Pengaruh Keluarga – Saat seseorang mengalami masalah kesehatan mental, umumnya psikolog juga akan menggali data terkait keluarganya. Memangnya untuk apa sih mengenali keluarga dalam menentukan penanganan psikologis seseorang?
Rupanya sangat penting mengenali struktur dan riwayat keluarga baik hubungan dengan ibu, ayah, bahkan anggota keluarga lain saat menangani seseorang, loh!
Hal ini dikarenakan keluarga memiliki pengaruh untuk kesehatan mental kamu. Bagaimana bisa?
Struktur Keluarga Sangat Mempengaruhi Faktor Risiko dan Protektif Psikologis
Apa itu faktor risiko dan protektif? Secara umum, faktor protektif adalah hal-hal yang mendukung kesehatan mental seseorang, sedangkan faktor risiko adalah hal-hal yang mengurangi kemungkinan seseorang untuk sembuh atau mendorongnya semakin buruk.
Nah, keluarga bisa menjadi sebuah pengaruh yang sangat vital bagi kesehatan mental berdasarkan perannya ini.
Keluarga Bisa Menjadi Faktor Protektif Bila…
Keluarga yang stabil dan suporitf bisa mendorong kesehatan mental menjadi lebih positif. Salah satu contohnya adalah ketika kamu mengalami depresi dan kesulitan untuk membuka diri bagi orang lain.
Keluarga yang suportif akan membantumu untuk merasa diterima dan sedikit demi sedikit mau untuk menjalani penanganan depresi dengan psikolog.
Bukan hanya hubungan antar keluarga yang hangat, namun faktor seperti ekonomi dan juga penerimaan dari keluarga bisa memberikan dampak positif luar biasa pada kesehatan mental seseorang.
Tidak harus yang bersikap psikologis, bahkan dukungan sederhana seperti mengantarkan kamu untuk pergi ke psikolog atau menjagamu agar tetap mau makan 3 kali sehari saja sudah sangat mengubah keberdayaan diri kamu!
Namun, Bisa Juga Menjadi Faktor Risiko Ketika…
Banyak riset yang menunjukkan bahwa hubungan keluarga yang buruk bisa menimbulkan stres bukan hanya pada psikis namun juga fisik.
Apalagi jika individu memiliki risiko kesehatan mental sebelumnya, besar kemungkinan keluarga justru menjadi ancaman yang lebih nyata.
Hal ini dikarenakan keluarga adalah lingkup individu yang paling dekat dan paling sering bersinggungan sejak kecil, sehingga dampaknya kepada individu akan sangat jauh lebih besar.
Risiko Abusif Sering Menjadi Pertimbangan Para Psikolog
Para psikolog juga berusaha untuk mencari riwayat kekerasan baik fisik, psikis, maupun seksual yang terjadi pada para individu dengan masalah psikologis.
Riset menunjukkan bahwa seorang anak yang mendapat kekerasan abusif akan memunculkan trauma yang bukan hanya bisa diselesaikan dalam waktu singkat, tapi juga membutuhkan seumur hidup.
Individu yang melewati masa-masa abusif disarankan terus mengikuti terapi secara rutin meskipun sudah tampak baik-baik saja karena ada risiko kemungkinan ingatan tidak menyenangkan kembali dan menghalangi kesehatan mental.
Kesehatan Mental Orang Tua Juga Sangat Mempengaruhi Anak
Kamu mungkin sering mendengar atau mengetahui fakta bahwa orang tua berusaha tampak ‘baik-baik saja’ saat menghadapi tekanan, apalagi di depan anak-anaknya.
Banyak yang meyakini hal ini bisa membuat mereka lebih tahan banting dibandingkan mereka yang mengekspresikan kesedihannya.
Jawabannya ternyata salah besar!
Kesehatan mental orang tua sangat mempengaruhi perkembangan psikologis anak, bagaimana pun mereka berusaha menyembunyikannya.
Riwayat Depresi Akan Menurun Pada Anak
Studi dari American Journal of Psychiatry menunjukkan bahwa anak dari orang tua yang depresi akan mengalami kondisi serupa ketika menginjak usia 20 tahunan.
Risiko ini bahkan mengancam 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki orang tua depresi.
Belum Lagi Jika Orang Tua Tidak Menemukan Cara Mengatasinya
Jika orang tua terus menerus terpapar oleh peristiwa yang menyebabkan stres dan juga tidak menemukan cara menyelesaikannya, hubungan dengan anak bisa menjadi korban.
Ya, tekanan psikologis sangat mengganggu keseharian. Tanpa disadari, orang tua akan semakin berjarak dengan anak karena menarik diri dari lingkungan.
Apalagi jika orang tua memiliki tendensi agresif, maka kemarahan bisa dilampiaskan kepada sang anak.
Isu psikologis seperti penelantaran psikologis maupun hubungan yang tidak harmonis akan menjadi salah satu pemicu masalah psikologis kepada anak.
Jangan Malu Untuk Membicarakannya dengan Anak
Jangan ragu untuk membagikan perasaan ini kepada anak. Mungkin mereka tidak akan memahami istilah berat, tapi orang tua bisa menggunakan kalimat yang lebih bisa diterima seperti ‘sedih’ atau ‘takut’ daripada ‘depresi’ dan ‘kecemasan’.
Ajak anak untuk memahami juga penanganan psikologis apa yang sedang orang tua jalani agar anak bisa membantu dan mendukung dengan caranya sendiri.
Anak-anak jauh lebih pintar untuk memahami gerakan nonverbal, lo! Jadi jangan takut dan menyembunyikan, ya!
Tentunya, Sebagai Orang Tua Maupun Anak, Konseling dengan Psikologi Menjadi Tanggung Jawab Bersama
Baik orang tua maupun anak harus memahami pengaruh keluarga terhadap kesehatan mental.
Membiasakan diri untuk tidak malu mengungkapkan perasaan dan juga kebutuhan kesehatan mental menjadi sangat primer dalam membangun keluarga yang berdaya.
Salah satunya adalah tidak menghakimi bahkan mendukung salah satu pihak untuk berkonsultasi kepada psikolog.
Psikolog tak ada bedanya dengan dokter keluarga, kok! Baik masalah sepele maupun permasalahan psikologis serius, psikolog seperti Riliv bisa membantu memberikan insight untuk mengurangi beban yang dihadapi oleh anggota keluarga.
Sumber:
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16741200/
- https://integrisok.com/resources/on-your-health/2021/may/how-parents-affect-their-child-mental-health
- https://www.mentalhealthcenter.org/how-does-family-life-affect-mental-health/
- https://www.cdc.gov/childrensmentalhealth/features/mental-health-children-and-parents.html
- https://www.mentalhealthcenter.org/family-support-mental-health-treatment/