Halo pembaca Riliv, perkenalkan namaku Yustiyanah, kali ini aku akan berbagi cerita tentang perjuanganku melawan depresi yang menjadi musuh terbesaku.
Depresi adalah musuh terbesarku dalam kehidupan ini. Melawan depresi benar-benar hal yang menyebalkan dan membuatku merasa tak nyaman. Semua kegiatanku terbatas karena perubahan mood yang signifikan, hilangnya nafsu makan bahkan kadang aku tak bisa berhenti makan, tidur yang begitu berlebihan hingga melebihi jam tidur normal, terlebih saat kepalaku tiba-tiba merasa sakit saat melakukan aktivitas meskipun tugas yang aku kerjakan tidaklah berat.
Langkah pertama yang aku ambil untuk melawan depresi
Semua berangsur dari semester kedua saat aku masuk sma. Aku sempat datang ke dokter dan diberi obat anti cemas namun setelah meminum obat itu malah membuatku semakin sulit melepaskan emosi. Beberapa bulan kemudian aku didesak kakakku untuk bercerita kepada kedua orang tua,awal nya ku tak berani dan akhirnya aku hanya bisa bercerita kepada bibi-ku.
Puncak depresi yang hampir merenggut nyawaku
Sudah beberapa kali percobaan bunuh diri namun lagi-lagi tuhan selalu menyelamatkan aku, hingga akhirnya aku berani bercerita setelah kejadian malam itu ibuku tau ketika aku hendak melakukan bunuh diri ke 5 kalinya. Pedih rasanya melihat ibuku menangis, namun rasa egois dan lelah bercampur emosi dari dalam diriku yang tak bisa aku kendalikan, hingga akhirnya aku diputuskan berhenti minum obat.
Awal-awal ku berhenti memang begitu sulit karena emosiku tak terkendali bahkan selama itu orang tuaku menjadi begitu protective, karena sikapku yg makin tak wajar menangis tiba-tiba, tertawa yang tak bisa dikendalikan.
Lalu, apa yang harus kita dan orang tua lakukan untuk melawan depresi tersebut?
Akhirnya ibuku memberikan cara agar aku sembuh tanpa harus pergi ke psikiater, ibuku memberi waktu luang yang lebih banyak dari sebelumnya. Ibuku selalu memperhatikanku, memelukku, mengelus rambutku dan melakukan semua yg aku suka.
Setelah sembuh, aku berpikir semuanya akan kembali normal jika sang penderita ikut berusaha dengan lingkungannya. Jadi, pengalaman yang dapat aku ambil adalah, kenalilah dirimu lebih sebelum kamu mengenal orang lain.
Written by Yustiyanah
—
Riliv membuka kesempatan bagi pembaca untuk berbagi cerita seputar pengalaman kesehatan mental. Kirimkan tulisanmu dalam file Word ke story@riliv.co dengan subjek “#YOURSTORY – Judul – Nama”. Silakan menggunakan nama samaran bila berkenan.