Ada banyak hal yang harus diperhatikan saat masa tumbuh kembang anak, Dear. Ayah dan Ibu harus peka nih pada buah hatinya. Beberapa tanda-tanda dapat muncul dan mengarah pada sindrom tertentu, termasuk Sindrom Tourette. Kali ini, Riliv akan membahas mengenai sindrom tourette, lho!
Apa itu Sindrom Tourette?
Menurut DSM V, sindrom tourette dikategorikan sebagai gangguan perkembangan saraf yang masuk dalam kelompok Tic Disorder. Tic adalah gerak motorik atau vokal yang terjadi secara tiba-tiba, cepat, tidak sadar, berulang, dan tidak teratur (non-ritmik).
Jika penderita sindrom tourette memiliki Tic yang tergolong sederhana, contoh perilakunya bisa seperti menaikkan alis berulang kali atau berkedip. Namun, jika tic yang dimiliki kompleks, orang tersebut dapat memutar bahu sambil bertepuk tangan.
Untuk dapat mendiagnosa sindrom ini, ada 4 hal yang harus diperhatikan, Dear. Orang tersebut harus memiliki minimal 2 atau lebih tic motorik, dan minimal 1 atau lebih tic vokal yang terjadi selama lebih dari 1 tahun sejak tic muncul.
Selain itu, usia awal perilaku tic tersebut harus terjadi sebelum usia 18 dan perilaku tic rata-rata anak terdiagnosa saat berusia 4-6 tahun. Kriteria terakhir, tic bukan merupakan efek dari penggunaan narkoba atau kondisi medis.
Pada beberapa anak, sindrom ini diikuti oleh gangguan Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dan Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD).
Siapa yang bisa terkena sindrom tourette?
Jadi, kenapa sih gangguan ini bisa muncul? Penyebab pastinya sendiri memang belum ditemukan oleh para ilmuwan. Beberapa menyebutkan, bahwa ada yang berbeda pada bagian otak penderita, seperti Basal Ganglia, sebagai area yang mengatur pergerakan sadar dan tidak, dan Lobus Frontal sebagai area untuk mengontrol impuls.
Kalau berbicara soal faktor resiko, sindrom tourette lebih mungkin muncul pada anak laki-laki dibanding perempuan, memiliki riwayat keluarga yang memiliki tic, dan dapat terjadi jika ketika lahir, anak tersebut memiliki berat rendah dan ibunya merokok selama masa kandungan.
Bagaimana penanganannya?
Sejauh ini, belum ada penyembuhan total bagi penderita, namun perilaku tic di dalamnya bisa dikontrol agar tidak semakin parah melalui terapi psikologi, obat-obatan, atau kombinasi keduanya.
Disadur dari:
- American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (5th ed). Washington, DC:
Ditulis oleh Elvira Linda Sihotang.