Halo Dear! Seberapa suka kamu membaca buku? Ternyata, membaca buku bagus lho untuk kesehatan mental. Sampai-sampai, ada terapi dengan cara membaca buku, namanya biblioterapi. Kok bisa sih? Nah, yuk temukan jawabannya dengan membaca artikel Riliv berikut ini!
Apa sih biblioterapi itu?
Photo by Cristian Benavides from Pexels
Biblioterapi adalah terapi menggunakan literatur atau bahan bacaan untuk membantu orang mengatasi masalah emosional, penyakit mental, atau perubahan dalam hidup.
Dengan menyediakan literatur yang relevan dengan situasi seseorang dan kebutuhan perkembangan mereka pada waktu yang tepat, praktisi biblioterapi berusaha membantu orang dari segala usia untuk memahami diri mereka sendiri dan untuk mengatasi masalah, seperti perpisahan dan perceraian, pelecehan anak, ataupun pengasuhan anak.
Selain itu, biblioterapi dapat diterapkan pada seseorang yang menderita kecemasan, depresi, atau gangguan mood lainnya; dapat juga pada mereka yang berjuang dengan trauma atau kecanduan; atau mereka yang mengalami kesedihan, perceraian, atau masalah terkait hubungan lainnya.
Bagaimana awal mula adanya terapi membaca buku ini?
Secara historis, biblioterapi dimulai pada tahun 1930-an ketika pustakawan mulai menyusun daftar materi tertulis yang membantu seseorang mengubah pikiran, perasaan, atau perilaku mereka untuk tujuan terapeutik.
Konselor bekerjasama dengan pustakawan untuk “meresepkan” literatur yang dipilih untuk klien yang mengalami masalah.
Anggapan yang mendasari biblioterapi adalah bahwa klien mengidentifikasi karakter tokoh yang ada pada buku yang mirip dengan diri mereka sendiri, kemudian terjadi asosiasi yang membantu klien melepaskan emosi, mendapatkan pandangan hidup baru, dan mengeksplorasi cara baru untuk berinteraksi atau menyelesaikan masalahnya.
Remaja yang menjalani biblioterapi misalnya, mungkin merasa lega karena bukan hanya mereka yang menghadapi masalah tertentu. Mereka belajar bagaimana memecahkan masalah dengan merefleksikan bagaimana karakter dalam buku memecahkan masalah yang mirip dengan yang mereka alami.
Nah, secara umum, aktivitas dalam biblioterapi dirancang untuk:
- Menyediakan informasi
- Memberikan wawasan
- Merangsang diskusi tentang masalah
- Mengkomunikasikan nilai dan sikap baru
- Menciptakan kesadaran bahwa orang lain memiliki masalah yang serupa
- Memberikan solusi yang realistis untuk masalah
Proses biblioterapi diawali dengan mengidentifikasi kebutuhan klien sehingga bisa memilih buku yang benar-benar sesuai dengan mereka.
Setelah itu, klien diminta membaca buku dan mengidentifikasi karakter utama, kemudian dilanjut dengan tahap di mana mereka berbagi apa yang telah mereka peroleh.
Biblioterapi memiliki nilai yang jelas, yaitu memberikan kesempatan untuk mengenali dan memahami diri sendiri, karakteristiknya, serta kompleksitas pemikiran dan perilaku manusia.
Meskipun begitu, terapi membaca buku ini juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
Kekurangan biblioterapi adalah ketika tidak tersedianya materi tentang topik tertentu, serta kurangnya kesiapan dan kesediaan klien untuk membaca.
Selain itu, adanya kemungkinan peserta melakukan sifat defensif, sehingga mengabaikan tindakan karakter dan gagal mengidentifikasi mereka, atau bahkan akhirnya menggunakannya sebagai kambing hitam juga menjadi kekurangan biblioterapi.
Beberapa keterbatasan ini dapat diatasi melalui kelanjutan proses itu sendiri, bermain peran, dan penggunaan diskusi kelompok.
Bukan hanya buku non fiksi, buku fiksi, cerpen, bahkan puisi juga bisa digunakan dalam terapi ini lho!
Photo by Thought Catalog from Pexels
1. Buku Fiksi
Siapa yang suka baca novel atau cerpen? Ternyata, penelitian menunjukkan bahwa membaca karya fiksi bisa sangat bermanfaat bagi orang dengan atau tanpa kesulitan kesehatan mental.
Studi ini menunjukkan bahwa membaca buku fiksi dapat meningkatkan empati pembaca, keterampilan sosial, dan pemahaman antarpribadi yang dikenal sebagai “teori pikiran”. Selain itu, pakar terkemuka, Dr. Keith Oatley dari Universitas Toronto mencatat bahwa buku fiksi dapat menambah dan membantu kita memahami pengalaman sosialnya.
2. Buku Agama dan Spiritualitas
Nah Dear, penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan konsisten antara religiusitas dan kesehatan mental lho!
Bagian integral dari religiusitas mencakup membaca kitab suci secara teratur, yang nyatanya dapat memberikan banyak kedamaian dan dukungan kepada orang-orang beriman yang memiliki masalah kesehatan mental.
Dalam sebuah penelitian di Afrika dan Amerika, menunjukkan banyak peserta yang melaporkan bahwa membaca kitab suci telah membantu pemulihan mereka, dengan salah satu peserta yang dengan mengesankan menyatakan “itulah yang benar-benar membuat saya tetap waras.”
Nah, membaca telah terbukti dapat membantu orang memahami masalah yang mereka alami, memperkuat hasil pengobatan lain, menormalkan pengalaman dengan masalah dan perawatan kesehatan mental, dan menawarkan harapan untuk perubahan positif.
Selain itu, biblioterapi memiliki banyak bentuk dan dapat digunakan bersama dengan banyak kerangka terapi yang berbeda
Biblioterapi preskriptif, yang juga disebut sebagai swa-bantu, melibatkan penggunaan bahan bacaan dan buku kerja khusus untuk menangani berbagai masalah kesehatan mental.
Self-help dapat dilakukan dengan atau tanpa bimbingan terapis. Seorang terapis perilaku kognitif yang mengajari seseorang teknik pernapasan dalam dan regulasi emosi dapat memberi orang tersebut buku latihan untuk digunakan di rumah.
Buku tentang resep, adalah program di mana bahan bacaan yang menargetkan kebutuhan kesehatan mental tertentu “ditentukan” oleh profesional kesehatan mental, yang mungkin menggunakan sumber daya seperti Proyek Pendidikan Biblioterapi untuk menemukan buku yang sesuai.
Biblioterapi kreatif menggunakan literatur imajinatif—novel, cerita pendek, puisi, drama, dan biografi—untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis. Melalui penggabungan karya sastra yang dipilih dengan cermat, terapis seringkali dapat membimbing orang ketika pengobatan dalam perjalanan penemuan diri.
Metode ini paling bermanfaat ketika orang mampu mengidentifikasi dengan karakter, mengalami katarsis emosional sebagai hasil dari identifikasi ini, dan kemudian memperoleh wawasan tentang pengalaman hidup mereka sendiri.
Meskipun banyak ahli kesehatan mental menggunakan biblioterapi sebagai alat terapi, tetap ada standar resmi untuk praktik ini yang ditetapkan oleh Federasi Internasional untuk Terapi Biblio/Puisi (IFBPT) lho! Mereka yang ingin mendapatkan sertifikasi resmi dapat melakukannya melalui IFBPT dengan sertifikasi sebagai berikut:
1. Certified Applied Poetry Facilitator (CAPF)
Seseorang harus memiliki gelar sarjana dan pengalaman di bidang psikologi. CAPF biasanya bekerja dengan orang yang tidak menderita masalah kesehatan mental yang serius, tetapi dilatih untuk menganalisis dan mengidentifikasi individu yang mungkin mendapat manfaat dari bantuan kesehatan mental.
2. Terapis Puisi Bersertifikat (CPT)
Orang-orang ini harus memiliki pelatihan kesehatan mental pasca sarjana. CPT dilatih untuk bekerja secara pribadi dengan individu yang memiliki masalah kesehatan mental.
3. Terapis Puisi Terdaftar (PTR)
PTR juga harus memiliki pelatihan kesehatan mental pasca sarjana; namun, mereka juga harus menyelesaikan kursus lanjutan untuk mendapatkan sertifikasi resmi. Seperti CPT, mereka biasanya bekerja langsung dengan individu yang memiliki masalah kesehatan mental.
***
Nah, gimana Dear? Apakah setelah membaca artikel di atas kamu tergugah untuk rajin membaca buku? Kalau kamu berminat atau ingin berkonsultasi lebih lanjut mengenai terapi ini, kamu bisa bertanya-tanya melalui profesional yang ahli di bidang kesehatan mental, seperti psikolog.
Kamu juga bisa menggunakan fitur meditasi yang ada di aplikasi Riliv untuk membantumu mengatur stres sehari-hari Dear!
Referensi:
- Psychologytoday.com. can reading book improve your mental health ?
- Psychologytoday.com. Bibliotherapy
- Thriveworks.com. What Is Bibliotherapy
- Cyc-net.org. what is bibliotherapy
- Verywellmind.com. bibliotherapy : how stories can help guide the therapeutic process
- Goodtherapy.org. bibliotherapy