Introvert, extrovert, ambivert – Apakah kamu sering mendengar orang-orang di sekitarmu berkata, “Kamu pendiam banget. Introvert, ya?” atau “Wah, pasti extrovert nih, suka party!” Kalau iya, pernahkan kamu bertanya-tanya, apa, sih, definisi dari introvert dan extrovert?
Jawaban pendeknya: introvert (introversion) dan extrovert (extroversion) adalah tipe kepribadian yang dipopulerkan oleh psikolog asal Swiss, Carl Jung, pada tahun 1923. Biasanya, seorang introvert mengisi tenaganya dengan menghabiskan me-time. Sedangkan, seorang ekstrovert mengisi tenaganya dengan bertemu banyak orang.
Selain introvert dan extrovert, terdapat istilah ambivert—gabungan antara keduanya—yang dikemukakan oleh Hans Eysenck pada tahun 1947. Nah, di antara introvert, extrovert, dan ambivert ini, kira-kira tipe kepribadianmu yang mana?
Introvert, sang “daydreamer” yang paling nyaman saat me-time
Daydreamer?
Ya! Kalau kamu sering melamun atau berandai-andai, berarti kamu lebih condong ke tipe kepribadian introvert. Jaime Bronstein, seorang terapis dan ahli hubungan, mengatakan kalau para introvert cenderung berfokus pada “inner world”, yaitu dunia yang ada di dalam pikiran, daripada “outer world”, atau dunia luar tempat banyak orang berkumpul.
Kenapa introvert suka me-time?
FYI, selain me-time, para introvert juga lebih suka berbincang dengan satu-dua orang saja, alih-alih banyak orang yang dapat terasa melelahkan. Hal ini disebabkan oleh sensitivitas atas kelebihan sensorik. Jadi, mereka harus melakukan recharging untuk mendapatkan tenaga mereka kembali dengan membaca buku atau menulis jurnal.
Apa semua introvert antisosial?
Introvert berbeda dengan antisosial, ya! Orang antisosial biasanya melakukan sesuatu untuk mengusik seseorang, dan itu bukan perilaku seorang introvert. Malu dan diam juga bukan sifat yang dimiliki oleh setiap orang introvert. Meskipun begitu, Bronstein mengatakan bahwa orang introvert akan lebih mungkin untuk mengalami social anxiety dan menganalisis sesuatu secara berlebihan daripada orang extrovert.
Extrovert, sang “party animal” yang merasa energetik setelah ngobrol
Party animal?
Ya! Kamu senang pergi ke party, bertemu dengan orang-orang baru dan bersenang-senang? Kemungkinan besar, kamu adalah seorang extrovert. Artinya, kamu mendapatkan energi dari kebisingan, stimulasi, dan kerumunan. Ahli saraf berpendapat bahwa hal tersebut disebabkan oleh otak yang mengeluarkan lebih banyak dopamin (zat yang membuatmu senang). Pada umumnya, para extrovert juga senang menjadi pusat perhatian, karena mereka memiliki kemampuan untuk “bersinar” setelah memasuki ruangan.
Kenapa extrovert suka ngobrol?
Kontras dengan introvert yang mendapatkan tenaganya melalui me-time, extrovert justru akan kehilangan tenaganya jika ia tidak berbicara dengan siapapun. Mereka akan merasa tidak nyaman kalau tidak ada yang berbicara, jadi mereka akan memecahkan suasana dengan berbicara mengenai apa saja, bahkan terkadang oversharing, atau bercerita terlalu banyak mengenai diri mereka sendiri.
Apa semua extrovert selalu bahagia?
Hmm, memang, sih, extrovert tampak sering bersenang-senang dan berbicara dengan banyak orang. Tetapi, siapa tahu, di balik semua kesenangan itu, mereka menyimpan kesedihan? Hanya saja, lebih mudah bagi mereka untuk menyembunyikan emosi tersebut. Coba cek teman kamu yang extrovert, ya, apakah mereka baik-baik saja—atau, kamu sendiri yang barangkali juga extrovert.
Ambivert, sang “amfibi” yang bisa beradaptasi di mana saja
Amfibi?
Eits, bukan katak, ya, tetapi ambivert pantas mendapatkan julukan ini karena kemampuannya untuk beradaptasi di dua lingkungan, yaitu saat menyendiri dan saat berkumpul dengan orang banyak. Nah, kalau kamu merasa tidak cocok dengan label “introvert” maupun “extrovert”, dan merasa bahwa berbagai faktor, seperti mood, konteks, dan tujuan lah yang menentukan caramu berinteraksi, maka dapat dipastikan bahwa kamu adalah seorang ambivert!
Kenapa ambivert fleksibel?
Karena ambivert menggabungkan kedua karakteristik dari introvert dan extrovert. Fleksibilitas dalam ambivert ini bermacam-macam bentuknya. Mereka dapat menyesuaikan perilaku tergantung situasi yang ada. Misalnya, mereka dapat memilih untuk merespons seseorang perkataan orang asing atau tidak. Lain dari introvert yang kemungkinan tidak ingin merespons. Mereka juga dapat mempertimbangkan pro dan kontra dari ajakan teman untuk pergi ke luar, tidak seperti extrovert yang langsung menerima tanpa ragu.
Apa semua ambivert selalu pengertian?
Tidak selalu, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ambivert dapat menjadi pendengar sekaligus komunikator yang baik, berbeda dari introvert yang lebih sering mendengarkan dan ekstrovert yang lebih sering berbicara. Selain itu, ambivert juga memiliki empati yang tinggi. Apabila teman mereka memiliki masalah, mereka akan mendengarkan duduk permasalahannya, lalu bertanya untuk membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Namun, perlu diingat, tipe kepribadian introvert, extrovert, dan ambivert tidak menentukan dirimu sepenuhnya
Kalau kamu tidak merasa harus didefinisikan dengan label tipe kepribadian introvert, extrovert, maupun ambivert, sangat tidak apa-apa, lho! Apalagi, tipe kepribadian ini tidak bersifat mutlak dari satu kutub ke kutub lainnya. Buktinya, ada ambivert sebagai spektrum yang berdiri di antara introvert dan extrovert.
Atau, mungkin kamu merasa kehilangan arah dalam menentukan tipe kepribadian, karena sepertinya semua orang di sekitarmu adalah introvert, extrovert, atau ambivert… kalau ya, kamu tidak sendiri. Curhat online dari Riliv hadir untuk menemanimu! Cepat dan gratis—apalagi kamu bisa curhat apapun, termasuk tipe kepribadian apa yang cocok buatmu!
Referensi:
- https://www.healthline.com/health/mental-health/myths-about-introverts-and-extroverts#1.-Only-extroverts-like-to-socialize
- https://www.healthline.com/health/health-ambivert
- https://www.healthline.com/health/what-is-an-extrovert
- https://www.thelist.com/280725/the-real-difference-between-introverts-extroverts-and-ambiverts/
Ditulis oleh Adinda Mauradiva.
Introvert Wajib Baca! Tips Ngobrol Ringan ala Introvert untuk Bergaul