Hubungan Tidak Sehat – Siapapun pasti setuju kalau hubungan asmara sudah jadi salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Tapi gimana ya, kalau kehidupan asmaramu malah lebih banyak membangkitkan emosi negatif sampai bikin kamu sering stres? Cari tahu jawabannya, yuk!
Apakah yang Menjadi Pembeda Hubungan Sehat dan Tidak Sehat?
Pada dasarnya, saat kamu menjalin hubungan dengan seseorang, pasti akan ada pertukaran emosi antar kalian berdua. Tidak hanya emosi positif, emosi negatif juga termasuk dimana merupakah hal yang wajar bagi seseorang untuk pernah merasakan kedua emosi itu. Bahkan lebih.
Tapi, sebagai sepasang kekasih pastinya kalian menjalin komunikasi yang jauh lebih intens, bukan? Hal ini lah, yang membuat pertukaran emosi bisa menjadi sangat cepat diantara kalian berdua. Karena itu, kamu perlu tahu batasan seberapa banyak emosi pasanganmu boleh mempengaruhi fungsi tubuh dan jiwamu selama berinteraksi.
Umumnya, hubungan tidak sehat akan membawa dampak-dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dilihat dari segi mental juga fisik. Kamu yang sedang terjebak dalam hubungan seperti ini, mungkin akan merasa:
Jarang atau Kesulitan Merasa Bahagia dengan Pasangan
Walaupun kebahagiaan ada ditangan kamu sendiri, tapi kita tidak bisa menutup mata atas peran dan pengaruh orang lain akan hal ini. Terlebih sebagai pasangan, kamu pasti akan memiliki ekspektasi untuk dicintai dan mencintai secara seimbang hingga merasa bahagia. Membuatmu lebih bersemangat, dan saling peduli dengan dukungan satu sama lain.
Tapi saat ekspektasi itu tidak bisa terwujud, kamu mungkin akan merasa kecewa, sedih, hingga berujung munculnya perasaan tidak bisa bahagia dalam hubungan asmaramu.
Tingkat Stres Meningkat
Bisa memiliki seseorang yang kamu andalkan untuk menyemangati dan menghabiskan waktu bersama, tentu bisa mengurangi stres yang sedang kamu rasakan. Tapi kalau hubungan asmaramu malah membuat stres muncul lebih sering, mungkin kamu bisa pertimbangkan hal ini sebagai salah satu tanda bahwa hubunganmu tidak sehat.
Karena berdasarkan studi dari University of Chicago, seseorang yang sedang menjalin hubungan (menikah/belum), cenderung memiliki kadar hormon stres kortisol lebih rendah dan kadar hormon oksitosin (hormon bahagia) lebih tinggi. Hal ini juga diperkuat dengan beberapa studi bahwa sentuhan fisik seperti memeluk dan berpegangan tangan dengan pasangan, terbukti mampu menurunkan kadar hormon stres kortisol.
Jadi, kalau kamu merasa malah makin stres, sudah tahu jawabannya kan?
Menurunnya Motivasi untuk Hidup Lebih Baik
Hubungan yang sehat, tentu aja akan mengarahkan kamu ke hal-hal yang lebih positif. Termasuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Kamu akan menemukan banyak pelajaran dari hubungan kalian, dimana kamu akan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa bahkan sampai menerapkan pola hidup yang lebih sehat untuk bisa terus memiliki kehidupan yang setara dengan pasanganmu. Ini mungkin akan terdengar seperti paradoks, tapi percayalah, ini bukan.
Berubah menjadi pribadi yang lebih baik demi pasangan, tentu bukan hal yang baik bagi kamu. Karena saat hubungan tidak begitu baik, maka kamu tidak kehilangan arah dan bisa jadi meninggalkan hal-hal positif itu. Justru yang perlu kamu lakukan adalah, mengganti alasannya untuk diri sendiri dan menjadikan pasanganmu sebagai salah satu variabel dalam alasan tersebut. Tapi tetap yang utama adalah, untuk dirimu sendiri.
Jadi kalau pasanganmu belum bisa menjadi bagian dari variabel dan malah membuatmu kehilangan motivasi untuk membuatmu tumbuh sebagai pribadi lebih baik lagi, kamu bisa mulai mempertimbangkannya.
Semua hal diatas tentu akan sangat berbalik kalau kamu berada dalam hubungan yang sehat. Dan contoh-contoh diatas juga masih belum lengkap untuk mendeskripsikan apakah hubunganmu termasuk sehat atau tidak. Mungkin jika kamu merasa ada beberapa hal yang cenderung negatif dalam hubunganmu sehingga mengganggu aktivitas harian tapi masih belum yakin, atau bingung diskusi dengan siapa, kamu bisa coba konsultasikan hal ini dengan psikolog profesional dari Riliv.
Konsultasikan Hubungan ke Psikolog
Uji Kesehatan Hubunganmu dengan Bertanya Pada Diri Sendiri
Seperti yang kita tahu karena tingginya intensitas kalian bersama, mungkin kamu tidak akan langsung bisa mendeteksi apakah kamu berada dalam hubungan yang tidak sehat. Karena itu, penting bagi kamu untuk berdialog dan coba menanyakan beberapa pertanyaan ini pada diri sendiri untuk mengetahui kesehatan hubunganmu.
- Bagaimana perasaanmu saat bersama dengan pasanganmu? Apakah kamu merasa aman?
- Apakah kamu merasa tertekan secara emosional saat berinteraksi dengan pasanganmu?
- Apakah pasanganmu memanipulasi kamu?
- Apakah pasanganmu pernah melakukan sesuatu di luar prinsip moral dan keetisan?
- Apakah pasanganmu mempersulit dirimu?
Bertahan atau tinggalkan, pilihan ada di tanganmu
Kalau kamu sudah berhasil menjawab beberapa pertanyaan diatas dan mencoba untuk memperbaiki hubungan yang tidak sehat, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan.
- Apa kalian bersedia untuk terlibat lebih jauh dalam dampak buruk dihasilkan hubungan tersebut?
- Apa kalian bersedia terus menerus merasa cemas, tertekan, dan terganggu demi mempertahankan hubungan tersebut?
Penting bagi kamu untuk mendiskusikan hal ini dengan pasangan agar hubungan yang selama ini kalian bangun tidak sia-sia dan bisa menjadi tolak ukur juga bagi kamu untuk mendapatkan kepastian apakah she/he is the one.
Kalau kalian sepakat untuk mempertahankan hubungan tapi bingung harus memulai darimana, kamu bisa pertimbangkan untuk ikuti sesi konseling pasangan bersama psikolog profesional dari riliv untuk dapatkan arahan dan solusi atas permasalahan kalian.
Apapun pilihanmu, jangan lupa pilihlah dengan bijak ya. Memang, tidak ada hubungan yang sempurna, tapi cinta tidak seharusnya membuat kita kehilangan kedamaian, kegembiraan, dan kebahagiaan yang ada di dalam diri kita.
Referensi:
- https://www.psychologytoday.com/ca/blog/towards-recovery/201709/toxic-relationships
- http://time.com/5274206/toxic-relationship-signs-help/
- https://www.healthscopemag.com/health-scope/toxic-relationships/
Written by Vibi Larassati, to spread the belief of self-love, despite all of this.
Discussion about this post