Motivasi dalam Bekerja – Banyak kisah para pekerja di Jabodetabek yang mengeluhkan kerasnya kerumunan stasiun saat dan setelah jam pulang kerja.
Bahkan beberapa waktu yang lalu, seorang karyawan memutuskan untuk resign dari pekerjaannya karena kepadatan stasiun Manggarai membuat kesehatan mentalnya terganggu.
Kepadatan Lalu Lintas dan Transit Sangat Mempengaruhi Kesejahteraan Mental
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alalool dkk. (2017), lama waktu perjalanan dan juga lalu lintas yang tidak kondusif bisa menguras kesehatan emosional dan fisik, lo.
Mulai dari stres (80.4%), perasaan tidak tenang (74.2%), mudah agresif (52.2%), sakit punggung dan kaki (66.8%; 56.7%), dan pusing (28.8%). Bahkan hal ini membuat aktivitas sehari-hari terbatasi karena enggan terjebak macet, lo.
Meskipun penelitian tersebut ditujukan kepada para pengendara yang terjebak macet, namun kamu pasti bisa relate dengan kondisi stasiun maupun transportasi umum lainnya di Jakarta.
Studi yang dilakukan oleh British Household Panel Survey menemukan bahwa para pekerja yang harus pulang-pergi dengan transportasi umum memiliki kondisi kesehatan dan kepuasan yang lebih rendah apalagi jika harus dilakukan dalam jarak yang jauh.
Ada korelasi antara jarak perjalanan serta kedatangan pekerja ke tenaga kesehatan, lo!
Apalagi juga muncul adanya ketidakpuasan yang lebih tinggi, level kecemasan yang lebih tinggi, dan juga level kebahagiaan yang lebih rendah jika mereka harus melakukan perjalanan antara 61 menit hingga 90 menit per harinya.
Cukup menakutkan, ya! Tidak heran jika mengunjungi psikolog secara online menjadi opsi untuk menjaga kesehatan mental kamu secara praktis dan tidak perlu keluar rumah lagi.
Sayangnya, Tidak Semua Orang Memiliki Privilege Untuk Resign
Memang, keputusan para pekerja yang resign atau mencari pekerjaan lain dengan jarak lebih dekat untuk tidak mengalami rush hour commuting adalah keputusan yang tepat.
Namun sayangnya, tidak semua orang memiliki keuntungan ini. Mungkin kamu dan teman-teman harus mengalami ini semua karena keterbatasan pilihan, seperti harus memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga atau pun tidak memiliki pekerjaan lain.
Tentu sangat tidak nyaman bukan harus terjebak dalam kondisi seperti ini? Belum lagi jika motivasi dalam bekerja langsung hilang karena fakta-fakta tersebut.
Bukan Berarti Kamu Harus Kehilangan Motivasi dalam Bekerja
Motivasi bisa membantu kamu untuk bertahan dan lebih resilien atau tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan ini.
Jika kamu tidak memiliki opsi untuk resign, kamu selalu bisa membangun motivasi dalam bekerja untuk terus berjuang demi keluarga, lo!
Berikut cara untuk menemukan motivasi dalam bekerja meskipun sulit:
1. Buat Tujuan, Bukan Tugas-tugas Semata
Sangat mudah untuk berpikir bahwa pekerjaan yang menumpuk adalah tugas yang perlu diselesaikan.
Namun tidak jarang, perspektif seperti ini akan membuat kamu merasa bahwa kamu tidak memiliki tujuan.
Goal setting atau penetapan tujuan sangatlah penting! Jika kamu memiliki tujuan hari ini seperti “Menyelesaikan 3 artikel” atau “Menuntaskan balasan e-mail untuk klien potensial”, kamu jadi lebih tahu apa yang harus dilakukan.
Selain itu, kamu juga bisa mengenali apa tujuan terbaik dari tindakan-tindakan yang akan kamu lakukan, lo. Misalnya kamu bisa menuntaskan 1 subbab dari skripsi kamu untuk hari itu untuk mengurangi beban ke depannya.
2. Carilah Reward yang Efektif, Bukan Hanya Kesenangan Belaka
Apakah kamu menyadari bahwa reward yang kamu dapatkan pasca mengerjakan suatu tugas atau mencapai tujuan itu efektif?
Pastikan jika reward itu tidak membuatmu lelah atau pun menghambat motivasi dalam bekerja.
Seperti jika kamu sudah tuntas mengerjakan tugas, kamu tiba-tiba memilih pergi ke tempat lain yang lebih jauh. Hasilnya justru kamu akan kesulitan pulang dan menghabiskan waktu di jalanan lebih lama.
Tentu sangat kontradiktif dengan tujuan awal yakni fokus bekerja, bukan?
Kamu bisa mencari reward yang mendukung seperti melakukan spa usai turun dari KRL atau pun minum cokelat hangat saat sudah di rumah.
3. Pecah Beberapa Tujuan Menjadi Sub-tujuan yang Lebih Kecil
Jika kamu merasa tujuan pekerjaan justru membuatmu takut dan tidak mendapat motivasi dalam bekerja, tidak ada salahnya kok untuk memecahnya menjadi sub-tujuan yang lebih kecil.
Semisal kamu berniat mengerjakan tugas akhir. Kamu merencanakannya untuk menuntaskan bab III.
Nah kamu juga bisa memecahnya menjadi:
- Mengerjakan subbab 1?
- Mencari referensi?
- Menulis template laporan?
Ingat, sekecil apapun progress tetaplah progress, ya.
4. Coba Rencanakan Harimu di Pagi Hari, Sesuaikan Ya!
Kamu bisa lo memotivasi dirimu dengan merencanakan hari di pagi hari atau pun mendedikasikan satu hari untuk merencanakan tugas selama seminggu.
Tapi ingat, perhatikan apakah rencana yang kamu tulis masuk akal atau tidak.
Jangan sampai kamu memenuhi tugas dalam satu hari padahal kamu kehabisan waktu untuk naik KRL atau pun kendaraan umum lainnya.
Kamu juga bisa melakukan rutinitas tertentu dalam rentang waktu tertentu sebagai bagian dari me-time, lo.
5. Selalu Cek Dirimu Sendiri Setiap Waktu, dan Jujurlah
Apakah kamu merasa burnout, lapar, atau haus? Mungkinkah kamu merasa stres sampai kamu tidak bisa berpikir apapun?
Kamu harus menyadari dan memahami bahwa terkadang tubuh kamu tidak bisa mengikuti rencana yang ada. Tidak apa-apa, kamu justru bisa merencanakan hal lain untuk mengembalikan dirimu sendiri.
Kamu bisa segera makan atau minum atau pun istirahat sejenak agar tidak terbebani dengan rencana yang sudah kamu buat, lo.
Bahkan kamu bisa membuat janji temu dengan psikolog online agar kamu bisa segera menangani burnout. Semakin cepat ditangani, semakin mudah kamu membuat rutinitas untuk menghindarinya.
6. Buat Waktu Istirahat Sebagai Bagian dari Keseharianmu
Sayangnya, banyak yang melupakan pentingnya waktu beristirahat sebagai bagian dari kesejahteraan mental.
Seringkali menulis rencana pekerjaan yang menumpuk, tetapi enggan untuk menjadwalkan waktu istirahat.
Kamu bisa kok melakukan break selama 5 menit di luar layar gadget atau pun sekadar stretching.
Dengan begini, kamu bisa kembali bekerja dengan lebih tenang dan segar, lo.
Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain karena kebutuhan istirahat setiap orang sangat berbeda!
7. Ada yang Suka Membuat Playlist?
Ini adalah salah satu cara yang sangat bagus untuk membangun motivasi dalam bekerja! Sebagai kaum millennial dan gen Z, kamu pasti tidak asing dengan playlist music yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan kamu.
Jika kamu merasa sedih atau pun tidak bersemangat, playlist khusus bekerja bisa membangun mood agar kamu tahu bahwa ini adalah saatnya bekerja dan bersemangat.
8. Kenakan Outfit Favoritmu
Satu cara yang sangat mudah dan terbukti cukup efektif adalah menggunakan pakaian terbaik kamu.
Pakaian terbaik ini bisa berupa macam-macam. Tujuannya adalah mengingatkan dirimu bahwa kamu adalah individu yang utuh dan luar biasa terlepas dari kemacetan stasiun KRL yang mungkin kamu hadapi!
Mulai sesederhana mengenakan baju yang baik, melakukan hairdo, atau pun mengaplikasikan lipstik kesukaanmu.
***
Referensi:
- Alalool, A., Alhashaikeh, B.; Khamis, H.; Majdalawi, R.; Ainawi, R. (2017). Traffic congestion and long driving hours: Impact on stress, emotional and physical health among drivers in Sharjah. 9th Asia Pacific Global Summit on Healthcare & Immunology.
- RSPH. Health in A Hurry: The impact of rush hour commuting on our health and wellbeing. https://www.rsph.org.uk/static/uploaded/b1320af3-7ba3-4b4e-a14351e7d8cfb24b.pdf
- Ayelet Fishbach. How to Keep Working When You’re Just Not Feeling It. https://hbr.org/2018/11/how-to-keep-working-when-youre-just-not-feeling-it
- Sarah Fielding. 9 Ways to Motivate Yourself to Work When You’re Struggling Mentally. https://www.healthline.com/health/mental-health/motivation-work-tasks
Ditulis oleh Adismara Putri Pradiri, S.Psi., kandidat psikolog klinis.