Kategori anak berkebutuhan khusus – Anda mungkin belum familiar dengan istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), tapi sudah sering mendengar tentang anak dengan autisme atau anak dengan down syndrome. Nah, mereka inilah yang masuk ke dalam kategori ABK.
Namun ternyata, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak sudah menentukan kategori anak berkebutuhan khusus yang resmi dan diakui negara, lo.
Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak memiliki batasan definisi ABK yang resmi dan digunakan oleh instansi di Indonesia.
Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.
Ini artinya, ABK memiliki keistimewaan dari beberapa aspek atau seluruh aspek perkembangan, ya.
Kategori Anak Berkebutuhan Khusus
1. Tunanetra
Kondisi ini umumnya identik orang yang nggak bisa melihat, padahal ternyata pengertiannya nggak sesempit itu. Tunanetra sebenarnya bisa dikelompokan menjadi 2 macam, yaitu:
- Buta atau nggak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar.
- Low vision atau masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya sangat kurang. Contohnya anak yang hanya mampu membaca headline surat kabar.
2. Tunarungu juga termasuk kategori anak berkebutuhan khusus
Seseorang dikatakan tunarungu apabila memiliki kerusakan/kelainan pada organ pendengaran, yang menyebabkannya tidak dapat atau kurang mampu mendengar suara yang seharusnya didengar orang normal. Klasifikasinya sebagai berikut:
- Mild loss atau sulit mendengar percakapan dengan suara lemah.
- Marginal loss atau sulit mendengar percakapan pada jarak normal dan kadang percakapan kelompok, serta sedikit mengalami kelainan bicara dan perbendaharaan kata terbatas.
- Moderat loss, mengerti percakapan keras pada jarak satu meter tapi perbendaharaan kata terbatas.
- Profound loss, bisa mendengar suara yang keras pada jarak sekitar 2 cm atau sama sekali nggak mendengar walaupun menggunakan alat bantu dengar.
Baca Juga:
Mengasuh Anak Berkebutuhan Khusus menurut Psikolog
3. Tunagrahita atau Disabilitas Intelektual
Ini adalah kelompok orang yang mengalami hambatan fungsi kecerdasan intelektual dan adaptasi tingkah laku pada masa perkembangannya, yang menyebabkan kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial. Terbagi dalam 3 kelompok:
- Tunagrahita ringan: kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, tapi memiliki kemampuan untuk berkembang dalam pelajaran akademik, adaptasi sosial dan bekerja.
- Tunagrahita sedang: memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Masih bisa belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional.
- Tunagrahita berat dan sangat berat: hampir nggak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi, dan bekerja.
4. Down syndrome, kategori anak berkebutuhan khusus yang cukup terkenal
Ini adalah gangguan genetika paling umum—akibat dari abnormalitas perkembangan kromosom—yang menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu, yaitu wajah mongoloid.
Dengan pemberian dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang jauh lebih besar dari anak normal, mereka bisa tumbuh dengan maksimal secara bertahap.
5. Tunadaksa atau Hendaya Fisik
Di masyarakat, istilah ini belum terlalu familiar dan lebih banyak yang menyebutnya dengan cacat atau cacat tubuh. Padahal, ini kata yang kurang baik untuk diucapkan, apalagi untuk kategori anak berkebutuhan khusus ini.
Anak tunadaksa bisa dibagi menjadi 3 kategori:
- Kelainan pada sistem serebral (cerebral system disorders), disebabkan kelainan di dalam sistem saraf pusat. Termasuk dalam kelompok ini adalah cerebral palsy.
- Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculoskeletal system), memiliki kelainan pada sistem otot dan rangka sehingga tidak terjadi koordinasi yang normal dan fungsional dalam menjalankan tugasnya.
- Kelainan tunadaksa karena bawaan (congenital deformities), dapat terjadi karena faktor bawaan yang disebabkan oleh faktor gen dari ayah, ibu, atau dari kedua-duanya.
6. Tunalaras
Kategori anak berkebutuhan khusus ini biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang nggak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.
Anak memiliki hamabtan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial sehingga berperilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan aturan di lingkungannya.
7. Autisme
Seseorang yang mengalami autisme memiliki gangguan dan masalah dalam berinteraksi dengan orang lain, kadang terlihat sangat linglung, terkucil, terasing, nggak mau melakukan kontak mata dengan orang lain, nggak mau bermain bersama teman-temannya, dan melakukan gerakan-gerakan secara terus menerus dan berlebihan.
Akibatnya, anak autis sulit belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, yang menyebabkan mereka seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
8. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD)
Kategori anak berkebutuhan khusus yang satu ini ditandai dengan gangguan pengendalian diri, atensi dan perhatian pendek, hiperaktivitas dan impulsivitas.
Akibatnya, anak sulit untuk mengendalikan aktivitas dan emosinya karena harus terus bergerak dan aktif melakukan sesuatu.
9. Gangguan Ganda
Kategori ini mengacu pada anak yang membutuhkan pendampingan karena dua atau lebih kehendayaan.
10. Lamban Belajar
Istilah slow learner merupakan kategori ABK yang memiliki potensi intelektual di bawah rata-rata namun belum termasuk gangguan mental.
ABK ini membutuhkan waktu lama dan berulang untuk menyelesaikan tugas akademik dan non-akademik.
11. Kesulitan Belajar Khusus
Apakah Anda pernah mendengar istilah ‘diseleksia’? Disleksia merupakan salah satu kategori kesulitan belajar khusus.
Anak mengalami hambatan pada satu atau lebih proses psikologis dasar seperti mendengar, berpikir, berbicra, membaca, menulis, mengeja, dan berhitung.
Jika anak kesulitan menulis dapat disebut disgrafia. Jika anak kesulitan menghitung dapat disebut diskalkulia.
12. Gangguan Kemampuan Komunikasi
Kategori ABK ini mengacu pada kesulitan dan kehendayaan dalam perkembangan bahasa wicara, suara, irama, dan kelancaran dibandingkan usia rata-rata sang anak.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, dan lingkungan.
Komunikasi ini juga dapat mengacu baik reseptif maupun ekspresif, ya.
13. Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa
ABK rupanya bukan hanya tentang keterbatasan saja, lo. Anak-anak dengan potensi inteligensi tinggi dan unggul dalam bidang-bidang tertentu lebih dari usia rata-rata juga dapat dikategorikan dengan kebutuhan khusus.
Hal ini dikarenakan mereka membutuhkan cara penanganan baik akademik maupun aktivitas sehari-hari yang berbeda dengan teman-teman sebayanya.
Mempersiapkan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tercinta
Anda pasti sudah tidak sabar ingin menemukan pendidikan terbaik bagi sang buah hati, bukan?
Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing, sehingga Anda perlu mengetahui apa kebutuhan sang anak tercinta untuk mempersiapkan pendidikannya.
- Konsultasi dengan ahli agar bisa mengetahui terapi dari segi klinis dan pendidikan
- Kenali kemampuan diri anak sesuai tahap perkembangannya
- Lakukan adaptasi dengan mendukung dan mengenali minat-potensi anak
Mengasuh ABK Tentu Membutuhkan Dukungan Lebih
Anda pasti membutuhkan banyak dukungan baik dari segi akademik maupun non-akademik dalam mendukung perkembangan buah hati dengan keistimewaannya.
Tidak jarang, energi dan mental pasti terkuras dalam mengasuh sang anak tercinta, bukan? Ini merupakan hal yang sangat umum, Anda tidak perlu merasa bersalah.
Segera konsultasikan kondisi psikologis Anda agar bisa mendapatkan penanganan dan penguatan karena anak yang luar biasa memiliki orang tua yang hebat!
Referensi:
- kemdikbud.go.id. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping. https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/b3401-panduan-penanganan-abk-bagi-pendamping-_orang-tua-keluarga-dan-masyarakat.pdf
Ditulis oleh Elga Windasari, Disunting oleh Adismara Putri Pradiri, S.Psi., kandidat psikolog klinis Universitas Airlangga.
Baca Juga: