Kenyataannya, aku bukan satu-satunya orang yang pernah takut gagal. Secara psikologis, memang itu adalah sifat alami manusia. Ketika keluar dari zona nyaman, kita merasa takut. Ketika hal-hal tidak berjalan seperti yang diharapkan, kita berpikir ini adalah akhir dari segalanya.
Tapi apa benar begitu?
Coba ingat-ingat kisah J.K. Rowling, penulis buku legendaris Harry Potter. Setelah belasan kali ditolak oleh penerbit-penerbit buku, sekarang ia termasuk penulis terkaya di dunia bukan? Dalam sebuah wawancara, Rowling pernah menyampaikan bahwa
“Some failure in life is inevitable. It is impossible to live without failing at something, unless you live so cautiously that you might as well not have lived at all — in which case, you fail by default.” – JK Rowling
Sebenarnya apa sih penyebab takut gagal?
Takut gagal bisa disebabkan oleh banyak hal. Misalnya, memiliki orang tua yang terlalu kritis atau kurang suportif adalah salah satu penyebabnya. Karena sejak masa kanak-kanak, mereka sering “dihakimi” sehingga perasaan tersebut terbawa hingga dewasa.
Atau juga bisa karena peristiwa traumatis yang pernah dialami. Contohnya, ketika kamu gagal menyampaikan presentasi penting di hadapan orang-orang penting. Pengalaman itu mungkin begitu mengerikan dan ketakutan itu masih dibawa-bawa hingga bertahun-tahun kemudian.
Kalimat “jangan takut gagal” terlihat mudah diucapkan, lalu apa yang harus aku lakukan agar tidak takut gagal?
Dengan melihat kembali kegagalan-kegagalan yang pernah kita semua hadapi, kita bisa melihat bahwa setiap kegagalan merupakan bagian hidup yang menjadi pengalaman belajar yang berharga.
Kegagalan yang kita hadapi hari ini adalah wujud dari keberanian kita mengambil risiko. Semua ahli keuangan pasti percaya dengan istilah high risk high return — semakin tinggi risiko, semakin tinggi kemungkinan untuk berhasil, ataupun gagal.
Tapi kabar baiknya, dengan bersedia mengambil risiko, ada kemungkinan bagi kita untuk mendapatkan kesuksesan yang besar, daripada jika tidak melakukan apa-apa.
Hmm… itu semua terdengar bagus secara teori. Tetapi bagaimana jika rasanya begitu buruk untuk gagal? Bukankah kita semua khawatir akan dihukum atau tidak siap harus menanggung malu jika gagal?
Tenang Dear, kali ini Riliv akan membagikan beberapa langkah untuk mengatasi ketakutan kita akan kegagalan. Simak yuk!
1. Jangan takut, ambil saja hikmah dari kegagalanmu di masa lalu
Coba tuliskan 3 hal yang kamu pelajari dari kegagalanmu. Dengan begitu, kamu bisa menyusun ulang prioritasmu dan membuat beberapa perubahan kecil.
Oh ya, jangan ragu untuk berdiskusi dengan orang lain ya! Mungkin ada teman atau kolegamu yang juga mengalami kegagalan serupa.
Belajar tentang bagaimana orang lain mengatasi kegagalan mereka juga bisa membantu mengurangi ketakutanmu.
2. Kalau kamu melihat ada kemungkinan gagal, jadikan itu sebagai tantangan
Jika kamu menganggap stres sebagai ancaman, kamu akan merasa seperti berada dalam pertempuran. Tapi, kalau kamu memandang stres sebagai tantangan, kamu akan cenderung berpikir bahwa kamu mampu mengatasinya. Bonusnya, tubuhmu akan lebih rileks.
Nah, untuk mengatasi rasa takutmu itu, coba luangkan waktu sejenak untuk memikirkan kembali apa saja yang membuatmu tidak berhasil sebelumnya. Kira-kira, apa yang bisa kamu lakukan untuk memperbaikinya?
Kamu juga bisa memvisualisasikan kesuksesan yang akan kamu capai jika berhasil melakukannya dengan baik. Nah, dengan begitu kamu akan merasa lebih positif, Dear!
3. Jangan biarkan kegagalan melemahkanmu
Karena apa?
Penting juga untuk kamu berlatih belas kasih diri ketika melakukan kesalahan. Ingat, semua orang pernah gagal, jadi kamu tidak perlu merasa bersalah berlebihan atau merendahkan diri. Sikap seperti itu tidak akan membantumu menghadapi kegagalan di masa depan. Oke, Dear?
Referensi:
- https://www.mindtools.com/pages/article/fear-of-failure.htm
- https://www.forbes.com/sites/vanessaloder/2014/10/30/how-to-move-beyond-the-fear-of-failure-5-proven-strategies/#7b0f69f71b78
- https://greatergood.berkeley.edu/article/item/three_ways_to_overcome_fear_of_failure_at_work
Written by Ayu Yuni Afifah.