Confirmation bias – Ketika kamu membaca berita, secara otomatis, kamu akan berpikir kalau kamu mendapatkan fakta mengenai apa yang sedang terjadi di dunia ini, ‘kan?
Nyatanya, kamu lebih banyak memilih untuk mengkonsumsi informasi yang sesuai dengan keyakinanmu, lho, dan tidak peduli-peduli amat tentang informasi yang justru menyatakan sebaliknya.
Contohnya, nih, temanmu adalah seseorang yang percaya bahwa vaksin itu haram berdasarkan alasan agama. Maka, temanmu akan lebih sering membaca opini dari anti-vax daripada penelitian tentang vaksin yang didasarkan oleh riset dan data saintifik.
Nah, fenomena ini disebut sebagai confirmation bias atau bias konfirmasi.
Apa itu confirmation bias?
Bias konfirmasi adalah kecenderungan seseorang untuk mencari informasi yang mendukung kepercayaan mereka, dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan hal tersebut.
Namun, tidak hanya mencari informasi saja—ketika mereka telah meyakini suatu hal, mereka juga akan menafsirkan berita dengan cara yang menguatkan ide-ide mereka.
Misalnya, sebagai seseorang yang mempromosikan #AsianHate di media sosial, orang itu akan menyimpulkan isi berita #StopAsianHate sebagai propaganda orang Asia, padahal bukan.
Kenapa confirmation bias berbahaya?
Di tengah era informasi yang mengalir deras—terutama di media sosial—memiliki opini sendiri itu tentu saja merupakan hal yang bagus.
Akan tetapi, hanya menyaring informasi yang kamu sukai itu tidak selalu baik, karena kamu akan melewatkan informasi lain yang sama pentingnya.
Ketika kamu terjebak dalam bias konfimasi, kamu menolak untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Padahal, memahaminya dari dua sisi dapat membuka pikiranmu secara lebih luas.
Kenapa confirmation bias muncul?
Cara otak untuk memproses informasi
Dengan banyaknya informasi yang kamu terima, rasanya tidak mungkin untuk mengevaluasi informasi tersebut satu per satu secara kritis untuk membuat kepercayaan baru.
Maka dari itu, otakmu menggunakan jalan pintas yang bernama “heuristik”, yaitu strategi kognitif yang digunakan untuk mencari bukti yang mendukung hipotesis yang telah kamu punya sebelumnya.
Melindungi kepercayaan diri
Sering kali, pandangan hidup yang kamu adopsi membentuk identitas dirimu. Makanya, ketika kamu diberitahu seseorang kalau pandanganmu salah, kamu akan merasa kecewa.
Belum lagi kalau orang-orang menilaimu sebagai pribadi yang kurang cerdas, karena mempercayai informasi yang sering disalahkan oleh masyarakat umum.
Sehingga, tak dapat dipungkiri bahwa konfirmasi bias dapat meningkatkan kepercayaan dirimu.
Mencegah cognitive dissonance
Cognitive dissonance adalah konflik mental yang terjadi saat seseorang memegang dua kepercayaan yang bertentangan antara satu sama lain, dan membuat mereka merasa tidak nyaman.
Misalnya, kamu adalah seorang perokok yang tahu kalau merokok itu buruk. Akan tetapi, kamu percaya kalau merokok tidak akan membunuhmu begitu saja.
Jadi, kamu memilih untuk mengabaikan fakta bahwa merokok dapat membunuhmu dan tidak berhenti merokok.
Bagaimana cara agar terhindar dari confirmation bias?
1. Mengambil keputusan secara sadar
Sering kali, kamu mengambil keputusan seiring mengumpulkan informasi dari berita atau bahan bacaan. Secara tidak langsung, itulah yang membuatmu mengimplementasikan konfirmasi bias.
Untuk menghindari hal itu, mulailah menyadari bahwa langsung menyimpulkan sesuatu tanpa dasar adalah sebuah kebiasaan buruk yang harus diubah.
2. Mencari informasi yang objektif
Ketika membaca suatu berita, hindari menyimpulkan hanya berdasarkan judul dan skimming atau scanning (membaca cepat).
Bacalah artikel itu untuk meresapi informasinya dengan mencari bukti kredibel dan menganalisis apakah pernyataan di dalamnya berasal dari sumber yang terpercaya.
Jangan lupa untuk membaca artikel lainnya sebagai pembanding atas informasi yang telah kamu miliki!
3. Mengidentifikasi confirmation bias
Setelah melakukan semua itu, tanyakan kepada dirimu sendiri: apakah kamu sedang mengalami konfirmasi bias sekarang?
Mengetahui berbagai sudut pandang akan suatu hal itu penting. Namun, pada akhirnya, kamu lah yang dapat membentuk opinimu sendiri berdasarkan informasi dan data yang telah dikumpulkan.
Jadi, kalau kamu sudah bisa melepaskan diri dari cengkraman konfirmasi bias, tetaplah beropini sesuai nilai dan moral yang kamu pegang, ya!
Oh, ya, konfirmasi bias ini sangat dipengaruhi oleh stereotip yang diyakini dalam masyarakat, lho, dan melanggengkannya dapat berakibat fatal bagi kelompok minoritas yang distereotipkan. Kamu bisa mengedukasi dirimu lebih lanjut tentang stereotip melalui program Riliv dan Indika Foundation.
Riliv bekerjasama dengan Indika Foundation mendukung masa depan Indonesia yang damai, inklusif dan memiliki semangat toleransi. Tujuan ini akan dicapai melalui pemberian pendidikan karakter yang mengajarkan kemampuan bernalar kritis, menghormati perbedaan, mengasah empati dan kecerdasan sosial emosional.
Riliv dan Indika Foundation memiliki program kerjasama #MakeItEQual yang bisa Anda akses sebagai berikut:
10000 kode voucher free meditasi dengan menggunakan kode voucher makeitequal
100 artikel kecerdasan emosional dan mindfulness
15 modul dan e-book kecerdasan emosional dan mindfulness
3 workshop #MakeItEQual
Informasi lebih lengkap mengenai program #MakeItEQual silahkan kunjungi laman RILIV MAKE IT EQUAL untuk mengakses seluruh layanan kerjasama di atas!
Referensi:
- verywellmind.com. How Confirmation Bias Works
- simplypsychology.com. Confirmation Bias
- thedecisionlab.com. Confirmation Bias – Definition & Examples
Ditulis oleh Adinda Mauradiva.
Baca Juga:
Parents, Wajib Tahu 7 Cara Mengatasi Anak Susah Belajar!