Ketika sedang suntuk akibat rutinitas sehari-hari yang membosankan, kita tentu mencari cara agar bisa beristirahat sejenak. Entah mengobrol dengan teman atau melakukan aktivitas yang kita sukai, seperti merajut. Setelah mengambil istirahat sejenak, kita merasa bahwa tingkat stres kita telah berkurang. Kita pun siap melanjutkan aktivitas kembali. Nah, cara mengatasi stres pikiran inilah yang disebut sebagai coping strategy.
Stres bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari penyebab yang sederhana, hingga penyebab lain yang lebih kompleks.
Kita perlu mengetahui cara yang paling efektif bagi diri kita untuk mengatasi stres dalam pikiran. Mengapa? Supaya kita dapat menolong diri sendiri sesegera mungkin dan tidak mengalami stres berkepanjangan.
Apa yang dimaksud dengan coping strategy untuk mengatasi stres pikiran?
‘Coping’ dapat diartikan sebagai pikiran atau tindakan yang kita gunakan untuk menghadapi suatu situasi mengancam. Perlu kita ingat bahwa setiap situasi dapat memberikan dampak yang berbeda-beda bagi setiap orang, Dear!
Situasi yang menurut kita mengancam atau menimbulkan tekanan pada pikiran, bisa jadi dianggap biasa saja oleh orang lain.
Selain itu, bisa juga kita mengalami tekanan atau stres karena masalah yang sama dengan orang lain, tetapi karena alasan yang berbeda.
Misalnya, ketika hari ini ada ujian, kita dilanda stres pikiran karena merasa takut kesulitan mengerjakan soal. Teman kita juga dilanda stres pikiran, nih, tapi karena dia lupa bahwa ada ujian hari itu, sehingga belum sempat belajar. Berbeda, bukan?
Meskipun disebabkan oleh situasi yang berbeda atau dengan alasan yang berbeda, tetapi setiap orang tentu membutuhkan coping strategy untuk mengatasi kondisi stres. Sama halnya dengan penyebab stres itu sendiri, coping strategy juga berbeda-beda bagi setiap orang, lho, Dear!
Apa saja jenis coping strategy?
Apa saja jenis coping strategy? (Photo by Joanna Nix-Walkup on Unsplash)
Ada dua jenis coping strategy yang secara umum digunakan, yaitu:
1. Problem-focused coping (coping yang berfokus pada masalah)
Jenis coping yang pertama lebih berfokus pada masalah. Kita menekankan pada alternatif penyelesaian masalah dan memutuskan solusi terbaik untuk mengatasinya.
Ketika berfokus pada masalah yang sedang terjadi, kita lebih menganalisis situasi dan bekerja lebih keras untuk mengatasi masalah tersebut.
Contohnya, ketika kita hendak melakukan wawancara kerja esok hari, maka kita akan menggunakan malam ini untuk berlatih agar bisa memberikan jawaban terbaik saat wawancara.
Contoh lainnya yaitu apabila kita sedang berselisih paham dengan seseorang, maka kita akan berbicara dengan orang tersebut untuk menyelesaikan masalah.
Jadi, inti dari problem-focused coping adalah berfokus pada masalah yang harus diatasi, ya, Dear!
2. Emotion-focused coping (coping yang berfokus pada emosi)
Berbeda dengan problem-focused coping, emotion-focused coping ini dilakukan dengan menekan respons emosi terhadap situasi yang menyebabkan stres. Kita lebih berfokus untuk mengendalikan emosi dan perasaan saat mengalami stres.
Contohnya seperti dengan mengeluh dan melampiaskan kekesalan hati saat mengerjakan tugas agar merasa lega.
Bisa juga dengan mencurahkan isi hati kepada orang lain yang tidak memiliki sangkut paut dengan masalah yang sedang kita alami.
Coping strategy seperti apa yang harus kita pakai untuk mengatasi stres pikiran?
Sebelum menentukan coping strategy yang akan kita gunakan, kita perlu mengetahui bahwa setiap masalah bisa direspons menggunakan jenis coping yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada situasi yang sedang terjadi.
Menentukan cara yang akan digunakan untuk mengatasi stres memang sebuah proses yang kompleks, Dear!
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali diri sendiri terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa menentukan jenis coping strategy yang bisa kita gunakan ketika kita mengalami stres karena situasi tertentu.
Apa saja contoh coping strategy yang bisa kita lakukan?
Bercerita dengan teman bisa menjadi salah satu cara mengatasi stres pikiran (Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash)
Berikut ini adalah beberapa contoh coping strategy yang bisa kita jadikan sebagai referensi untuk menghadapi stres karena situasi tertentu. Apa sajakah itu?
1. Meditasi dan mengatur pernapasan
Ketika sedang mengalami stres pikiran, kita perlu berhenti sejenak untuk mengatur napas. Mengatur napas akan membantu kita menguraikan kecemasan yang sedang kita alami. Dengan demikian, kita akan mampu berpikir dengan lebih jernih tentang solusi yang akan kita ambil untuk mengatasi masalah.
Selain itu, kita bisa mencoba meditasi, lho, Dear! Meditasi juga merupakan salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengatasi stres pikiran. Meditasi akan membantu kita untuk mengurangi tingkat kecemasan. Kita pun akan dapat merasa lebih rileks setelah melakukan meditasi.
2. Bercerita dengan teman atau orang lain yang dapat dipercaya
Bercerita dengan teman juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi stres pikiran. Dengan bercerita, kita bisa melepaskan tekanan yang kita alami. Selain itu, bercerita dengan teman juga akan membantu kita untuk mendapatkan sudut pandang lain terkait pemecahan masalah.
Tidak harus dengan teman, Dear. Kita bisa bercerita dengan orangtua, pasangan, saudara, psikolog, atau orang lain yang dapat dipercaya.
3. Membantu orang lain dengan sepenuh hati
Ketika kita merasakan stres pada pikiran, kita seringkali merasa jenuh dengan diri sendiri. Hal ini berpotensi membuat kita menyalahkan diri sendiri atas masalah yang terjadi. Kita bisa membantu orang lain untuk mengatasinya, lho, Dear!
Membantu orang lain dengan sepenuh hati akan membuat kita merasa bahwa diri kita memiliki makna. Kegiatan ini juga akan memberi kita harapan dan semangat dalam menghadapi masalah.
Apakah coping strategy dari diri sendiri saja sudah cukup sebagai cara untuk mengatasi stres pikiran?
Ketika stres pikiran semakin berat, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog, ya! (Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash)
Tidak, Dear. Kita mungkin memiliki coping strategy yang sudah kita andalkan berulang kali untuk mengatasi stres pikiran. Namun, akan selalu ada masalah atau situasi tertentu yang tidak bisa kita atasi sendiri. Kita tetap merupakan makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.
Oleh karena itu, kita membutuhkan teman atau orang lain yang bisa dipercaya untuk mendengarkan cerita kita dan memberikan saran mengenai solusi pemecahan masalah.
Apabila masalah sudah semakin kompleks dan kita mulai merasakan stres pikiran yang semakin berat, maka kita harus mengambil langkah untuk berkonsultasi dengan psikolog.
Berkonsultasi dengan psikolog bukan berarti kita adalah orang yang lemah, Dear! Justru kita menunjukkan bahwa kita mencintai diri sendiri dan sedang mengupayakan yang terbaik agar diri kita tetap sehat secara psikis.
Namun, jika masih malu untuk datang ke psikolog secara langsung, kita bisa menggunakan layanan konseling dari Riliv yang dilakukan secara daring. Lebih mudah, bukan?
Konseling dengan psikolog tidak hanya memberikan kita solusi atau sudut pandang lain dari masalah yang sedang kita alami, tetapi juga membantu kita untuk lebih mengenali diri sendiri. Apabila kita ternyata memiliki permasalahan psikis, maka kita akan lebih cepat mendapat pertolongan dari profesional, sehingga permasalahan tersebut tidak semakin parah.
Oleh karena itu, jangan ragu untuk datang ke psikolog, ya, Dear! Mari lebih menjaga kesehatan mental kita!
“When you release stress, you come home to yourself,” -Donna Eden.
Referensi:
- Centre for Studies on Human Stress (n.d.) Coping Strategies. Disadur dari https://humanstress.ca/stress/trick-your-stress/steps-to-instant-stress-management/
- Elmore, T. (2018). Four Healthy Coping Mechanisms Teens Can Use. Psychology Today. Disadur dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/artificial-maturity/201812/four-healthy-coping-mechanisms-teens-can-use