Penyebab anak tidak percaya diri – Sebagai orang tua, rasanya senang sekali ketika melihat sang buah hati tumbuh menjadi anak yang aktif, pemberani, senang mencoba berbagai aktivitas, dan tidak kesulitan membangun pertemanan dengan teman sebayanya.
Misalnya, anak berani tampil di depan banyak orang dalam rangka bermain peran, atau mengikuti lomba menari, menyanyi, dan lain sebagainya.
Namun, bagaimana jika anak kita menunjukkan perilaku yang sebaliknya?
Seperti anak terlalu bergantung kepada orang tua atau pengasuhnya, pemalu, takut mencoba hal baru, sulit beradaptasi di lingkungan dan situasi yang anak tidak familiar, anak tidak berani melakukan aktivitasnya secara sendirian, dan lain sebagainya. Perilaku ini semua muncul karena sang buah hati kurang percaya diri.
Apa saja yang menyebabkan anak kurang percaya diri?
Ternyata, penyebab anak kurang percaya diri cukup beragam loh! Untuk mengetahui cara yang tepat dalam meningkatkan rasa percaya diri anak, orang tua perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang membuat anaknya merasa kurang percaya diri. Berikut ini 7 penyebab anak merasa tidak percaya diri.
1. Kurang mendapatkan dukungan dari orang tua merupakan salah satu penyebab anak tidak percaya diri
Rasa percaya diri anak juga dipengaruhi oleh dukungan yang ia dapatkan dari kedua orang tuanya. Ketika orang tua terlalu sibuk dan kurang memperhatikan anak, hal ini dapat membuat anak merasa dilupakan, tidak diinginkan, atau kehadirannya tidak penting, sehingga berdampak pada rendahnya rasa percaya diri anak.
Kurangnya dukungan orang tua juga membuat anak enggan untuk mencoba hal baru, kurang termotivasi, atau membuat anak menjadi lebih pasif.
Padahal rasa percaya diri anak tumbuh dengan baik ketika anak merasa kalau kehadirannya memiliki arti bagi orang lain, khususnya orang tua. Dukungan dari orang tua sangatlah penting karena orang tua merupakan sosok terdekat dan paling dipercaya anak.
2. Memarahi anak saat anak berbuat salah atau mengalami kegagalan
“Kok tadi kamu kalah sih lomba nyanyinya! Bikin malu mama dan papa.”
Ketika orang tua memarahi anak saat mereka berbuat salah atau mengalami kegagalan, hal ini dapat membuat anak merasa takut dan terluka.
Dampaknya, anak menjadi takut mencoba hal baru dan hanya melakukan hal-hal yang menurutnya tidak akan membuat orang tua marah.
Padahal penting bagi anak untuk mencoba berbagai hal sebagai sarana untuk mengenal diri.
Jika anak merasa takut untuk mencoba hal baru, ini bisa menghambat perkembangan anak terutama dalam menemukan minat dan bakat anak.
3. Membandingkan anak dengan teman atau saudaranya juga menjadi penyebab anak tidak percaya diri
Seringkali tanpa sadar kita membandingkan anak dengan kakaknya, adiknya, atau temannya. Banyak orang tua sengaja membandingkan anaknya dengan anak lain dengan tujuan untuk menginspirasi atau memotivasi anak tersebut agar dapat berperilaku seperti yang seharusnya atau seperti yang orang tua inginkan.
“Lihat tuh kakak kamu, bisa makan sendiri nggak perlu disuapin”
Namun tahukah ayah dan bunda, kalau terlalu sering membandingkan anak dengan anak lain, bisa membuat anak merasa rendah diri, tidak berharga, dan menurunkan rasa percaya diri anak. Dampaknya, bukannya anak berubah perilakunya menjadi lebih baik atau berubah seperti yang diinginkan orang tua, perubahan perilaku anak malah menjadi lebih buruk dari kondisi sebelumnya.
4. Hanya menilai kemampuan anak berdasarkan nilai akademiknya
Tidak sedikit orang tua yang hanya menilai kemampuan anak berdasarkan nilai dan prestasi akademik yang diperoleh anak. Ketika anak mendapatkan nilai yang kurang baik, terkadang orang tua langsung melabel anak kurang pintar dan memarahi anak karena nilainya yang buruk.
Padahal, kecerdasan seseorang tidak hanya berasal dari kecerdasan akademik
Seperti yang dikatakan Howard Gardner (pencetus Multiple Intelligence) terdapat 9 jenis kecerdasan pada manusia yakni,
- Kecerdasan linguistik
- Kecerdasan visual dan spasial
- Kecerdasan musikal
- Kecerdasan logika matematika
- Kecerdasan interpersonal
- Kecerdasan intrapersonal
- Kecerdasan kinestetika
- Kecerdasan naturalis
- Kecerdasan eksistensial
Oleh karena itu, apabila anak memiliki nilai akademik yang buruk, bukan berarti anak tidak cerdas. Daripada memarahi anak, lebih baik bantu anak mengetahui apa keahliannya dan apa minatnya.
5. Mengabaikan keluhan atau curahan hati anak
Ketika anak kesulitan melakukan sesuatu, terkadang kita memberikan respon yang terkesan menyepelekan atau menggampangkan apa yang anak keluhkan.
Contoh, di saat anak bercerita kalau ia kesulitan mengerjakan soal matematika, kita malah memberikan respon berupa,
“ah inikan gampang” atau “gini aja nggak bisa” atau “ini gampang kok”.
Respon seperti ini tidak membantu meningkatkan rasa percaya diri anak. Sebaliknya, hal ini membuat anak merasa khawatir dan bingung kenapa dirinya tidak bisa melakukan sesuatu yang dibilang mudah oleh orang tuanya. Sehingga hal ini juga dapat menurunkan rasa percaya diri anak.
6. Terlalu overprotective pada anak
Ingin selalu melindungi anak merupakan suatu hal yang wajar. Namun, ketika kita menjadi orang tua yang terlalu protective seperti banyak melarang anak untuk melakukan ini dan itu, terlalu ikut campur dalam keputusan yang anak buat sehingga anak tidak pernah diberi kesempatan untuk membuat keputusannya sendiri, hal ini membuat anak merasa kalau anak tidak bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan dan kehadiran orang tua.
Dampaknya ketika anak sendirian seperti saat anak di sekolah, anak menjadi merasa kurang percaya diri, lebih pasif dan pendiam, bahkan terkadang membuat anak tidak berani untuk mengambil keputusan maupun mencoba melakukan hal baru.
7. Tidak menghargai usaha yang telah dilakukan anak
Kurangnya apresiasi pada anak merupakan salah satu penyebab rendahnya rasa percaya diri anak. Orang tua yang hanya berorientasi pada hasil dan kesempurnaan tanpa melihat usaha dan kerja keras anak membuat anak merasa apapun yang dilakukan sia-sia dan tidak bermakna.
Cara meningkatkan percaya diri pada anak
Ternyata penyebab anak merasa kurang percaya diri cukup bervariasi. Walaupun demikian, jangan khawatir, karena rasa percaya diri pada anak bisa ditingkatkan. Untuk ayah dan bunda yang sejak tadi penasaran dengan apa yang bisa orang tua lakukan untuk membantu anak, berikut ini terdapat 6 cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
1. Tunjukkan pada anak kalau kegagalan bukan masalah besar
Daripada memarahi anak atau menunjukkan rasa kecewa saat anak mengalami kegagalan, lebih baik tunjukkan kepada anak kalau kegagalan bukanlah masalah besar dan semua orang pernah mengalami kegagalan, termasuk orang tua.
Anak perlu mengetahui kalau mengalami kegagalan juga termasuk dalam proses belajar.
Dari kegagalan kita dapat mengevaluasi apa yang telah dilakukan dan lebih mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terulangnya kesalahan yang sama.
Berikan anak contoh nyata apa yang dilakukan orang tua saat mengalami kegagalan, sehingga anak merasa lebih yakin kalau tidak apa-apa mengalami kegagalan dan segalanya tetap akan baik-baik saja jika kita berani bangkit dari kegagalan.
2. Ajak anak untuk mencoba hal baru
Melakukan kegiatan yang pandai dilakukan anak dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua perlu membantu memfasilitasi anak dalam menemukan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya.
Luangkanlah waktu untuk menemani anak mencoba hal baru atau melakukan aktivitas baru yang menyenangkan namun dapat bermanfaat bagi anak seperti mengajak anak menggambar bersama, membuat kerajinan tangan dari kertas origami, plastisin, ataupun dari barang-barang bekas, melakukan yoga bersama anak, bermain musik, dan lain sebagainya.
3. Apresiasi anak
Rasa percaya diri anak akan tumbuh ketika anak merasa usahanya dihargai. Maka, jangan lupa untuk mengapresiasi anak dan tunjukkan pada anak kalau orang tua akan selalu hadir mendukung yang ia lakukan.
Apresiasi tidak selalu berbentuk barang atau membutuhkan banyak uang.
Pelukan yang hangat, pujian yang tulus, atau mungkin segelas susu coklat juga merupakan bentuk apresiasi yang bisa membuat anak merasa dihargai.
4. Dengarkan keluh kesah anak dan tidak menghakimi apa yang ia rasakan
Ketika anak mengalami kesulitan, coba dengarkan keluh kesahnya. Katakan kepada anak kalau apa yang ia rasakan merupakan sesuatu yang wajar dan ia tidak perlu khawatir. Ajak anak untuk mencoba lagi, sehingga anak tidak cepat menyerah saat mengalami kesulitan.
“Wah kamu kesulitan mengerjakan soal matematika ini ya? Dulu mama juga merasa seperti itu dan meminta guru mama untuk menjelaskan kembali bagaimana cara mengerjakannya. Kalau begitu yuk kita belajar lagi tentang soal ini agar kamu bisa mengerjakannya dengan baik.”
5. Memberikan contoh kepada anak
Ada pepatah yang mengatakan bahwa anak adalah cerminan orang tuanya.
Melihat orang tua memiliki rasa percaya diri yang tinggi membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.
Orang tua yang sering tampil di muka umum seperti memberikan pidato di depan banyak orang, memberikan penampilan di atas panggung, atau profesi orang tua yang banyak bertemu dengan orang baru membuat anak merasa kalau memiliki rasa percaya diri yang tinggi bukanlah masalah besar dan bisa ia lakukan. Saat orang tua melihat ada kesempatan untuk orang tua dan anak tampil di depan umum, ajak anak untuk mengikuti kegiatan tersebut. Misalnya mengikuti lomba menyanyi orang tua dan anak.
6. Biarkan anak membuat keputusannya sendiri
Memberikan kepercayaan pada anak untuk membuat keputusannya sendiri merupakan salah satu cara membangun rasa percaya diri anak. Saat diberi kesempatan membuat keputusannya sendiri, anak merasa dipercaya, punya kontrol dan kendali akan dirinya. Selain itu, anak juga bisa belajar untuk bertanggung jawab akan pilihan yang ia buat dan lebih bijak dalam membuat keputusan.
Berikut merupakan contoh pertanyaan yang bisa diajukan orang tua untuk melatih anak dalam membuat keputusannya sendiri,
- Mau makan nasi atau roti?
- Pilih mendapatkan uang jajan atau mendapatkan buku baru?
Jika masih merasa bingung terkait cara yang cocok untuk meningkatkan rasa percaya diri buah hati atau ingin berkonsultasi lebih lanjut dengan pihak profesional, melakukan konsultasi psikologi merupakan solusinya.
Riliv menyediakan layanan konsultasi psikologi online yang bisa diakses melalui Google Play Store atau Apple Store. Anda juga bisa mengunjungi Riliv di sini untuk informasi lebih lanjut mengenai konseling online di Riliv.
Referensi:
- Brualdi Timmins, A. C. (1996). Multiple intelligences: Gardner’s theory. Practical Assessment, Research, and Evaluation, 5(1), 10.
- Child Mind Org. (2021). 12 Tips for Raising Confident Kids: How to build self worth in children and help them feel they can handle what comes their way. https://childmind.org/article/12-tips-raising-confident-kids/
- Fraser-Thill, R. (2020). Causes of Low Self Esteem in Kids. Very Well Family.
- Gardner, H. (2006). The development and education of the mind: The selected works of Howard Gardner. Routledge.
- Lachmann, S. (2013). 10 Sources of Low Self-Esteem What happened as you grew up was not your fault. Psychology Today.
- Lyness, D. (2018). Your Child’s Self-Esteem. Kids Health from Nemours.
- Myers, R. C. (2020). 11 tips on building self-esteem in children. Today’s Parent.
- Prianka. (2021). 8 Ways you might be ruining your child’s self-esteem. The Asian Parent.
Ditulis oleh Aufa Miladya Izzah
Baca juga
Trauma pada Anak? Ini Penyebabnya!
8 Ciri Toxic Parents yang Tanpa Sadar Bisa Merusak Kehidupan Anak