Ketika perceraian dirasa sebagai jalan terbaik yang dipilih oleh pasangan suami-istri, perpisahan tentu tak dapat dihindari. Perpisahan dalam hal ini bukan hanya untuk pasangan suami-istri itu sendiri, namun juga perpisahan bagi sang anak. Banyak orang berasumsi bahwa hanya anak yang sudah cukup dewasa yang akan mengalami dampak dari perceraian kedua orang tuanya. Namun ternyata, dampak perceraian bagi anak balita juga membawa pengaruh yang signifikan.
“Pasti gara-gara aku!”
Balita berada pada fase dimana ia cenderung berfokus pada dirinya sendiri (self-centered), sehingga ketika kedua orang tuanya ribut dan akhirnya memilih bercerai, ia akan menganggap bahwa semua adalah salahnya. Padahal ia bahkan belum paham apa itu perceraian. Biasanya rasa bersalah mereka akan ditandai dengan gampang menangis, suka mencari perhatian, dan gemar menghisap ibu jari.
Untuk menghindari kesalahpahaman dari keributan yang terjadi, orang tua bisa meluangkan waktu bersama anak, seperti bermain bersama atau membacakan sebuah cerita untuknya sembari menjelaskan rencana untuk berpisah. Melihat kedua orang tuanya membicarakan tentang perpisahan secara baik-baik, secara tidak langsung membuat sang anak meniru dengan memberi respon terhadap perceraian secara lebih bijaksana tanpa menyalahkan dirinya sendiri.
Baca juga: Pernikahan yang Tidak Bahagia: Tetap Tinggal atau Tinggalkan?
Takut dicampakkan oleh ibu dan ayahnya
Interaksi dengan kedua orang tua adalah hal yang paling dibutuhkan oleh anak balita. Ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai, ia menyadari bahwa kasih sayang diantara mereka berdua telah hilang. Ibu dan ayahnya yang dulu saling memberi kecupan dan memeluk hangat satu sama lain sekarang seolah lupa akan semua itu. Dengan begitu, anak akan merasa bahwa cinta dari mereka untuknya juga bisa sirna.
Rasa takut dicampakkan adalah salah satu dampak perceraian bagi anak balita yang ditandai dengan susah tidur atau takut tidur sendirian. Dalam hal ini, mengajak anak untuk tidur bersama akan mengurangi rasa takut dan kegelisahannya yang mungkin disebabkan oleh mimpi buruk. Jangan khawatir, ketika anak sudah merasa nyaman, ia akan kembali tidur sendiri di kamarnya.
Baca juga: Survivor Day: Karena Tak Hanya Satu Jiwa yang Tersakiti
Anak merasa tidak percaya diri
Selain perpisahan, keadaan setelah perceraian pun berubah. Mulai dari pindah rumah, kondisi keuangan yang mungkin memburuk dan orang tua tunggal yang masih kebingungan untuk mengurus anak seorang diri. Berbagai stresor inilah yang sulit dihadapi oleh anak berusia balita. Ia merasa sebagai korban yang tidak berdaya karena sulit menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Hal ini dapat menimbulkan depresi, kecemasan dan mengurangi rasa percaya diri pada anak.
Sebagai solusi, orang tua bisa bertanya apa yang anak rasakan dari perubahan yang terjadi setelah perceraian. Jika anak menganggap dirinya tidak bisa mengatasi semuanya, meyakinkan bahwa ia memiliki mental yang cukup kuat untuk menghadapi semua perubahan tersebut bisa menjadi dorongan baginya. Mengajari cara berpikir yang positif dan cara mengendalikan emosi juga dapat mengembalikan rasa percaya diri sang anak.
Baca juga: 4 Cara Ini Bisa Membuat Orang Lain Memahami Gangguan Kejiwaan yang Sedang Kamu Alami!
Dampak perceraian bagi anak balita bisa menyebabkan perubahan perilaku
Dampak perceraian bagi anak balita juga dapat dilihat dari perilaku yang berubah. Anak balita yang harus menyaksikan perceraian dari ayah dan ibunya akan cenderung lebih membangkang dan kurang mampu mengendalikan diri. Selain itu, ia mungkin sering terlibat konflik dengan teman bermainnya, contohnya tidak mau berbagi mainan atau bersikap kasar pada temannya.
Dalam mengatasi masalah tersebut, orang tua bisa mencoba untuk menerapkan peraturan pada sang anak. Bukan peraturan yang mengekang, melainkan peraturan yang dapat mendisiplinkan perilakunya. Contohnya, memberitahu setiap konsekuensi yang akan ia dapat dari melakukan suatu hal, sehingga anak bisa membedakan mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak.
—
Walaupun anak balita belum mengerti apapun tentang perceraian, tapi mereka bisa merasakan adanya perubahan, serta merespon perubahan tersebut dengan caranya sendiri. Terlebih, anak yang masih balita memiliki memori yang kuat, sehingga dampak perceraian mungkin akan berlanjut hingga mereka dewasa. Sebagai orang tua, senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang adalah cara paling bijaksana untuk menghadapi dampak perceraian bagi anak balita.
Disadur dari:
- https://www.psychologytoday.com/intl/blog/age-un-innocence/201612/does-divorce-damage-infants-and-toddlers
- https://www.verywellfamily.com/psychological-effects-of-divorce-on-kids-4140170
Translated and modified by Isti Zharfiesyah Putri. Someone who is always craving for a scoop of vanilla ice cream.
Discussion about this post