Mencintai diri sendiri berlebihan – Banyak orang bilang, self-love itu penting agar kamu dapat lebih mencintai dan menghargai dirimu sendiri. Namun, ada juga yang beranggapan bahwa self-love dapat membuatmu terlena hingga mencintai diri sendiri berlebihan. Nah, seperti yang kita ketahui, segala hal yang berlebihan itu tidak baik, tak terkecuali self-love.
Katanya, sih, self-love yang berlebihan dapat berujung menjadi narsisme. Ya, gangguan kepribadian yang dinamakan narcissistic personality disorder itu, yaitu kondisi mental yang membuat penderitanya merasa lebih penting daripada orang lain dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Akan tetapi, memangnya benar kalau self-love yang berlebihan dapat menjadi narsisme? Kalau begitu, apakah self-love sama saja dengan narsisme? Di mana batas yang membedakannya? Riliv akan menjawab semua pertanyaan tersebut di dalam artikel ini!
Apa itu self-love?
Bayangkan self-love sebagai awalan. Sebelum mencintai orang lain, kamu harus dapat mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu.
Itulah yang dikatakan oleh Aristoteles dalam bukunya, Nicomachean Ethics VII. Ya, bahkan sejak zaman Yunani Kuno, konsep self-love telah ada. Hingga kini, konsep tersebut masih relevan, bahkan ada psikolog yang mengaitkan self-love dengan peningkatan kepercayaan diri seseorang.
Bagaimana bisa? Coba dipikir-pikir dulu, apakah kamu adalah tipe orang yang perfeksionis? Biasanya, orang perfeksionis cenderung mengkritik dirinya terlalu sering, bahkan jika membuat satu kesalahan kecil saja.
Namun, kalau kamu menerapkan self-love, kamu akan menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, dan kesalahanmu adalah bagian dari pengalaman hidupmu. Jadi, tidak apa-apa untuk membuat kesalahan, karena hal itu akan mendorongmu untuk berkembang dan bersikap lebih percaya diri ke depannya.
Jadi, self-love adalah tentang membuatmu bahagia
Maksud sebenarnya dari self-love adalah menuntunmu untuk menemukan kebahagiaan di dalam dirimu.
Self-love membantumu untuk mencintai, menghargai, memaafkan, dan menerima dirimu, karena kamu pantas mendapatkan perlakuan seperti itu dari dirimu sendiri. Baru setelah itu kamu dapat melakukan hal yang sama kepada orang lain juga.
Kalau begitu, apa itu narsisme?
Berbeda dengan self-love, narsisme bukanlah awalan untuk mencintai orang lain.
Seseorang yang menderita narcissistic personality disorder akan merasa sulit untuk bersikap empatik kepada orang lain, karena ia berpikir semua perhatian harus terpusat kepada dirinya.
Bahkan, sebenarnya, orang narsistik tidak dapat mencintai dirinya layaknya seseorang yang menerapkan self-love, karena ia selalu merasa kurang puas akan validasi yang harus didapatkan secara terus-menerus.
Tidak seperti self-love yang mendorongmu untuk menerima segala kekurangan dalam dirimu, narsisme justru tidak mengenal hal tersebut. Orang narsistik menganggap bahwa mengakui kekurangan atau kesalahan yang dimiliki merupakan bentuk dari kelemahan yang seharusnya tidak ditunjukkan.
Otomatis, orang narsistik kurang dapat menerima kritik dari orang lain dengan baik, dan benci merasa terkalahkan. Maka dari itu, tidak mudah bagi orang narsistik untuk berkembang menjadi lebih baik bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Jadi, narsisme bukan tentang mencintai dirimu sendiri
Narsisme pun mengembangkan ilusi bahwa seseorang mencintai dirinya secara berlebihan. Padahal, apabila diperhatikan lagi, orang narsistik tidak dapat benar-benar mencintai dirinya.
Ia akan selalu mengandalkan perhatian, pujian, dan validasi yang ia butuhkan dari orang lain yang bersifat sementara untuk membuatnya merasa lebih baik.
Ia tidak pernah berhenti untuk memikirkan bagaimana caranya menemukan kebahagiaan dalam dirinya sendiri untuk disalurkan kepada orang lain.
Sebenarnya, batas antara self-love dan narsisme sangatlah jelas. Narsisme bukan penyebab mencintai diri sendiri berlebihan
Self-love dan narsisme tidaklah berada dalam satu spektrum yang sama, misalnya self-love adalah bentuk mencintai diri sendiri yang tepat dan narsisme adalah bentuk dari mencintai diri sendiri berlebihan.
Tidak, karena dasar dari keduanya pun sudah berbeda: self-love adalah tentang mencintai dirimu sendiri, sedangkan narsisme bukan tentang mencintai dirimu sendiri.
Meskipun begitu, anggapan bahwa keduanya berhubungan merupakan sesuatu yang dapat dimengerti.
Balik ke pertanyaan di awal artikel, kamu bisa saja terlena saat terlalu fokus untuk mencintai dirimu sendiri hingga melupakan fakta bahwa tujuan dari self-love adalah untuk mencintai dirimu terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain.
Pada akhirnya, self-love pun juga mendorong kecintaan terhadap orang lain juga, karena kita tidak dapat hidup tanpa orang lain.
Namun, apabila kamu merasa terlalu mencintai dirimu sendiri….
Jangan khawatir, kamu dapat melakukan cara-cara ini untuk mencintai dirimu sewajarnya:
1. Ingat bahwa merasa lebih baik daripada orang lain tidak sama dengan kepercayaan diri
Apabila kamu merasa lebih baik daripada orang lain, tidak menutup kemungkinan bahwa kamu memandang rendah orang lain yang tidak berada dalam satu level yang sama denganmu. Alih-alih wujud dari kepercayaan diri, sikap seperti itu justru menunjukkan kesombongan dan keangkuhan.
Daripada bersikap seperti itu, alangkah lebih baik kalau kamu mempelajari sesuatu yang dapat menjadi keahlianmu. Dengan begitu, orang-orang akan mengetahui kompetensimu dan pencapaianmu. Itu akan memberimu rasa percaya diri yang lebih bermakna.
2. Perhatikan bagaimana kamu berbicara di depan orang lain
Setelah kamu mencapai self-love, menceritakan hal positif mengenai dirimu kepada orang lain pasti lebih mudah. Namun, jangan lupa memperhatikan bagaimana caramu berbicara, ya.
Bisa saja, kamu melakukan humblebragging—pamer secara “rendah hati”—tanpa disadari. Bukannya humblebragging itu selalu buruk, tetapi tidak semua orang menyukai humblebragging. Beberapa lebih memilih pamer yang memang bertujuan untuk pamer, daripada ditutup-tutupi, karena kesannya memancing perhatian.
3. Terimalah pujian dengan berterima kasih dan memuji orang itu kembali
Sering kali, merespons pujian yang dilontarkan orang lain bisa sangat membingungkan, ya. Akan tetapi, tidak ada salahnya, kok, mengucapkan terima kasih untuk menghargai usaha yang mereka lakukan untuk memujimu. Lebih baik lagi kalau kamu melakukan hal yang sama kepada mereka dengan memuji mereka secara tulus.
Kesimpulannya, self-love tidak dapat berbuah menjadi narsisme. Namun, mencintai diri sendiri berlebihan merupakan hal yang sangat mungkin. Hal itu patut dihindari, karena segala hal yang berlebihan tidak baik. Terlepas dari itu, semoga, dengan membaca artikel ini, kamu dapat mencintai dirimu dengan lebih baik, ya!
Kalau kamu merasa terlalu mencintai dirimu sendiri hingga sampai pada tahap yang mengganggu hubungan pribadimu, kamu dapat melakukan konsultasi ke psikolog online yang terpercaya dan berpengalaman, hanya di Riliv.
Referensi:
- https://www.lifehack.org/596475/how-we-are-confusing-self-love-with-narcissism-in-this-generation
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-path-passionate-happiness/202002/self-love-selfish-narcissistic-and-arrogant
- https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/narcissistic-personality-disorder
- https://www.huffpost.com/entry/the-narcissism-debate-is-it-selfish-to-love-yourself_b_7188840
Ditulis oleh Adinda Mauradiva.
Self Love dalam Pertemanan, Sudahkah Kamu Lakukan?