Kebiasaan berbasa-basi tentunya memiliki efek positif secara emosional maupun sosial. Tentu bisa dicapai apabila percakapan dimulai dengan obrolan yang tidak membuat lawan bicara jadi jengkel duluan. Lantas, seperti apa dan bagaimana cara basa-basi yang positif dan tidak menyebalkan?
“Eh kok kurusan”
“Eh kapan nikah?”
“Kapan punya momongan nih?”
Kalimat di atas merupakan segelintir kalimat yang tidak lagi asing didengar ketika sedang berada dalam situasi tertentu—umumnya saat berjumpa kembali dengan orang yang sudah lama tidak kita temui. Biasanya, pertanyaan tersebut menjadi pembuka untuk memulai sebuah percakapan.
Sadar atau tidak, masih banyak di antara kita yang memulai percakapan dengan hal-hal yang dianggap sebagai privasi. Atau, komentar-komentar yang terkesan peduli, namun sebenarnya tidak ada esensinya. Misal, memberi komentar pada citra tubuh seseorang atau body shamming.
Mungkin tujuannya hanya sekedar untuk berusaha ramah. Namun terkadang, menodong lawan bicara dengan pertanyaan kurang sopan justru malah membuat kesal.
Nah, berbasa-basi yang baik perlu dilakukan agar percakapan dapat berlanjut dengan baik pula. Walaupun tidak selalu berakhir dengan diskusi panjang, obrolan ringan mampu memberi manfaat bagi kondisi emosional seseorang.
Pentingnya basa-basi menurut ahli
Kita seringkali tak terhindarkan dari obrolan ringan dalam keseharian. Misalnya, saat bertemu kembali dengan teman lama, di acara keluarga, hingga berpapasan di tengah jalan dengan orang yang kita kenal. Tentu secara spontan, kita mengeluarkan kalimat ringan untuk membuka percakapan dengan orang yang kita temui.
Entah berakhir dengan diskusi panjang, atau hanya sekadar obrolan ringan. Bagaimanapun, basa-basi bermanfaat karena setiap orang butuh bersosialisasi. Dilansir dari Medical News Today, obrolan ringan dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hubungan.
Dari yang awalnya hanya obrolan ringan, bisa berlanjut menjadi diskusi panjang atau obrolan mendalam yang mampu menciptakan kedekatan secara emosional.
Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science menemukan bahwa obrolan ringan tidak berkontribusi positif terhadap kebahagiaan seseorang, tetapi juga tidak berkontribusi negatif.
Meski begitu, Prof. Mehl mengatakan bahwa obrolan ringan tetap penting. Sebab, obrolan ringan atau basa-basi dapat membantu mengarahkan menuju percakapan mendalam yang lebih substansif.
Menurut penelitian tersebut, meski basa-basi tidak mempengaruhi kebahagiaan, tetap saja basa-basi sangat penting untuk membuka jalan dalam memperoleh kebahagiaan.
Prof. Mehl dari Universitas Arizona mendefinisikan basa-basi sebagai sebuah obrolan yang melibatkan dua orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang sama. Sedangkan obrolan mendalam dikategorikan sebagai percakapan yang memiliki substansi, terjadi pertukaran informasi.
Obrolan mendalam bisa mencakup berbagai topik, mulai dari cinta hingga politik. “Syaratnya adalah terjadi pertukaran informasi,” tegas Mehl.
Berdasarkan studi yang melibatkan 486 partisipan ini, peserta yang terlibat lebih dalam obrolan mendalam menunjukkan tingkat kebahagiaan yang lebih besar. Dengan kata lain, obrolan mendalam terkait dengan kebahagiaan seseorang. Obrolan mendalam dapat dimulai dengan terlibat dalam suatu obrolan ringan yang baik.
Ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk bisa terlibat dalam suatu percakapan yang baik. Berikut, Riliv sajikan tips basa-basi yang bisa membantu kamu terlibat dalam suatu obrolan yang baik!
1. Ajukan pertanyaan yang menunjukkan rasa ingin tahu
Photo by Ekaterina Bolovtsova from Pexels
Studi terbaru di Harvard University menyarankan untuk memulai percakapan dengan mengajukan pertanyaan yang menunjukkan rasa ingin tahu. Hal ini membuat lawan bicara merasa penting, sekaligus menghindari mendominasi percakapan.
Mengenai pemilihan topik, perhatikan kepribadian dan situasi orang yang akan diajak bicara. Obrolan bisa dimulai dengan membicarakan hal yang relate, seperti merespon situasi yang terjadi di tempat kamu dan lawan bicara berada.
Misalnya, jika bertemu dengan kawan lama yang baru menikah, alih-alih bertanya kapan punya anak, lebih baik kamu mengajukan pertanyaan yang sifatnya menambah informasi. Kamu dapat mengajukan pertanyaan misalnya:
“Bagaimana sih mempersiapkan pernikahan?”
“Tips nabung buat nikah versi kamu?”
“Apa rencana kamu kedepannya?”
Kamu dapat memulai dengan pertanyaan yang dapat membangun sebuah percakapan. Pertanyaan semacam itu dapat mengalir pada obrolan yang lebih mendalam.
Kesimpulannya, hindari bertanya topik sensitif yang terkait dengan privasi, penampilan fisik, agama, dan politik.
2. Membahas berita terkini juga bisa dilakukan dalam basa-basi
Kalau bingung atau sudah kehabisan topik, kamu bisa mencoba membahas tentang isu terkini yang sedang hangat dibicarakan.
Hal ini juga dapat mengalirkan pembicaraan pada diskusi, karena topik yang up to date membuat percakapan menjadi tidak basi.
Misalnya, lawan bicara punya hobi kulineran, kamu bisa berbagi seputar tempat kuliner yang lagi happening. Atau lawan bicara punya ketertarikan dengan dunia sepak bola, kamu bisa mulai obrolan dengan bertanya tentang hasil pertandingan klub bola favoritnya.
Oleh karena itu, kamu perlu update mengenai tren atau berita terkini.
3. Manfaatkan kondisi sekeliling
Coba deh amati sekeliling ruangan. Kira-kira, ada nggak yang menarik? Nah, kamu bisa memanfaatkan objek apa saja yang ada di ruangan untuk menjadi topik dalam memulai percakapan dengan lawan bicara.
4. Memposisikan diri setara dengan lawan bicara
Photo by Ketut Subiyanto from Pexels
Tips yang ini sangat penting dilakukan untuk menghindari kamu mendominasi percakapan atau menjadi self-centered person. Nggak mau dong kalau lawan bicara jadi ilfeel?
Kamu harus bisa memposisikan menjadi pendengar yang baik. Dalam artian, kamu menunjukkan rasa hormat pada orang yang sedang bicara tanpa memotongnya.
Hilangkan sikap yang menunjukkan bahwa kamu lebih tahu segalanya dibanding lawan bicara. Saat bicara dengan orang lain, kamu perlu menanamkan bahwa kamu ingin belajar dari orang tersebut.
Kamu bisa selalu membawa mantra “I don’t want to be the smartest people in the room,” dalam berbagai situasi. Percaya atau tidak, mantra tersebut mampu mendorong untuk menjadi pendengar yang baik.
Referensi:
- Tackman, Allison., Buttler Emily A., Milek, Anne. 2013. Evasdropping on Happiness” Revisited: A Pooled, Multisample Replication of the Association Between Life Satisfaction and Observed Daily Conversation Quantity and Quality. Psychological Science. https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/095679761877425