan kepada diri kita untuk merasakan kekecewaan dan emosi negatif, menyadari bahwa kita pantas mendapatkan dukungan dengan memberikan afirmasi positif, serta memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang kita perbuat. Suka atau tidak, ketika kamu dewasa, kamu akan semakin sulit bertemu dengan teman-teman yang sehati. Apalagi, ketika kamu sudah terbiasa berada di circle orang-orang yang peduli terhadapmu. Menghadapi kesepian memang tak mudah, dan dalam perjalanan ini, kamu takkan menemukan teman terbaik selain dirimu sendiri.
Bertanggung Jawab terhadap Perbuatan Sendiri
Seperti yang diungkapkan Daniel Whelan dalam Medium, bertanggung jawab adalah tanda bahwa kamu dewasa secara mental. Tanggung jawab itu tidak melulu berkaitan dengan pekerjaan, namun juga berkaitan dengan situasi-situasi sosial di sekitar kita. Apalagi, selama mengarungi masa dewasa yang penuh ketidakpastian, kamu pasti akan bertemu dengan orang-orang baru. Tentunya, kedatangan mereka tak selamanya berpengaruh baik bagimu. Makanya, jangan pernah lupa untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang kamu lakukan. Contoh gampangnya, akuilah kesalahan dan minta maaflah ketika kamu berbuat salah. Intinya, jagalah dirimu sebaik mungkin, namun jangan pernah merugikan atau menyakiti orang lain. Selain membuat orang lain bahagia, kamu pun akan terkena percikan kebahagiaan, lho!
Lakukan Self-care
Yang terakhir, jangan lupa self-care alias merawat diri sendiri dengan sebaik mungkin! Perasaan kesepian yang kamu alami bisa jadi menyebabkan risiko penyakit fisik, perilaku destruktif, dan gangguan mental seperti kecemasan hingga depresi. Maka dari itu, sangat penting bagi kamu untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Jangan dikira self care itu harus memberi self reward berlebihan. Kamu juga bisa melakukan self care dengan beristirahat, olahraga teratur, atau melakukan hobi yang kamu suka.
Percaya atau tidak, self-care adalah resep paling mujarab untuk menanggulangi kesepian. Sebuah penelitian di Belanda oleh Nieboer (2020) mengungkapkan bahwa manajemen diri yang baik ditambah penerapan keyakinan diri dan pola pikir positif dapat mengurangi kesepian pada orang dewasa yang berusia lanjut.
Logikanya, kalau individu berusia lanjut saja bisa mengatasi kesepian dengan self care, masa kamu yang masih muda nggak bisa, sih?
Penutup
Menghadapi masa dewasa, apalagi seorang diri, akan sangat berat bagi kebanyakan orang. Maka dari itu, untuk Rilivers yang tengah mengalami kesepian, tak ada salahnya mengkonsultasikan permasalahan kamu ke psikolog. Segala langkah yang kamu tempuh untuk kesehatan mentalmu sangatlah berarti.
Referensi:
Fauziyyah, A. (2018). Depression Tendencies, Social Skills, and Loneliness among College Students in Yogyakarta. Jurnal Psikologi, 4 (2), 98 – 106. DOI: 10.22146/jpsi.36324
Moraglia, G. (1994). C. G. Jung and the Psychology of Adult Development. Journal of Analytical Psychology, 39(1), 55–75. doi:10.1111/j.1465-5922.1994.00055.x
Nieboer, A., Hajema, K., Cramm, J. (2020). Relationships of self-management abilities to loneliness among older people: A cross-sectional study. BMC Geriatrics, 20. DOI: 10.1186/s12877-020-01584-x.
Santrock, J. W. (2017). A Topical Approach to Life-Span Development, 6th ed. New York: McGraw-Hill Education.