Tiket Coldplay – “Kalau FOMO, nggak usah ikut nge-war tiket woy!” Siapa nih, diantara kalian yang pernah mendengar atau bahkan ikutan komentar seperti ini? Kalau kita perhatikan, istilah FOMO jadi sering banget dibahas sebagai “reminder” online setiap ada konser di Indonesia beberapa kali terakhir.
Coldplay, adalah salah satu alasan kenapa istilah FOMO kembali trending di twitter setelah sebelumnya juga sempat naik daun akibat konser Blackpink. Istilah ini kemudian terus diperbincangkan seiring bertambahnya momen-momen konser di Indonesia dan merujuk ke golongan tertentu sebagai alasan terbesar kenapa banyak ‘fans asli’ yang nggak kebagian tiket konser. Padahal, FOMO juga bisa terjadi untuk fans, juga, loh!
Nah, berarti apa iya sih, penggunaan istilah FOMO dalam momen maraknya konser ini sudah tepat? Yuk, kita bahas bareng!
FOMO dan Maraknya Konser di Indonesia
FOMO atau fear of missing out, adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sebuah perasaan tertinggal jauh dari orang-orang karena mereka terlihat memiliki pengalaman hidup yang jauh lebih baik darimu. Biasanya, FOMO ini akan muncul dari trigger yang berbeda-beda. Contohnya saja kamu bisa merasakan FOMO saat memasuki tahun baru dimana kamu mungkin akan membuat sederet resolusi agar bisa mengejar ketertinggalan.
Begitu juga dengan momen konser Coldplay. Kamu mungkin mendadak takut merasa tertinggal dari teman-teman yang juga berburu tiket padahal belum tentu menonton konser Coldplay adalah hal yang benar-benar kamu inginkan.
Tapi, bukan berarti fenomena kehabisan tiket bisa serta merta kita kaitkan dengan FOMO, ya. Selalu ada poin-poin penyebab lainnya yang mempengaruhi. Seperti perbandingan kuota dan demand yang tidak seimbang, permainan kotor saat pembelian tiket, absennya segala kegiatan konser selama pandemi sehingga meningkatkan animo masyarakat, hingga bisa juga karena simpel ini adalah konser tunggal pertama Coldplay di Indonesia.
Jadi, kalau kamu kehabisan tiket Coldplay, jangan buru-buru marah sama mereka yang FOMO, ya! Hehehe
Sekali-Kali Boleh Kok, FOMO kan Wajar
Meskipun fakta banyaknya orang yang FOMO bikin kamu kehabisan tiket itu nggak bisa dibantahkan, tapi kamu juga perlu pahami bahwa sebenarnya FOMO dalam batasan tertentu itu masih bisa dikategorikan wajar. Contohnya saja apa yang terjadi pada diri kita saat ini.
Katakanlah kita sebagai fans Coldplay sejati, pastinya nggak mau ketinggalan momen ini juga kan? Kalau begitu, apakah kita bisa dibilang FOMO?
Jawabannya bisa. Kalau kamu merasa dengan tidak menonton atau ikut war tiket Coldplay akan membuatmu mendapatkan pandangan negatif dan dipertanyakan status ‘fans’ mu selama ini, maka sudah pasti kamu masuk kategori FOMO.
Lalu apa justifikasi lainnya kita juga bisa dikategorikan FOMO?
Sebenarnya, penelitian menyebutkan bahwa penyebab FOMO ini memang sangat beragam. Tapi kamu bisa menilai dari hal yang paling sederhana dulu dimana saat kamu berada dalam kondisi FOMO, maka penggunaan media sosialmu akan sangat tinggi. Kamu jadi tidak bisa lepas dari smartphone dan terus mencari-cari informasi mengenainya.
Hal ini juga selaras dengan hasil penelitian dalam jurnal penelitian psikiatri, yang menyebutkan bahwa FOMO dan penggunaan smartphone juga media sosial, sangat berkaitan erat tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Penelitian menunjukkan bahwa rasa takut kehilangan dapat berasal dari ketidakbahagiaan dan ketidakpuasan terhadap kehidupan dan bahwa perasaan ini dapat mendorong kita ke dalam penggunaan media sosial yang lebih besar.
Bahkan dalam penelitiannya disebutkan juga bahwa media sosial merupakan tools yang mempercepat fenomena FOMO dengan menciptakan perasaan takut, dan tidak ‘normal’ akan kehidupan sendiri melalui kebiasaan membandingkan diri dengan kehidupan orang-orang lain.
Nah, kalau sudah sampai bikin kamu merasakan takut nggak update, takut tertinggal, takut dipertanyakan seberapa besar rasa cinta kamu terhadap Coldplay, dan takut nggak bisa minggle waktu lagi kumpul temen-temen karena nggak ikutan konser, apa iya, FOMO masih wajar?
Kalau kamu sudah merasakan takut berlebih dan mengganggu aktivitas harianmu, ada baiknya coba bicarakan hal ini dengan psikolog dari Riliv yang siap membantu.
Berhenti FOMO, Belajar Cara Mengendalikannya
Meskipun bukan termasuk gangguan psikologi, nyatanya FOMO bisa memiliki kecenderungan lebih besar menjadi sebuah gangguan. Terlebih karena kamu sudah tahu besarnya pengaruh media sosial terhadap perkembangan FOMO, maka kamu bisa mulai dengan cara mengendalikan penggunaan sosial mediamu dengan menerapkan beberapa hal berikut:
Mengubah Fokus
Daripada berfokus pada kekurangan atau kegagalanmu, kamu bisa coba mengubah fokusnya dengan melihat apa yang sudah kamu miliki selama ini di sosial media. Misalnya nih, saat kamu sedang FOMO Coldplay karena belum juga berhasil mendapatkan tiket hingga saat ini, kamu bisa merubah fokus perhatian dengan mengatur settingan tampilan feed kamu seperti mute sementara akun-akun terkait penjualan dan info konser, kelola rekomendasi dengan menyembunyikan beberapa postingan terkait konser baik di explore ataupun beranda, dan perbanyak follow akun-akun lain yang bisa membuatmu lupa dan beraktivitas lebih positif daripada sebelumnya.
Mencoba Digital Detox
Setelah menyadari peran dan kaitannya FOMO dengan media sosial, tentu kamu perlu mempertimbangkan untuk istirahat sejenak dari aktivitas media sosial, kan? Dengan mengurangi waktu penggunaan, kamu bisa jauh lebih fokus dalam kehidupanmu saat ini dan tidak terpancing untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Kamu bisa coba cara ini mulai dari kurangi penggunaan selama beberapa hari, atau kalau terlalu berat, mulai dari kurangi durasi pemakaian jadi sehari kurang dari 4jam.
Menulis Jurnal
Terbiasa membagikan pengalaman dan kehidupanmu di media sosial, tanpa sadar justru menggiringmu untuk mencari validasi secara online. Kecil kemungkinan kamu nggak melihat siapa-siapa aja yang sudah seen story kamu, berapa likes, dan comment yang kamu dapatkan. Kalau tidak ada reaksi sama sekali, kamu mungkin akan berpikiran hal-hal negatif seperti mempertanyakan, “kenapa ya kok postingan aku sepi? apa udah nggak ada yang peduli sama aku? caption aku berlebihan nggak ya? kok, aku kelihatan gendut sih!”
Nah, hal-hal seperti inilah yang kemudian akan memicu munculnya gangguan psikologis lain seperti kecemasan. Karena itu, kamu bisa coba hindari hal ini dengan membagikan perasaan dan pengalaman kamu kedalam sebuah jurnal yang private. Dengan begitu kamu tidak akan mencari validasi dan bisa lebih tulus dalam mengutarakan perasaan.
Kamu bisa juga coba menulis jurnal melalui aplikasi Riliv yang akan bantu kamu dengan metode meditative writing yang dirancang langsung oleh psikolog.
Menambah Koneksi di Kehidupan Nyata
Hal lain yang bisa kamu terapkan untuk mengendalikan FOMO Coldplay adalah, dengan menjalin hubungan di dunia nyata.
Media sosial, mungkin membantu kamu untuk bisa menjalin koneksi lebih luas dengan mudah. Tapi seberapa banyak koneksi dengan kualitas bagus yang bisa kamu dapatkan melalui sosial media? Pastinya nggak begitu banyak juga, kan?
Itu kenapa, media sosial bisa membuatmu merasa memiliki banyak teman dan merasa kesepian sekaligus. Kamu mungkin bisa semakin merasa FOMO karena koneksi onlinemu banyak yang bisa melihat konser dan sebagainya, sehingga ada pressure yang tanpa sadar kamu dapatkan. Jadi, untuk bisa mengendalikan FOMO, kamu mungkin perlu menambah koneksi dan menjalin hubungan yang nyata dengan orang-orang disekitar.
Cobalah perbaiki komunikasimu dan menumbuhkan hubungan yang hangat, agar kamu menyadari bahwa ada begitu banyak orang diluar sana yang mungkin juga menyukai Coldplay sama besarnya denganmu, tapi tidak merasakan FOMO atau bahkan tidak ambil pusing bila tidak bisa melihat konsernya. Atau bahkan kamu bisa jadi bertemu banyak orang yang ternyata tidak mengenal siapa Coldplay. Dengan begitu, kamu tidak akan merasa “aneh” dan tertinggal dari orang lain.
Meskipun penggunaan istilah FOMO sedang marak dikaitkan dengan konser-konser belakangan, bukan berarti hal ini bisa dianggap seasonal dan remeh. Ada begitu banyak trigger selain Coldplay yang bisa ditemukan, dan setiap orang bisa merasakan tingkat FOMO yang berbeda-beda dalam waktu tertentu. Karena ini adalah perasaan yang nyata, seringkali kehadirannya dianggap sebagai emosi sesaat dan tidak berdampak. Padahal, tingkat kemunculannya bisa sangat sering dan mengarah pada gangguan psikologis yang sebenarnya.
Kalau kamu menyadari seringkali merasakan FOMO hingga membuatmu sering merasa cemas dan takut berlebihan hingga mengganggu produktivitas, jangan ragu untuk konsultasikan hal ini pada psikolog terpercaya.
Karena apapun yang kamu rasakan adalah sesuatu yang sangat valid.
Referensi:
- Wolniewicz CA, Tiamiyu MF, Weeks JW, Elhai JD. Problematic smartphone use and relations with negative affect, fear of missing out, and fear of negative and positive evaluation. Psychiatry Res. 2018;262:618-623. doi:10.1016/j.psychres.2017.09.058
- Przybylski, Andrew K., Murayama, Kou, DeHaan, Cody R., Gladwell, Valerie. Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out. Computers in Human Behavior. July 2013: 29(4).1841-1848. doi:10.1016/j.chb.2013.02.014
- Scott, Elizabeth (2022). How to Deal with FOMO in Your Life. https://www.verywellmind.com/how-to-cope-with-fomo-4174664