Editor oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Hidup Tanpa Masalah – Kalau dipikir-pikir, setiap orang memiliki masalah dalam hidup. Namun, bisakah untuk sejenak kita hidup tanpa masalah? Sebagian besar memang dapat dengan cepat diselesaikan tanpa banyak kesulitan. Masalah itu bisa teratasi dengan solusi cepat atau menggunakan strategi yang tepat. Di sisi lain, jika kita gagal mengatasi masalah, kita bisa merasa stres dan cemas. Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk bisa menjalani hidup tanpa masalah? Merapat, yuk! Riliv kasih tahu solusinya!
Hidup (Tak Mungkin) Tanpa Masalah!
Sebagai manusia, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk menerima setiap kejadian yang hadir dalam hidup kita. Entah itu isu yang kecil atau besar, segala hal yang kita alami membentuk diri kita menjadi pribadi yang utuh.
Lagipula, seperti yang dikatakan Viktor Frankl, setiap manusia punya kebebasan untuk menentukan hidupnya. Kita bebas untuk menjadi siapa pun, mengambil kesempatan apa pun, atau mengambil keputusan apa pun untuk masa depan kita. Intinya, masalah ada sebagai cara hidup untuk menentukan jalan kita. Apakah kita akan lari begitu saja? Atau kita akan menghadapinya dengan lapang dada?
Nah, sekarang mari Riliv ajak kamu mikir gimana caranya mengatasi permasalahan dalam hidup!
Cara 1: Apa Sajakah yang Menjadi Masalahmu?
Sebagai langkah pertama, penting bagi kamu untuk menyadari bahwa ada masalah dalam hidupmu. Seperti yang sudah kita sebutkan di atas, adanya masalah dapat menyebabkan kecemasan, sehingga banyak orang akan mencoba untuk menghindari, mengabaikan atau menunda-nunda ketika berhadapan dengan masalah yang sulit dalam hidup mereka.
Sayangnya, menghindari masalah biasanya menyebabkan mereka kembali, dan masalah kecil dapat menjadi masalah besar seiring waktu. Jadi, bagaimana bisa mengenali masalah sejak awal?
Buat daftar masalahmu
Biasakan menulis daftar masalah dalam hidupmu. Lebih mudah untuk mengerjakan suatu masalah jika kamu telah menuliskannya. Pendekatan ini juga akan membantumu melihat bagaimana masalah-masalah tertentu muncul berulang kali. Setelah membuat daftarnya, kamu bisa menggunakan teknik riset bernama affinity mapping untuk mengelompokkan setiap masalah yang kamu temukan ke dalam kategori tertentu. Teknik ini akan membantu kamu menyadari mana saja masalah-masalah yang penting untuk kamu selesaikan. Kategori-ketegori tersebut juga akan memberi gambaran bagaimana sebaiknya kamu memprioritaskan masalah terebut.
Bertemanlah dengan emosi negatif!
Kita sering keliru berpikir bahwa emosi negatif kita adalah sesuatu yang nggak boleh dirasakan. Sebagai contoh, ketika kamu merasa sedih, kamu akan berusaha mengenyahkan pikiran sedihmu dengan hal-hal yang menyenangkan. Padahal, emosi negatif itu tidak boleh dipendam! Justru kamu harus menggunakan emosi negatif untuk membimbingmu dalam bertindak. Misalnya, ketika kamu merasa cemas, stres, frustrasi, atau jengkel dalam situasi tertentu, cobalah untuk mengidentifikasi masalah yang membuatmu merasa seperti itu.
Berdamailah dengan tantangan!
Rintangan besar bagi kebanyakan orang untuk mengatasi masalahnya adalah mengubah cara pandangnya terhadap tantangan. Misalnya, ketika kamu menghadapi permasalahan, ada kalanya kamu akan melihatnya sebagai kelemahan atau kegagalan. Di dunia kerja, berkonflik dengan rekan kerja merupakan contoh yang lebih spesifik. Jika kamu bisa melihat masalah tersebut dari perspektif lain, kamu akan menyadari bahwa itu adalah kesempatan untuk meningkatkan keterampilan komunikasimu dengan rekan kerja, serta mencari solusi yang lebih efektif dalam mengatasi masalah.
Cara 2: Tentukan Sikap
Menentukan sikap terhadap masalah yang kamu hadapi adalah sebuah hal yang mengindikasikan kepercayaan diri dan self-efficacy. Apa itu self-efficacy? Anggaplah self-efficacy itu sebagai keyakinan bahwa kamu bisa melakukan sesuatu dengan baik, termasuk di antaranya memecahkan permasalahmu. Cobalah sebelum kamu menentukan sikap, tanyakan pada dirimu pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Apa situasinya yang sedang kamu hadapi saat ini? Misalnya, kamu punya banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan dalam tenggat waktu tertentu.
- Seperti apa situasi yang saya inginkan? Misalnya, kamu ingin lebih bebas dan bisa menghabiskan waktu dengan keluarga.
- Apa kendala yang membuat kamu tidak bisa merasakan situasi yang kamu inginkan? Misalnya, kamu tidak yakin bagaimana cara berbicara dengan bos tentang tanggung jawab pekerjaan.
Cara 3: Mengenal Kebahagiaan
Apa definisi kebahagiaan bagimu? Katakanlah, kamu bahagia karena punya banyak uang. Tapi, bagaimana jika kamu nggak ada uang? Apakah hidupmu masih akan bahagia?
Ketahuilah, bahwa definisi kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Namun, kebahagiaan selalu datang dari hal-hal kecil, misalnya es krim di kala panas atau menemukan uang selembar 50 ribu di dalam kantong baju yang dicuci.
Menurut Martin Seligman, kebahagiaan manusia terdiri dari 3 komponen, yaitu emosi yang positif, engagement, dan meaning. Artinya, merasakan emosi yang positif, namun tidak disertai dengan perasaan untuk terlibat dalam situasi tersebut, maupun menemukan makna di baliknya, bukanlah kebahagiaan yang utuh. Jika kamu sudah menemukan arti kebahagiaan bagimu, kamu akan memiliki motivasi internal yang membantumu bangkit dari permasalahan hidup.
Nah, begitulah uraian Riliv tentang bagaimana menjalani hidup tanpa masalah. Yah, memang tidak semudah itu lepas dari problematika yang muncul. Karena seperti kata Seligman, hidup takkan memberi kita jalan pintas secepat itu. Karena itulah, dalam menghadapi hidup, kita perlu menggunakan kekuatan dan bakat yang kita miliki untuk mengarunginya.
Butuh bantuan dalam mengatasi permasalahanmu? Yuk, konsultasi cepat dan mudah melalui aplikasi Riliv!
Referensi:
- Lean Learning Center. (n.d). How A Perspective Shift Enhances Creativity And Problem Solving Skills. Retrieved from Lean Learning Center: https://leanlearningcenter.com/blog/perspective-shift-problem-solving/
- Schultz, D. (1991). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Kanisius.
- Seligman, M. (2011). Authentic Happiness. Retrieved from University of Pennsylvania: https://www.authentichappiness.sas.upenn.edu/learn/wellbeing
- Whiteman, H. (2017). Embracing negative emotions could boost psychological well-being. Retrieved from Medical News Today: https://www.medicalnewstoday.com/articles/31893