Alasan Bahagia – Kebahagiaan seringkali diasosiasikan sebagai emosi positif atau bahkan tujuan hidup. Ya, kamu pasti sering mendengar istilah “Tujuan hidupku adalah bahagia”, bukan?
Bagaimana dari perspektif psikologi? Apakah kebahagiaan memang benar-benar nyata dan dapat dilogikakan, atau hanyalah abstraksi fana saja?
Rupanya, kebahagiaan sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis dari sudut pandang psikologi, lo.
Mengenal Kebahagiaan dari Sudut Pandang Psikologi
Psikologi mengenal kebahagiaan sebagai emosi positif yang muncul karena pleasure atau kenikmatan di keseharian.
Lebih lanjut, bahagia umumnya disebut sebagai well-being atau kesejahteraan.
Konsep kesejahteraan ini dibagi menjadi 2, yakni hedonis dan eudamoni.
Konsep Hedonis
Hedonis berarti kebahagiaan yang muncul karena mencapai atau mendapatkan hal-hal tertentu yang sudah diinginkan sejak lama.
Menariknya, jika ditinjau dari konsep hedonis, seseorang bisa saja akan kembali ke titik terbawah dari kebahagiaan, terlepas dari hal yang terjadi pada mereka selanjutnya. Ini artinya, semua yang kamu dapatkan akan tidak lagi membuatmu senang.
Konsep Eudamoni
Konsep ini merupakan kebahagiaan yang menjadi landasan dari psikologi positif.
Eudamoni berarti fulfilling atau sesuatu yang membahagiakan karena berhasil memenuhi impian secara non-material dan mencapai tujuan hidup.
Ya, kuncinya adalah tujuan hidup dan juga kebijaksanaan. Hal ini tidak bergantung pada barang atau pencapaian duniawi, namun juga hal-hal seperti perasaan cukup, adanya tujuan untuk membela kebenaran, dan juga pemenuhan ilmu pengetahuan.
Contoh Kebahagiaan Eudamonia
Berbagai literatur masih kesulitan untuk mendefinisikan kebahagiaan eudamonia secara konkrit, sehingga banyak sumber memilih untuk mendefinisikannya dengan contoh.
Berikut adalah beberapa contoh alasan orang bahagia dari segi eudamonia:
- Mengenali siapa dirimu sesungguhnya, seperti mengenal kekuatan dan juga menerima kekurangan
- Mengembangkan potensi terbaik dan unik dari dirimu
- Menggunakan potensi itu untuk mencapai tujuan utamamu
Menariknya, kamu bisa mencoba mendiskusikan cara untuk mencapai kebahagiaan itu dengan psikolog, lo. Para profesional akan membantumu untuk menggali bakat minat serta menemukan cara untuk menerima dirimu sendiri secara utuh.
7 Alasan Seseorang Bisa Merasa Bahagia Secara Saintifik
Melakukan Kebaikan Kepada Orang Lain
Seringkali ketika seseorang merasa stres, hal yang pertama dilakukan adalah fokus pada diri sendiri.
Menariknya, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ketika mengalami hal buruk, kamu bisa melakukan kebaikan kepada orang lain atau prososial.
Aktivitas membantu sesama bisa membangun emosi positif secara bertahap dan juga mempertahankannya secara berkala.
Mengurangi Perfeksionisme
Ini adalah salah satu cara yang sulit sekali dilakukan beberapa orang, apalagi jika kamu termasuk High Achievers.
Kamu tetap boleh kok berekspektasi, tapi jangan sampai kamu harus mencapai dan mengejar kesempurnaan, ya!
Perfeksionisme merupakan ekspektasi berlebihan dengan tujuan yang belum tentu dapat dicapai.
Kamu perlu melatih dirimu aagr bisa menerima hasil yang sudah kamu usahakan.
Tidak Lagi Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Satu lagi cara yang seringkali disarankan tapi sulit dilakukan!
Saat membandingkan diri dengan orang lain, kamu akan selalu menemukan hal-hal yang kurang dari dirimu,
Kamu bisa menggantinya dengan mengagumi orang. Dengan begini, kamu bisa mencoba fokus pada kekuatan mereka dan berusaha untuk mendapatkan kualitas tersebut.
Atau lebih baik, kamu bisa membandingkannya dengan dirimu sendiri. Apakah kamu sudah lebih baik dari dirimu sendiri di masa lalu?
Merasa Cukup dengan Apa yang Ada
Salah satu jebakan yang seringkali muncul saat bahagia adalah berusaha untuk memaksimalkan atau mengeksplorasi hal-hal lainnya.
Hal ini seringkali membuat seseorang sulit menikmati hal yang mereka miliki saat ini.
Akibatnya, kamu mungkin akan lupa bahwa hal yang kamu miliki sekarang bisa menjadi hal yang membahagiakan juga, kok!
Menyadari Bahwa Kebahagiaan Tidak Terpaku pada Material
Serupa dengan poin sebelumnya, namun kali ini alasan untuk bahagia tidak datang dari material.
Kamu bisa fokus pada hal-hal yang bersifat non-material seperti kedatangan teman-temanmu di pesta ulang tahun atau pun masih bisa berkomunikasi dengan keluarga secara rutin.
Kamu bisa menentukan apa kebahagiaanmu, namun jangan sampai saat kamu kehilangan suatu materi, kamu merasa bahwa kebahagiaanmu hilang, ya.
Mulai Menerima Kekurangan, Maksimalkan Kekuatan
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kamu bisa memfokuskan kekuatan dirimu untuk mencapai tujuan hidupmu.
Hal ini akan membuatmu semakin bahagia dibandingkan mengejar kualitas diri yang belum tentu kamu miliki, apalagi jika dibandingkan dengan orang lain.
Menerima kekurangan bukanlah hal yang menyenangkan memang, namun jika kamu menyadari bahwa kamu juga memiliki kekuatan yang jauh lebih besar, maka hal ini bisa membuatmu lebih bersemangat!
Ini Terdengar Klise, Tapi Bersyukur Bisa Membuatmu Bahagia
Nasehat yang satu ini akan terdengar klise, namun kenyataannya memang demikian!
Bersyukur bisa membuatmu lebih menyadari hal-hal baik yang terjadi di sekelilingmu, lo.
Menuliskan dan membicarakan hal-hal yang disyukuri akan sangat membantu khususnya jika kamu sudah memasuki usia dewasa.
Selain itu, bersyukur juga berkaitan dengan memaafkan, sehingga bisa membuatmu terhindar dari perasaan dendam juga.
Menariknya, kamu bisa melatih semua itu bersama psikolog, lo! Ya, psikolog akan membantu mengidentifikasi mana bagian yang sulit untuk diubah dan merancang terapi untuk bersama-sama bisa meraih kebahagiaan itu.
Sudah siap untuk mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya?
***
Sumber:
- https://positivepsychology.com/hedonic-treadmill/
- https://positivepsychology.com/happiness/
- https://positivepsychology.com/eudaimonia/
- https://www.tamdistrict.org/cms/lib8/CA01000875/Centricity/Domain/576/what_makes_people_happy.pdf