Setelah selama ini mengaku sedang jatuh cinta, apakah kalian benar-benar sedang jatuh cinta, bukan terobsesi? Apa kalian tahu perbedaan cinta dan obsesi?
Berbicara tentang cinta rasanya tidak ada habisnya, ya, Dear. Ketika sedang kasmaran, kita seolah tidak bisa menghilangkan dia dari pikiran. Tapi, ketika sedang patah hati, rasa sakit kadang membuat kita sedih sejadi-jadinya.
Menurut penelitian, obsesi selalu berujung pada hal yang negatif, lho. Dalam hubungan asmara, obsesi tentu bukan sesuatu yang layak untuk dipertahankan.
Nah, agar kita tidak salah kaprah, yuk, kenali apa yang berbeda dari cinta dan obsesi menurut psikolog!
Mencintai itu saling mendukung, obsesi itu mengekang
Menjalani hubungan bukan berarti harus sering bertemu dan harus selalu sama.
Walaupun terkadang beberapa pasangan bertemu karena kesamaan mereka, tidak jarang pula keduanya justru kontras namun tetap saling memiliki.
Saling mendukung pilihan-pilihan kita adalah bentuk dari rasa cinta.
Sementara melarang, membatasi, atau mengekang yang timbul dari asumsi sepihaknya untukmu adalah wujud dari obsesi, Dear.
Saling menghormati privasi, bukan terlalu memasuki batasan pribadi
Ketika menjalin hubungan, khususnya untuk yang masih berpacaran, menjaga privasi masing-masing tentu perlu.
Bukan karena tidak percaya untuk saling berbagi, tapi tentang perlunya ruang untuk diri sendiri.
Saat kita terlalu masuk dalam privasi pasangan, apalagi sampai membuatnya merasa tidak nyaman, hal itu bisa disebut sebagai terobsesi, Dear.
Apabila kamu curiga terhadap pasangan, kamu bisa coba 6 cara untuk mengatasinya sebelum dia merasa terganggu!
Berkorban atas nama cinta itu ketika keduanya saling menyetujui, bukan sepihak
Lalu, apakah berkorban termasuk dalam cinta dan obsesi atau hanya salah satunya?
Apabila pengorbanan itu disepakati oleh kedua belah pihak, artinya kalian saling mencintai.
Tapi, ketika hanya satu pihak yang berkorban, bisa jadi termasuk sebagai obsesi. Karena saling mencintai berarti saling memberi, Dear.
Cinta dan obsesi juga bisa terjadi pada kalian yang belum menjalin hubungan asmara
Saat kita menyukai seseorang dan selalu berusaha menerima apakah dia memiliki perasaan yang sama atau tidak, itu merupakan cinta.
Tapi, apabila terlalu berharap harus menjadi seseorang yang ada di sisinya, itu termasuk terobsesi!
Keinginan untuk menjadi seseorang yang ada di sisinya mungkin bagus. Tapi, ketika kita sudah memilikinya, rasa itu justru acapkali hilang karena kita terobsesi dengannya, bukan mencintainya.
Tanyakan sekali lagi, apakah selama ini kalian saling mencintai atau terobsesi?
Tidak bisa dipungkiri bahwa menjalin hubungan dengan seseorang mungkin akan mengarah pada komitmen atas hubungan yang tengah dijalani.
Tapi, apabila tidak ada kejelasan dan begitu-begitu saja. Begitu pula dengan cinta yang dijalani secara berlebihan, tentu banyak membawa pengaruh buruk, Dear.
Antara cinta dan obsesi, coba tanyakan pada diri sekali lagi, apakah hubungan kalian selama ini adalah hubungan yang sehat?
Hati-hati terjebak dalam hubungan tidak sehat, Dear!
—
Mencintai itu harus saling memberi, Dear. Jangan sampai kalian tidak sepenuh hati dalam menjalin hubungan hingga berujung merugikan kedua belah pihak.
Apabila obsesi berujung membuat pacar menjadi kasar, segera ketahui cara menghindari kekerasan fisik dalam pacaran, Dear!
Mulai sekarang, cobalah untuk membedakan cinta dan obsesi. Keduanya adalah hal yang berbeda, pengaruhnya pun sangat signifikan dalam menjalin sebuah hubungan.
Semoga kamu mendapat pasangan yang terbaik, ya!
Referensi:
- https://psychology.binus.ac.id/2017/03/16/8368/
- https://www.bustle.com/p/how-to-tell-the-difference-between-love-obsession-13000434
- https://pairedlife.com/problems/Is-It-Love-or-Obsession
Ditulis oleh Maulfa Putri, yang juga mensemogakan kalian mendapatkan pasangan terbaik.
Discussion about this post