Ditulis oleh Ikhwan Hafidz, diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Masalah keluarga modern – Memiliki keluarga yang erat bisa menjadi salah satu hal paling menakjubkan di seluruh dunia. Sayangnya, keluarga juga tak lepas dari permasalahan, misalnya perbedaan pendapat atau perdebatan karena hal-hal kecil.
Dengan itu, kamu harus membiasakan diri dengan beberapa kesulitan terbesar yang akan dihadapi keluarga di masa kini. Kira-kira, masalah apa saja yang seiring dihadapi keluarga modern? Yuk, kita lihat bersama-sama melalui artikel ini!
Mengenal Keluarga Modern
Dilansir dari artikel oleh Pew Research Center, perubahan zaman telah mengubah situasi dalam keluarga. Beberapa faktor seperti teknologi dan usia pernikahan bisa menjadi pendorong perubahan ini, karena diketahui bahwa rata-rata usia pernikahan wanita di masa sekarang berubah dari 21 tahun ke 27 tahun. Usia pernikahan dan maternal age (usia wanita mengalami masa menjadi seorang ibu) berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, dan khususnya bisa meminimalisir tingkat gangguan perilaku anak di masa sekolah. Di samping itu, tingkat keberagaman dalam keluarga modern di abad ke-21 juga jauh lebih tinggi daripada sebelumnya.
Pakar Pusat Kajian Kependudukan dan Kebijakan UGM, Sukamdi, juga mengatakan bahwa Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan birth rate (angka kelahiran) karena banyaknya keluarga yang memiliki anak tunggal. Hal ini disebabkan oleh pemahaman masyarakat yang meningkat tentang peran anak di dalam keluarga. Dilansir dari website Macrotrends, angka kelahiran Indonesia di tahun 2022 sendiri tercatat sebesar 17.095 kelahiran per 1000 penduduk. Jumlah ini lebih rendah dari tahun 2021, yaitu sebesar 1,59 persen.
Pola pikir keluarga di zaman modern juga sudah berubah. Di zaman sekarang, sudah banyak keluarga yang tidak lagi menjadikan anak sebagai aset dalam keluarga, sehingga mereka dibebaskan untuk menjalani karir yang diimpikan. Selain itu, faktor lainnya adalah gerakan feminisme yang berfokus pada pemberdayaan perempuan. Studi mencatat bahwa gerakan feminisme tidak hanya mengubah persepsi keluarga modern, namun juga menurunkan tingkat tingkat kehamilan yang tidak diinginkan bagi wanita. Memiliki anak adalah opsional bagi keluarga modern, apalagi sekarang juga muncul gerakan childfree di masyarakat, meskipun terkadang masih menghasilkan kontroversi.
Masalah Keluarga Modern Secara Umum
Memang, keluarga modern di abad ke-21 ini bisa dibilang mengalami peningkatan dari segi pola pikir dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, tak jarang permasalahan-permasalahan di bawah ini melanda.
1. Masalah Keuangan
Keluarga pasti menghadapi masalah uang. Meskipun masalah ini umum terjadi, dampak yang dihasilkannya juga besar bagi kualitas interaksi dalam keluarga. Jika keluarga mengalami kesulitan keuangan, ada kemungkinan besar keluarga kamu akan menderita.
Penting untuk menemukan solusi dalam masalah ini. Ingatlah bahwa kamu semua dalam perjalanan bersama. Dibutuhkan lebih dari satu orang untuk mendukung seluruh keluarga di zaman sekarang ini. Semua anggota keluarga harus bersedia bekerja dan memberikan dukungan mereka untuk kebaikan yang lebih baik bagi bagian keluarga.
2. Penuh dengan Teknologi
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teknologi telah benar-benar mengambil tempat terdepan dalam keluarga modern. Banyak keluarga menghabiskan seluruh makan malam mereka menatap televisi atau memegang ponsel mereka.
Ini bisa menjadi masalah nyata dan dapat menyebabkan gangguan dalam komunikasi, yang merupakan kunci untuk menjaga keluarga yang erat dan bahagia. Penting untuk menemukan waktu untuk logout dan mematikan gadget apabila berkumpul bersama. Bersedialah untuk memisahkan diri dari komputer kamu dan berbicara secara terbuka dengan orang yang kamu cintai. Melakukan hal itu akan membantu mencegah teknologi menghancurkan keluargamu.
3. Problematika dalam Hubungan Pernikahan
Dr. Yulina Eva Riany, M.Ed., dari Fakultas Ekologi Manusia IPB, saat ini Indonesia menduduki posisi ke-7 tertinggi di dunia sebagai negara dengan jumlah kasus pernikahan dini. Selain itu, masih banyak yang terburu-buru menjalin hubungan dan membuat diri mereka dalam masalah besar dalam pernikahan. Perlu diperhatikan bahwa peristiwa ini dilatarbelakangi faktor seperti ekonomi, tingkat pendidikan rendah, dan kurangnya sosialisasi.
Problematika pernikahan di usia muda adalah menjaga kualitas interaksi antar pasangan. Seringkali pasangan yang kurang berpengalaman bisa mengalami masalah komunikasi dan manajemen konflik. Untuk itu, Riliv merekomendasikan setiap pasangan yang baru menikah dan mengalami permasalahan untuk menghadiri konseling pasangan dengan psikolog.
4. Terlalu Banyak Waktu Terpisah
Sekali lagi, seringkali dibutuhkan dua atau tiga orang yang bekerja untuk menjaga keluarga. Namun, berat rasanya jika kita harus bekerja di luar kota sementara anggota keluarga kita jauh. Jika kamu menemukan dirimu dalam situasi seperti ini, kamu tentunya paham, bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu terpisah alias menjalani long distance relationship bisa sangat sulit bagi keluarga mana pun.
Jadi, penting banget, lho, untuk meluangkan waktu bersama orang-orang yang kamu cintai. Jika sempat, habiskanlah waktu bersama anggota keluarga untuk menjaga harmonisasi dalam rumah tangga.
5. Tidak Setuju atas Keputusan dalam Keluarga
Akhirnya, kamu harus menyadari bahwa kamu akan tidak setuju dengan keputusan orang yang kamu cintai dari waktu ke waktu. Ingatlah bahwa kamu tidak dapat mengendalikan setiap aspek kehidupan mereka.
Pastikan untuk memisahkan diri dan biarkan anak atau pasanganmu membuat keputusan sendiri. Berada di sana untuk mendukung mereka di setiap langkah. Kamu harus memberikan panduan, tetapi kamu tidak boleh mengendalikan karena ini akan menciptakan masalah.
6. Masalah Work-Life Balance
Pekerjaan dan keluarga tak selalu berjalan beriringan. Setiap prioritas bisa berbeda-beda, namun kesulitan menjaga hubungan sehat antar anggota keluarga karena pekerjaan itu merupakan masalah serius. Di abad ke-21, keluarga modern sudah banyak yang aware tentang pentingnya work-life balance. Sebuah riset di Slovenia menyatakan bahwa persepsi individu tentang dukungan work-life balance juga pada peningkatan keterlibatan kerja karyawan, sehingga produktivitasnya juga akan meningkat dari waktu ke waktu.
Dalam mewujudkan work-life balance, tidak hanya organisasi saja yang melakukannya untukmu. Kamu harus bisa menerapkannya sendiri di rumah. Sebagai contoh, cobalah makan bersama sebagai keluarga setidaknya sekali sehari, atau tentukan tanggal yang tepat secara rutin.
Seperti yang sudah Riliv sebutkan di atas, kehidupan keluarga dahulu telah berubah dibandingkan dengan keluarga zaman sekarang. Perubahan zaman juga berpengaruh dengan perkembangan teknologi di bidang konseling. Ingin tahu bagaimana cara memanfaatkan teknologi untuk masalah keluarga modern? Yuk, mulai konsultasi kamu bersama psikolog profesional lewat konseling online di Riliv!
Referensi:
- Duncan, G. J., Lee, K. T. H., Rosales-Rueda, M., & Kalil, A. (2018). Maternal Age and Child Development. Demography, 55(6), 2229–2255. https://doi.org/10.1007/s13524-018-0730-3
- Michelson, J. (2018). Exploring The Biggest Difficulties Of Modern Family Life. Retrieved from The Good Men Project: https://goodmenproject.com/families/exploring-biggest-difficulties-modern-family-life-spnsr/
- Ritchi, D. (2022). The Importance of Creativity in the Workplace. Retrieved from Entrepreneur: https://www.entrepreneur.com/growth-strategies/the-importance-of-creativity-in-the-workplace/433525
- Upadhyay, U. D., Gipson, J. D., Withers, M., Lewis, S., Ciaraldi, E. J., Fraser, A., Huchko, M. J., & Prata, N. (2014). Women’s empowerment and fertility: a review of the literature. Social science & medicine (1982), 115, 111–120. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2014.06.014