Separation anxiety – Ingat tidak, waktu dulu ditinggal ibumu di sekolah, kamu yang masih kecil merasa sedih yang amat sangat hingga menangis meraung-raung?
Atau, kejadian yang baru-baru, deh. Misalnya, kamu putus dengan mantanmu, karena mantanmu tidak habis pikir kenapa kamu selalu takut untuk ditinggal, padahal ia tidak ke mana-mana.
Tahu, tidak, sih, kalau apa yang kamu alami itu dapat disebut dengan separation anxiety disorder? Ya, salah satu jenis anxiety disorder ini membuatmu merasa cemas akan kemungkinan orang-orang terdekatmu akan meninggalkanmu sewaktu-waktu.
Terdengar familiar di telingamu? Simak artikel ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang gangguan anxiety yang satu ini, ya!
Apa, sih, separation anxiety itu?
Sering kali, separation anxiety dialami oleh bayi dan anak kecil berusia 6 bulan hingga 3 tahun. Karena dirawat sejak dalam kandungan, seorang anak akan merasa tidak nyaman jika ditinggal oleh ibunya.
Orang tua bisa mencegah anak agar tidak mengalami separation anxiety secara berkepanjangan dengan menciptakan ritual selamat tinggal yang penuh perhatian dan kasih sayang, seperti mencium pipi sang anak.
Terutama, hal tersebut penting sekali bagi kedua orang tua yang sama-sama bekerja, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk sang anak. Meskipun begitu, orang tua tidak disarankan untuk terus-terusan menghabiskan waktu bersama anak—seorang anak harus dilatih untuk memahami kalau perpisahan dalam jangka waktu pendek itu merupakan sesuatu yang normal.
Namun, gangguan ini tidak hanya “menyerang” anak-anak. Dalam beberapa kasus, kecemasan untuk berpisah bisa terbawa dalam kehidupan seseorang hingga mereka beranjak dewasa. Jika sudah seperti itu, hubungan yang dipengaruhi tidak lagi hanya antara anak dan ibunya, tetapi juga percintaan, pekerjaan, dan lain-lain.
Separation anxiety juga bisa terjadi pada orang dewasa
Sebenarnya, kecemasan untuk berpisah dengan orang terdekat pada anak kecil dan orang dewasa tidak jauh berbeda. Kalau seorang anak merasa takut dan cemas untuk ditinggal oleh orang tua atau pengasuhnya, maka ia akan merasa enggan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial, seperti menginap di rumah teman.
Sedangkan, orang dewasa yang merasa cemas kalau ditinggal sewaktu-waktu oleh pasangan atau anaknya, akan berakibat pada tanggung jawab yang tidak bisa dijalankan dengan baik dan benar. Misalnya, orang itu sulit berkonsentrasi dalam meeting, karena pikirannya terlalu dipenuhi oleh skenario terburuk yang tidak terjadi.
Tanda-tanda dan gejalanya
Kemungkinan, kamu mengalami gangguan kecemasan untuk berpisah jika kamu merasakan atau melakukan hal-hal ini:
- Takut kalau orang terdekat akan diculik atau terluka parah
- Sulit tidur, karena takut sesuatu akan terjadi pada orang terdekat
- Stres karena berpikir orang terdekat akan meninggalkanmu
- Mengalami anxiety attack, seperti pusing atau sakit perut
- Menolak untuk berjauhan dari orang terdekat
Ternyata, berhubungan juga dengan jenis anxiety disorder lainnya, lho!
Tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang yang terdiagnosis dengan separation anxiety juga didiagnosis dengan jenis anxiety disorder ini:
- generalized anxiety disorder (GAD)
- post-traumatic stress disorder (PTSD)
- panic disorder
- social anxiety disorder
- personality disorder
Adakah hal yang dapat memperburuk gangguan ini?
Ada. Biasanya, ketakutan seseorang untuk ditinggal orang lain akan menjadi semakin parah jika disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
- Situasi kehidupan yang berujung pada perpisahan, seperti kematian anggota keluarga, perceraian orang tua, atau pindah rumah
- Temperamen tertentu, yang lebih mungkin untuk mengalami gangguan anxiety daripada temperamen lainnya
- Turunan dari keluarga, termasuk kerabat yang dapat mewarisi sifat-sifat anxiety disorder
- Isu lingkungan, seperti kecelakaan yang melibatkan perpisahan secara tiba-tiba
Hmm, apabila dibandingkan dengan anak-anak, separation anxiety yang dialami oleh orang dewasa lebih sulit untuk ditangani, ya? Tidak selalu, kok—pasti, ada cara untuk membaik.
Meski dirasakan sejak lama, bukan tidak mungkin untuk mengatasinya
Layaknya anxiety disorder lainnya, separation anxiety juga dapat ditangani melalui cognitive behavioral therapy (CBT) dan pemberian obat-obatan, seperti antidepresan.
Dalam orang dewasa, kondisi ini akan didiagnosis menurut tanda pertama, yaitu ketakutan dan kecemasan yang berlebihan akan perpisahan dengan orang terdekat. Kemudian, seseorang baru bisa dinyatakan menderita separation anxiety, jika:
- gejalanya tampak setelah enam bulan
- gejalanya sangat parah, hingga mempengaruhi tanggung jawab dan fungsi sosial
- gejalanya tidak bisa dapat dijelaskan secara lebih baik oleh gangguan lain
Apakah kamu salah satu dari 6.6% orang dewasa yang mengalami separation anxiety, dan merasa gangguan tersebut mengganggu jalannya kehidupan sehari-hari kamu?
Kalau iya, jangan khawatir. Seperti yang telah dijelaskan di atas, ketakutan untuk berpisah ini dapat bertumbuh dari perlakuan orang tua yang diterima pada masa kecil, seperti pengabaian.
Melalui Riliv Konseling, kamu dapat bercerita dengan aman dan menerima bantuan dari psikolog profesional. Mudah dan praktis, psikolog Riliv akan membantumu sembuh dari kecemasan berlebihan kalau orang terdekatmu akan meninggalkanmu. Coba sekarang.
Referensi:
- healthline,com. What Is Separation Anxiety Disorder in Adults
- mayoclinic.org. Separation anxiety disorder
- healthychildren.org. How to Ease Your Child’s Separation Anxiety
Ditulis oleh Adinda Mauradiva
Baca Juga:
Benarkah Self-esteem adalah Kunci Perkembangan Anak?