Perilaku toxic– Manusia itu makhluk sosial. Kita akan selalu berinteraksi dengan orang lain untuk mencapai tujuan. Tapi, tidak semua manusia berinteraksi dengan baik satu sama lain. Mereka memakai cara yang negatif untuk memanfaatkan orang lain, salah satunya dengan manipulasi.
Manipulasi itu strategi untuk memaksa, memengaruhi, mengubah dan mengeksploitasi lingkungan. Tentunya, manipulasi dilakukan dengan beberapa taktik.
Waspadai 6 taktik perilaku toxic manipulatif ini dalam kehidupan sehari-hari!
1. Charm Tactic: Pesona yang menipu!
Pernah dengar charm tactic? Mereka memanipulasi orang lain dengan memberikan pujian, hadiah dan perlakuan romantis. Para korban akan terlena dan mengindahkan perintah sang manipulator.
Pelaku menggunakan taktik ini semata untuk menarik perhatian korban. Korban menjadi terlena dan mengindahkan perintah dari pelaku.
Hadiah yang diberikan tentunya tidak murah. Pacar atau teman yang toxic akan membanjiri korbannya dengan pujian dan berkata I love you bahkan pada masa PDKT.
Mereka berharap korban merasakan hal yang sama dan memberikan perhatian yang terus menerus.
2. Silent treatment: Taktik perilaku toxic yang diam-diam mematikan!
Silent treatment itu ketika para korban didiemin agar mereka merasa bersalah. Para korban jadi tak enak hati dan menuruti perintah pelaku agar hubungan kembali baik.
Taktik ini digunakan sebagai hukuman (punishment) agar korban tunduk. Silent treatment adalah bentuk lain dari kekerasan emosional (emotional abused). Taktik perilaku toxic ini sama saja dengan menghindari konflik.
Konflik yang tidak dikomunikasikan dengan baik akan berdampak negatif terhadap hubungan yang terjalin.
Dampak dari taktik perilaku toxic ini adalah memunculkan perasaan negatif dalam diri korban seperti marah ataupun rasa sedih yang mendalam (distress). Korban yang merasa dicampakkan akan merasa rendah diri dan menganggap diri sendiri tidak berguna.
3. Coercion Tactic: Memaksa supaya berkata ‘ya’!
Coercion tactic artinya melakukan kekerasan fisik dan verbal agar korban tunduk pada pelaku.
Pelaku akan mengkritik, membentak, mengutuki (mengeluarkan kata-kata kasar), mengintimidasi, dan mengancam korban untuk mematuhi keinginannya.
Banyak sekali dampak negatif yang korban alami akibat dari taktik perilaku toxic ini. Korban bisa merasa takut, putus asa ataupun merasa malu. Dampak jangka panjangnya kecemasan (anxiety), insomnia, menyendiri (social withdrawal) dan depresi.
4. Reason Tactic: ‘Jago ngeles’ bisa jadi ciri perilaku toxic!
Reason tactic itu sama dengan banyak ngeles. Pelaku memberikan alasan-alasan masuk akal agar korban memikirkan ulang keputusannya dan menuruti permintaan pelaku. Masuk akal yang dimaksud adalah ‘masuk akal’ versi pelaku.
Pelaku akan terus mencari alasan agar korban tidak menyadari bahwa dirinya benar dan pelaku selama ini salah.
5. Regression Tactic: Perilaku toxic sering ngambek agar dituruti!
Regression tactic adalah perilaku ngambek, mencibir ataupun merajuk agar korban menuruti permintaan pelaku.
Taktik perilaku toxic ini tidak mencerminkan kedewasaan karena ngambek adalah perilaku kekanak-kanakan. Pasangan dan teman yang dewasa haruslah berani terlibat dalam komunikasi yang sehat.
6. Debasement Tactic: Merendah untuk meroket!
Pernah melihat seseorang sujud minta maaf? Debasement tactic adalah sikap merendahkan diri atau menyalahkan diri oleh pelaku agar korban mengindahkan permintaan mereka.
Korban akan merasa iba dan menganggap pelaku sayang dengannya. Korban mulai berpikir bahwa pelaku begitu menyayanginya karena rela berkorban dan melakukan apapun untuknya.
Tentunya, keenam taktik perilaku toxic di atas perlu untuk dipahami. Kita perlu mengenali pola (patterns) yang diciptakan oleh pelaku dalam melancarkan aksi manipulasinya.
Kita perlu segera bertindak jika setiap permintaan tidak disampaikan melalui komunikasi yang sehat. Terlebih, apabila permintaan pelaku kontradiktif dengan nilai ataupun prinsip yang kita anut. Waspadalah! Waspadalah!
WARNING! Apabila kamu ataupun orang terdekatmu sedang terjerat dalam hubungan yang toxic. Segeralah mencari bantuan! Perilaku toxic membawa dampak yang buruk bagi kesehatan fisik dan mental kita.
Konsultasikan pada Riliv Konseling sebagai pertolongan pertama menghadapi perilaku toxic. Hidupmu indah, kamu berharga!
Referensi:
- Buss, D. M., Gomes, M., Higgins, D. S., & Lauterbach, K. (1987). Tactics of manipulation. Journal of personality and social psychology, 52(6), 1219.
Ditulis oleh Yogie Andreas.
Baca Juga:
9 Ciri Teman yang Tidak Baik: Hati-hati Toxic Friendship!