Rhoma Irama dalam lagunya pernah berpesan bahwa masa muda adalah masa yang “berapi-api”. Ternyata, pesan haji Rhoma ini kalau dipikir-pikir benar juga lho. Kok bisa?
Dalam teori psikologi, tahapan perkembangan remaja merupakan tahapan yang pelik, khususnya pada generasi milenial. Generasi milenial merujuk kepada orang-orang yang lahir antara tahun 1995 – 2000. Seringkali dianggap generasi yang rentan, galau, dan mudah bimbang — benarkah demikian?
Memang apa saja yang membuat generasi ini dianggap demikian? Mari kita bahas fenomena kesehatan mental di kalangan millenial.
Millenial itu sangat terpaku dengan gadgetnya, membuat mereka rentan kecanduan
Amati sekitarmu. Hampir semua milenial yang kita amati seolah-olah sudah menyatu dengan gadget-nya. Padahal penggunaaan gadget secara terus-menerus dapat menyebabkan kecanduan yang tidak baik kesehatan fisik bahkan mental lho.
Baca juga: 4 Pepatah yang Dapat Membuatmu Berdamai dengan Sakit Hati
Tanyakan pada milenial, mereka seringkali galau dalam membuat pilihan hidup
Memilih jurusan dan bidang karir bisa menjadi sangat membingungkan untuk para milenial. Tak jarang pula ada yang sengaja berpindah jurusan atau bidang karir karena merasa tak cocok dengan yang dijalaninya.
Hal tersebut sebenarnya normal. Namun, terkadang hal tersebut bisa jadi merupakan manifestasi dari krisis paruh baya (quarter life crisis) yang membuat orang sulit menentukan pilihan hidup.
Baca juga: Sebagai Seorang Introvert, Begini Caraku Bergaul
Seks bebas, alkohol, dan obat-obatan terlarang adalah guilty pleasure yang bisa sangat menyesatkan
Tiga hal tersebut adalah godaan yang membuat milenial terjerumus dalam jebakan hidup. Menjalani hidup yang hedonis dengan bergantung pada hal-hal eksternal seringkali dianggap membuat bahagia. Padahal tanpa disadari hal ini justru membuat mereka semakin dekat dengan kesengsaraan.
Baca juga: Catatan Andini: Psikolog Membantuku Mengenali Cemas Berlebihan
Sayangnya, akses menuju pelayanan kesehatan mental tak mudah didapat
Penelitian oleh Kartika Nur Fathiyah, ilmuwan psikologi asal Universitas Negeri Yogyakarta menunjukkan bahwa adanya stigma negatif mengenai kesehatan mental membuat orang enggan untuk mencari bantuan di layanan psikologi profesional.
Nah dear, ternyata setelah ditelusuri banyak lho hal-hal yang dapat menyebabkan kesehatan mental milenial menjadi buruk. Hal tersebutlah yang membuat anak-anak generasi ini jadi mudah galau.
Di bulan Oktober nanti, tepatnya 13 Oktober 2018, Riliv bekerja sama dengan Himpsi Jatim akan mengadakan acara peringatan World Mental Health Day. Nantinya akan ada kelas-kelas kecil seputar kesehatan mental milenial dan juga ada konseling gratis serta meditasi masal. Yuk, ikutan dear. Informasi selengkapnya bisa dilihat disini ya.