Ditulis Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Toxic relationship – Banyak banget yang membicarakan soal friends with benefits (FWB) akhir-akhir ini. Tapi, apa, sih, FWB itu?
Menurut Urban Dictionary, friends with benefits adalah hubungan antara dua orang yang intim dan menguntungkan secara seksual, namun sama-sama setuju tidak akan menyimpan perasaan satu sama lain. Bertahannya pasangan dalam hubungan FWB didasari oleh persepsi bahwa hubungan tidak akan berlangsung lama, sehingga tidak terikat oleh komitmen. Akah tetapi, tahu nggak sih, ternyata friends with benefits juga bisa menjadi toxic relationship dan berbahaya bagi kondisi psikologis kamu, lho! Langsung simak penjelasannya, yuk!
Friends with Benefits Bisa Menguntungkan Jika…
Para ahli mengatakan bahwa friends with benefits bisa menjadi hubungan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak apabila keduanya sama-sama merasa bahagia dan puas satu sama lain (Garcia, et. al. , 2014). Dengan kata lain, hubungan yang terbina dengan baik akan menghasilkan outcome yang baik pula. Namun ternyata, hasil tersebut bisa berbeda-beda tergantung dari pola komunikasi, peraturan yang ditetapkan, dan hal-hal kecil lainnya yang perlu didiskusikan. Menjalani FWB tidaklah semudah menjalani hubungan resmi. Maka dari itu, tentunya ada beberapa pihak yang merasa dirugikan oleh hubungan ini.
Kerugian Menjalani Friends with Benefits
Penelitian melaporkan bahwa 50% orang yang menjalani FWB masih tetap berhubungan dengan pasangan FWB-nya secara baik-baik, namun sebagian lagi dilaporkan mengalami perasaan hampa, kesepian, dan stres karena merasa tersakiti oleh pasangan FWB-nya. Menurut Aaron Ben-Zeév Ph.D., kesulitan yang dialami oleh wanita dan pria yang menjalani friends with benefits adalah ketika perasaan yang ‘lebih’ dari sekedar teman mulai muncul, sehingga pertemanan yang semula dekat pun menjadi bencana. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Ahli hubungan percintaan, Sarah Louise Ryan, dalam Psychcentral, mengatakan bahwa ketika menjalani hubungan yang intim dengan seseorang, hormon oxytocin dan dopamine yang menghasilkan perasaan bahagia akan muncul, karena antar pasangan dalam hubungan yang intim merasa aman satu sama lain. Kedua hormon ini berperan dalam dorongan seksual yang bisa memicu perasaan jatuh cinta. Nah, jika perasaan cinta ini bertepuk sebelah tangan, seseorang dalam hubungan tersebut akan merasa kecewa oleh ekspektasinya sendiri. Beberapa orang yang memiliki masalah dengan emotional attachment juga akan cenderung dirugikan oleh friends with benefits karena merasa dikhianati oleh pasangannya.
Terlebih lagi, hubungan friends with benefits juga bisa menjadi toxic apabila salah satu orang di dalamnya melakukan abuse dan memanipulasi pasangannya secara emosional. Hubungan pertemanan yang sudah terlanjur menjadi toxic akibat FWB juga akan membuat kamu merasa terisolasi dengan orang lain, tidak merasa diakui, dan menurunkan self-esteem. Hal tersebut bisa menimbulkan stres yang berkepanjangan, sampai menjadi trauma bagi yang menjalaninya. Namun sayangnya, nggak banyak orang yang menyadari hal ini, sehingga malah terjebak dalam hubungan yang toxic.
Cara-cara Mengakhiri Friends with Benefits dengan Baik
Setelah mengetahui segala risiko hubungan menjadi toxic yang disebabkan friends with benefits, berikut ini adalah cara-cara mengakhiri FWB agar kamu bisa melangkah bebas tanpa beban lagi!
1. Menyadari bila salah satu dari kalian sudah menyalahi kesepakatan
Friends with benefits memang bersifat sementara. Maka dari itu, jika sudah muncul ekspektasi atau tanda-tanda seseorang ingin sesuatu yang lebih, sebaiknya hubungan friends with benefits itu harus diakhiri. Tak baik menunda-nunda karena kalian berdua harus segera move on dari area abu-abu ini.
Beri tahu baik-baik bila memang kamu sedang mulai mengencani orang lain untuk hubungan yang lebih serius. Dengan demikian, hal ini bisa mengantisipasi bila ada yang mulai menyimpan perasaan.
2. Jangan ghosting kalau dia teman yang baik
Ghosting adalah salah satu bentuk manipulasi emosional yang harus kita hindari, karena bisa membuat orang lain kurang respek dengan kita. Jika kamu berniat meninggalkan hubungan FWB, bicarakanlah semuanya secara terbuka. Jangan ghosting dan membuat semuanya semakin buruk, ya! Mengakhiri friends with benefits dengan cara yang baik tidak akan membuatmu kehilangan teman baik yang berpotensi jadi teman dekat atau bahkan sahabat.
3. Kurangi semua aktivitas seksual
Meski kamu menikmati berhubungan intim dengan partner-mu, sebaiknya kurangi semua kegiatan seksual dengan si dia. Kamu tentunya nggak mau memberikan harapan palsu padanya, bukan? Kurangilah sedikit intensitas pertemuan kalian agar ia bisa membaca ke mana arah dari hubungan ini. Jangan lupa, pasang juga emotional boundaries! Fungsi emotional boundaries bukan hanya untuk membatasi diri kita dari trigger emosi, namun juga membuat kita lebih leluasa dalam mengekspresikan diri dalam hubungan sosial. Kamu akan membutuhkan boundaries supaya kamu bisa mengantisipasi perilaku-perilaku yang kurang berkenan saat kamu mengakhiri hubungan dengannya.
4. Jujurlah saat ditanya alasannya
Cara mengakhiri friends with benefits keempat adalah bersikap jujur saat partner-mu bertanya alasan kamu ingin mengakhiri hubungan ini. Jujurlah meski menyakitkan. Bila kamu memang sudah tak lagi cocok dengannya, ungkapkan hal yang sama. Bila kamu ingin memulai hubungan lain yang lebih serius, nyatakan juga hal tersebut. Eits, tapi jika dia tidak menyetujui apa yang kamu katakan, atau malah mengancam kamu dengan blackmailing, sebaiknya langsung tinggalkan, ya! Jangan menyelimuti keadaan dengan keindahan yang fana. Bantulah partner-mu memahami dengan cara jujur saat ditanya alasannya.
5. Tawarkan status pertemanan dengan tulus
Setelah hubungan friends with benefits ini berakhir, kamu bisa menawarinya untuk tetap berteman baik. Potensi kalian untuk menjadi teman yang baik pun tinggi karena sudah saling mengenal selama ini bahkan dalam hal yang bersifat intim. Kamu pun sebaiknya benar-benar berusaha dalam menawarkan pertemanan ini. Jangan hanya katakan di mulut, tapi tetaplah ada untuknya saat dia membutuhkan pertolonganmu. Tetaplah menjaga kontak dengannya meskipun keadaannya sulit.
6. Jangan memaksa, berikan waktu untuk memproses
Meski hanya hubungan yang bersifat temporer, pastinya ada kenangan yang telah dijalani dan kebiasaan yang telah terbentuk. Memang sulit rasanya bagi seseorang menerima hubungan telah berakhir, jadi berikan waktu kepada mantan partner-mu untuk bersedih dan membiasakan diri sendiri. Jika kamu sudah punya pasangan resmi, jangan dulu upload foto kebersamaan agar tak menyakitinya. Intinya, menjaga perasaan satu sama lain itu sangat penting untuk kelangsungan hubungan yang positif.
7. Jangan katakan hal-hal buruk
Seberapa kasualnya hubungan yang kalian jalani, kalian telah melewati banyak waktu bersama. Mantan partner-mu tetap menjadi teman yang harus kamu hormati dan hargai. Bila ada kekurangan selama menjalani hubungan friends with benefits, janganlah diungkapkan dengan kata-kata buruk. Bahkan, sekalipun dia sudah melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, jangan berfokus hanya kepada kenangan buruknya. Trauma yang dialami seseorang dalam hubungan apa pun bisa membekas hingga akhir hayat, namun cobalah memaafkannya.
Jangankan hubungan friends with benefits. Hubungan apa pun jenisnya pasti akan menemui tantangannya sendiri. Jika memang sudah waktunya diakhiri, akhirilah dengan baik sebagaimana kalian mengawalinya. Meskipun demikian, move on dari sebuah hubungan tentu memerlukan waktu. Kadang ada fase di mana kamu malah ingin kembali. Nah, saat galau seperti inilah sebaiknya kamu berbicara pada profesional. Yuk, download Riiv untuk menceritakan permasalahanmu dengan psikolog sekarang juga!
Referensi:
- Ben-Zeév, A. (2020). The Pros and Cons of Being Friends with Benefits. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/in-the-name-love/202007/the-pros-and-cons-being-friends-benefits
- GarcÃa, H., Ayala, E., & Arriaza, G. (2014). Friends with Benefits and Psychological Wellbeing. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 132, 241-247. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.04.305
- Owen, J., Fincham, F. D., & Manthos, M. (2013). Friendship after a friends with benefits relationship: deception, psychological functioning, and social connectedness. Archives of sexual behavior, 42(8), 1443–1449. https://doi.org/10.1007/s10508-013-0160-7
- Rose, H. (2019). 5 Steps to Better Emotional Boundaries. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/working-through-shame/201907/5-steps-better-emotional-boundaries