Banyak yang menyelesaikan masalah bullying dengan masih berfokus pada apa yang harus dilakukan oleh korban. Bagaimana korban harus melawan, lalu harus bercerita kepada siapa dan sebagainya. Namun bukankah kita juga perlu memfokuskan perhatian kepada pem-bully? Bagaimana jika jadi si pem-bully, apa yang ia harus benahi.
Riliv bersama dengan dengan psikolog profesional telah merangkum langkah-langkah apa yang perlu dilakukan jika jadi pem-bully. Yuk kita simak Dear, bisa jadi di sini kamu dapat menemukan puzzle yang hilang dari permasalahan bullying.
Mengapa jadi pem-bully?
Langit tak selamanya biru, suatu kala ia merah lalu menjadi hitam mencekam. Sama seperti perjalanan hidup, ada kecerahan dan kebahagiaan, disisipi berbagai permasalahan hingga terkadang terlalu gelap untuk dipecahkan hingga pada beberapa personal akan melampiaskan masalahnya kepada orang lain dalam wujud bullying. Jadi si pem-bully,
“bahagia di atas penderitaan orang lain”.
Beberapa orang menggertak untuk mengatasi perasaan stres, kemarahan, atau frustrasi mereka sendiri. Pengganggu atau pem-bully mungkin juga pernah di-bully dan itu mungkin menjadi salah satu pemicu berantai sehingga ia ingin menunjukkan kekuatan mereka dengan mengintimidasi orang lain sebagai wujud balas dendam.
Minoritas dapat memicu bullying
Sifat dan ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang itu minoritas dapat memancing sebuah proses intimidasi atau bullying. Karena bullying hanya dapat dilakukan oleh kelompok mayoritas atau yang memiliki power pada lingkungannya.
Ciri-ciri minoritas seperti ras, kebiasaan yang berbeda dengan orang sekitarnya (misalnya: seorang kutu buku diantara orang sekitarnya yang atletis) dapat menjadi bahan bullying apabila golongan mayoritas atau yang memiliki kuasa pada lingkungannya tidak menghormati golongan lemah lainnya.
Perasaan bersalah jadi pem-bully ada atau tidak ya?
Umumnya pem-bully memiliki rasa puas ketika sudah melakukan tindak intimidasi atau bullying. Setiap personal cenderung ingin mencari sebuah kepuasan. Inilah kenapa terkadang yang membuat seorang tidak sadar bahwa ia telah jadi si pem-bully.
Dear, pernahkah kamu terkejut seseorang bersedih dan mengatakan jika kamu yang membuatnya sedih?
Lalu kamu bertanya-tanya “Apa ya salahku?”.
Kejadian seperti ini menunjukkan mungkin saja pem-bully tidak menyadari bahwa ia telah melakukan bullying. Ketidaksadaran tersebut juga menyebabkan pem-bully tidak merasa bersalah. Di sisi lain, seorang yang menyadari jika dirinya memang pem-bully, justru memiliki rasa bersalah yang disembunyikan sampai membuatnya takut untuk meminta maaf.
Berbicara dengan orang dewasa
Berbicara dengan orang dewasa yang tepercaya untuk membicarakan mengapa bisa jadi pem-bully atau pengganggu cukup mampu meringankan beban untuk mulai berbenah diri.
Meminta saran kepada mereka bagaimana harus berubah dan bersikap, karena orang yang dewasa dapat membaur serta menjaga keharmonisan lingkungannya.
Coba bayangkan jika kita di posisi yang di-bully
Pikirkan bagaimana perasaan orang yang diintimidasi. Bayangkan bagaimana perasaan korban atau target bullying. Tentu secara umum, orang cenderung tidak ingin direndahkan dan terus dijadikan bahan penindasan.
Setiap dari manusia memiliki keunikan fisik, karakter, dan kebiasaan masing-masing seperti sidik jari yang berbeda-beda. Mari hargai perbedaan dengan tidak mengintimidasi orang lain. Cara membayangkan kita di posisi orang yang ditindas cukup efektif untuk semakin menyadarkan bahwa setiap orang perlu dihargai.
Meskipun kaum minoritas yang lemah mudah untuk dibuat lelucon hingga tindak intimidasi oleh golongan mayoritas, penting untuk memperlakukan setiap orang dengan hormat. Lengkapilah hidup kita dengan berbagai warna kebersamaan dan kebahagiaan tanpa menyakiti salah satu pihak.
Disadur dari:
- https://kidshealth.org/en/teens/bullies.html
Diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Miftakhul Syaifuddin. Semua orang pernah berbuat salah, mari berubah dan saling memaafkan ^^