Penipuan Tiket Konser – Tidak dipungkiri bahwa Indonesia menjadi salah satu destinasi yang menguntungkan bagi musisi luar negeri untuk menggelar konser. Di tahun 2023 ini, sejumlah band papan atas seperti Coldplay, The 1975, dan The Strokes, serta musisi kondang Taylor Swift sudah dinanti-nantikan oleh penikmat musik tanah air. Namun belakangan ini, banyak terjadi penipuan tiket konser artis-artis papan atas. Topik ini kerap dibahas di media sosial, dan korbannya juga nggak sedikit, mulai dari anak muda hingga orang dewasa. Kenapa hal ini bisa terjadi? Mari simak faktanya bersama Riliv!
Mengapa Kita Bisa Mudah Tertipu?
Kebanyakan kasus penipuan tiket konser artis papan atas selalu mengiming-imingi hal yang sama, yaitu membeli akses untuk menonton konser dengan cepat dan mudah. Apalagi, jika tiket konser yang dijual terbatas. Para calo memanfaatkan momen ini untuk menarik penggemar yang kehabisan tiket supaya membeli tiket melalui layanan mereka dengan harga yang tak jarang jauh di atas harga normal. Dan uniknya, para penggemar ini juga bisa terbujuk oleh calo-calo tersebut, lho!
Rupanya, secara psikologis, teknik bujukan atau persuasi memiliki andil dalam kasus penipuan. Kecenderungan kita untuk merasa terbujuk sebetulnya terletak pada bagaimana seseorang berhasil mempengaruhi mindset kita bahwa kita relate dengan hal yang disampaikan orang tersebut. Misalnya, dalam pembuatan iklan, orang-orang yang terbujuk iklan merasa membutuhkan barang yang ditampilkan iklan. Bukan hanya karena barangnya bagus, tapi mungkin karena murah atau lebih tahan lama. Selain itu, keadaan emosi kita juga bisa mempengaruhi kita untuk merasa terbujuk dengan iklan ataupun tawaran seseorang.
Kemudian, faktor lainnya menurut psikolog Robert Cialdini, adalah kelangkaan suatu barang atau jasa yang ditawarkan. Misalnya, tiket konser artis favoritmu sudah hampir habis. Kamu pasti akan mudah tergoda oleh tawaran orang yang bersedia menjual tiket tersebut dalam waktu mendesak, bukan? Namun tetap saja, faktor personal seperti sifat psikologis, faktor empiris, motivasi, bias kognitif, dan ketidakseimbangan emosional juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan kita.
Nah, maka dari itu, menurut para pakar, ada baiknya bagi kita untuk mengendalikan emosi dan cara berpikir kita. Jangan sampai terbawa emosi. Kecenderungan kita untuk merasa “kepedean” atau menggebu-gebu karena ingin melihat artis favorit manggung akan membuat kita kurang memperhatikan hal-hal yang mendetail mengenai sebuah informasi, dan lebih mudah kena tipu. Apalagi, di zaman sekarang, orang-orang bisa mengandalkan media sosial untuk menciptakan kesan bahwa seolah-olah mereka pihak yang meyakinkan. Hati-hati, ya, Guys!
Kiat-kiat Menghadapi Tukang Tipu
Lalu, bagaimana caranya kita tahu bahwa kita berpotensi ditipu sama orang? Berikut ini uraiannya yang dilansir dari Federal Trade Commission of United States of America:
- Para penipu sering memanfaatkan waktu genting, sehingga mereka selalu ingin kamu bertindak secara cepat. Kalau kita baru saja kehabisan tiket konser, terus tiba-tiba ada tawaran menggiurkan dengan harga yang miring atau fasilitas tambahan, akan lebih mudah bagi kita untuk terbujuk membeli tiket itu, bukan? Tapi jangan buru-buru memutuskan, karena bisa jadi itu hanya akal-akalan si penipu yang ingin memanfaatkan keadaan.
- Mereka suka berpura-pura terjadi masalah dalam transaksi. Misalnya, kamu sudah membayar uang tiket konser, tapi tahu-tahu mereka mengabarkan bahwa akan terjadi delay karena vendornya lama dan sebagainya. Jangan langsung percaya! Itu mungkin cuma trik penipu untuk memberikan kesan terpercaya.
- Mereka mengatasnamakan official account. Sering banget nih kejadian di kasus penipuan tiket, orang-orang ditipu oleh mereka yang mengatasnamakan fans club sebuah band atau artis tertentu, atau mengklaim sebagai vendor official. Nah, kalau sudah begitu, memang baiknya waspada. Telusuri jejak digitalnya. Jangan sampai melakukan transaksi dengan akun-akun yang nggak jelas.
Pengaruh Penipuan Tiket Konser Terhadap Kesehatan Mental Kita
Siapapun yang mengalami penipuan pastinya akan merasakan tekanan batin dan kecemasan yang hebat. Bagaimana tidak? Memberikan uang dalam jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah tiket konser adalah sebuah keputusan besar. Namun, uang yang sudah kita tabung tersebut untuk menikmati hiburan malah justru raib. Di sisi lain, penyesalan juga bisa muncul. Kita bisa saja membelanjakan uang itu untuk kebutuhan sehari-hari. Boro-boro menyaksikan artis favorit manggung, kita harus mulai dari nol lagi untuk mendapatkan dana serupa.
Nah, bila kamu pernah menjadi korban penipuan, ada baiknya kamu mendapatkan support kesehatan mental untuk mengurangi dampaknya. Memang menjadi korban itu adalah hasil dari kesalahan kita sendiri, namun balik lagi, nggak semua hal itu bisa kita kendalikan. Malah, dengan adanya pengalaman buruk kena tipu, kamu sudah mendapatkan pelajaran yang berharga. Jangan sampai mempercayai hal-hal yang menurut kamu too good to be true, tapi malah nggak jelas hasilnya.
Dapatkan support kesehatan mental yang mudah dengan menghubungi psikolog pilihanmu lewat aplikasi Riliv!
Referensi:
- Kenrick, D. T. (2012). The 6 Principles of Persuasion. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/sex-murder-and-the-meaning-of-life/201212/the-6-principles-of-persuasion
- Luttrell, A. (2020). Why Persuasion Is Personal: The Neuroscience of Influence. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/difference-opinion/202006/why-persuasion-is-personal-the-neuroscience-influence
- Wen, X., Xu, L., Wang, J., Gao, Y., Shi, J., Zhao, K., Tao, F., & Qian, X. (2022). Mental States: A Key Point in Scam Compliance and Warning Compliance in Real Life. International journal of environmental research and public health, 19(14), 8294. https://doi.org/10.3390/ijerph19148294
- Wood, S. (2023). Scammed: Why the Rich, Famous, and Experts Get Duped. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-fraud-crisis/202302/scammed-why-the-rich-famous-and-experts-get-duped