Promo – Menjelang liburan Natal dan Tahun Baru 2022, promo dari para retailer dan online shop jadi banyak banget, nggak sih? Mulai dari baju baru, barang-barang dekorasi, sampai makanan… duh, nggak tahan deh menghadapinya! Meskipun promo yang muncul sangat menggoda, termakan promo bisa bikin kita jadi boros. Alhasil, kita sendiri yang rugi! Nah, makanya, simak artikel ini yuk buat lebih tahu cara menghadapi boros gara-gara promo!
Kenapa, sih, Kita Gampang Tergoda Promo?
Sebelum kita masuk ke tips dan trik menghadapi kalap belanja, kita wajib memahami dulu apa yang menyebabkan kita mudah banget tergiur sama promo di mana-mana. Menurut Zajonc (1968), apabila kita terlalu sering terekspos kepada suatu hal, entah itu barang atau jasa tertentu, sikap kita terhadap hal tersebut akan semakin favorable. Dengan kata lain, akan sangat sulit bagi kita untuk menolak suatu barang atau jasa yang ditawarkan terus menerus kepada kita. Fenomena ini disebut sebagai exposure effect. Gara-gara kena exposure effect itulah, kita pun mengesampingkan ego yang seharusnya bisa menahan keinginan kita untuk bergegas membeli barang tersebut.
Namun, dorongan untuk membeli barang nggak selamanya berasal dari luar diri kita. Motivasi membeli barang promo dari dalam diri juga bisa dilatarbelakangi oleh keinginan mengikuti tren, apalagi di zaman sekarang, kita gampang banget terekspos oleh beauty vlogger yang ‘meracuni’ kita dengan promo-promo tadi. Oleh para ahli, fenomena ini dinamakan bandwagon effect. Maka dari itu, media sosial benar-benar berperan dalam bandwagon effect, karena media sosial membuat kita jadi cenderung mengikuti sesuatu yang viral.Yep, itulah yang sampai sekarang disebut sebagai fear of missing out (FOMO).
Promo Nggak Selamanya Kudu Dituruti
Mau bagaimanapun juga, kita nggak bisa menghentikan sebuah promo yang datang dari para seller, karena toh mereka melakukannya demi keuntungan. Tapi, kita bisa kok mengontrol diri kita sendiri supaya nggak termakan promo tadi. Ini dia tipsnya!
Buat Skala Kebutuhan
Abraham Maslow pernah membahas mengenai motivasi manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Maslow, motivasi yang kita dapatkan selalu berakar dari keinginan untuk memenuhi sesuatu yang kurang dalam diri kita dan keinginan untuk bertumbuh. Beliau membagi kebutuhan tersebut menjadi 8 tingkatan dalam hierarki kebutuhan. Dari 8 kebutuhan tersebut, yang paling esensial adalah kebutuhan fisiologis, yaitu sandang (pakaian), pangan (makan dan minum), dan papan (tempat tinggal) sementara kebutuhan esteem (barang-barang yang prestisius) ada di tingkat lima teratas. Maka dari itu, penting bagi kita untuk membuat skala kebutuhan berdasarkan penting tidaknya barang tersebut buat dibeli. Membeli barang-barang kebutuhan yang memang esensial dengan barang-barang yang cuma buat khilaf doang itu sudah beda, lho!
Pikir Panjang Sebelum Membeli
Menurut teori Julian B. Rotter, seseorang yang punya locus of control internal pasti akan mampu mengendalikan perilakunya dan menolak tekanan sosial yang mengharuskannya berkonform, sebab mereka memahami bahwa setiap perbuatan yang mereka lakukan akan menghasilkan konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan. Teori ini bisa diterapkan dalam mengatasi diri kita tergoda promo belanja, yakni pikir-pikir dulu konsekuensinya kalau kita menghabiskan uang semudah itu untuk membeli barang yang nggak penting. Yuk, kembali lagi pada teori hierarki kebutuhan Maslow. Apabila barang promo yang muncul itu memang penting untuk dimiliki, letakkan prioritasnya menjadi paling awal. Namun, apabila barang tersebut bukanlah sesuatu yang esensial, mungkin kita harus berpikir dua kali.
Regulasi Emosi
Usaha mengendalikan keinginan membeli barang yang lagi promo bisa dilakukan dengan meregulasi emosi. Bagaimanapun juga, promo bisa menjebak kita untuk melakukan apa pun demi mendapatkan barang yang kita inginkan, meskipun tidak penting. Seperti yang sudah dijelaskan, keinginan membeli barang datang dari exposure terus menerus yang menumbuhkan keterikatan emosi terhadap barang tersebut. Regulasi emosi bisa dimulai dengan menanamkan goals dalam diri kita dan memahami situasi yang kita alami. Misalnya, kamu sudah berniat menabung buat jalan-jalan ke Bali. Tapi, gara-gara ada promo sepatu yang jadi wishlist, kamu jadi tergoda buat menyisihkan uang jalan-jalan ke Bali yang sudah kamu kumpulkan. Jika kamu menerapkan regulasi emosi, kamu akan tersadar bahwa goal yang mau kamu capai adalah jalan-jalan ke Bali, lalu mengurungkan niat membeli sepatu yang lagi promo tersebut. Semakin kita berlatih mengendalikan diri, semakin kita bisa mencapai goals yang kita impikan.
Gimana, nih, Teman-teman? Jadinya mau tetap beli atau enggak, nih? Sebetulnya, ini semua tergantung sama diri kalian masing-masing, kok. Nggak ada salahnya untuk membeli barang yang kita inginkan kalau lagi promo, tapi jangan sampai kita lupa bahwa manusia nggak akan pernah puas. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari karena nggak bisa mewujudkan mimpimu akibat menghambur-hamburkan duit, ya!
Masih kesulitan mengontrol diri sendiri dari kalap belanja? Konsultasikan masalah kamu ke profesional aja! Yuk, download Riliv untuk berbincang mudah dan cepat dengan psikolog kapan saja kamu mau!
Referensi:
Rotter, J. B. (1966). Generalized expectancies for internal versus external control of reinforcement. Psychological monographs: General and applied, 80(1), 1.
Wilms, R., Lanwehr, R., & Kastenmüller, A. (2020). Emotion Regulation in Everyday Life: The Role of Goals and Situational Factors. Frontiers in psychology, 11, 877. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.00877