Contoh Trauma – Setiap individu pasti pernah mengalami trauma di hidupnya. Entah itu yang disebabkan oleh peristiwa yang dialami sewaktu kecil, kejadian di sekolah saat remaja, atau bahkan dialami saat sudah dewasa. Tahukah kamu, trauma itu sebenarnya punya tingkatan tersendiri, lho. Ada yang diklasifikasikan sebagai trauma besar dan trauma kecil. Lalu, apa aja sih contoh trauma yang ada?
Contoh dan Tipe Trauma
Kali ini, Riliv akan membahas beberapa contoh trauma yang sering dialami oleh masyarakat sekitar. Dari beberapa yang akan dipaparkan, kamu mungkin pernah mengalami salah satunya. Simak yuk beberapa contoh trauma dan penjelasan singkatnya di bawah ini!
1. Pelecehan sexual (sexual abuse)
Pelecehan seksual adalah sebuah tindakan dimana seseorang digunakan sebagai stimulasi seksual pelaku, tanpa adanya persetujuan dari korban yang menjadi target pelecehan. Tidak hanya orang dewasa, anak kecil pun bisa menjadi korban dari pelecehan seksual.
Hal ini dapat memicu trauma pada korban, karena mendapatkan tindakan seksual secara paksa, yang cenderung dilakukan dengan kekerasan.
2. Pelecehan emosional (emotional abuse), atau yang dikenal juga sebagai penganiayaan psikologis
Pelecehan emosional ini biasanya dilakukan secara verbal, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan mental seseorang.
Biasanya, tuntutan atau penghakiman dari masyarakat sosial pada kinerja seseoranglah yang menjadi pokok utama pelecehan ini, sehingga menyebabkan perubahan pada perilaku dan mental korban.
3. Pelecehan fisik (Physical abuse)
Contoh trauma yang selanjutnya adalah trauma yang dipicu oleh kekerasan fisik. Pelaku melakukan tindakan kekerasan yang mengakibatkan cidera fisik pada korban, baik menggunakan alat bantuan maupun tidak.
Akibatnya pun cukup mengkhawatirkan. Korban akan selalu merasa tidak aman untuk bergaul di lingkungan sosialnya, karena takut akan mendapatkan kekerasan fisik.
4. Kekerasan dalam rumah tangga (domestic abuse)
Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga ini biasanya dialami oleh pasangan suami istri. Domestic abuse terjadi ketika seseorang menyebabkan kerugian atau mengancam bahaya terhadap pasangannya.
Tidak hanya berupa kekerasan fisik, domestic abuse juga bisa berupa pelecehan seksual dan emosional. Korban dapat mengalami penghinaan, manipulasi, teror, penghakiman, bahkan isolasi yang disengaja dari dukungan sosial dan keluarga.
Anak-anak sering menjadi korban yang menyaksikan domestic abuse ini. Ada beberapa yang ikut terluka, ada pula yang menjadi saksi ketakutan.
Sehingga dapat memicu trauma pada korban yang bersangkutan, dan juga anak yang melihat tindakan kekerasan dalam rumah tangga ini.
5. Trauma anak usia dini (early childhood trauma)
Trauma ini umumnya diderita oleh anak yang berusia 0-6 tahun. Biasanya disebabkan oleh tidak bisa mengungkapkan reaksi terhadap suatu peristiwa yang mengancam atau berbahaya, anak berusia 0 sampai 6 tahun cenderung memendam perasaan traumatis yang ia miliki.
Trauma ini bisa disebabkan oleh peristiwa yang mengancam keselamatan mereka atau keselamatan orang tua mereka, seperti kekerasan fisik atau seksual yang disengaja, kekerasan rumah tangga, bencana alam, bahkan kehilangan orang tua secara mendadak.
6. Penindasan (bullying)
Tindakan penindasan atau intimidasi ini adalah tindakan yang sengaja dilakukan oleh pelaku, dengan maksud menimbulkan kerugian sosial, emosional, fisik, bahkan psikologis korban yang dianggap kurang kuat dari si pelaku.
Karena tindakan bullying biasanya terjadi berulang kali, hal ini mencegah seseorang untuk menikmati hidup secara aman dan bebas stres di lingkungan sosialnya.
Penindasan dapat berupa fisik (memukul, menendang, dan menyandung), verbal (menyebut nama, menggoda, mencela, mengancam, dan komentar seksual), ataupun sosial (menyebarkan desas-desus, memalukan seseorang di depan umum).
Tidak hanya secara langsung, namun penindasan juga sering terjadi di dunia virtual. Dikenal sebagai cyberbullying, penindasan yang dilakukan di dunia maya ini meliputi pengiriman konten negatif, berbahaya, atau pemalsuan secara elektronik melalui pesan teks atau email, serta menulis teks jahat atau gambar yang menyakitkan secara online.
7. Kekerasan di sekolah (school violence)
Contoh trauma terakhir yang dibahas kali ini adalah trauma yang disebabkan oleh kekerasan di sekolah. Kekerasan ini bisa dilakukan oleh guru pada murid, atau pun antar sesama murid, yang meliputi kekerasan fisik maupun intimidasi.
Hal ini secara general sudah dianggap menjadi masalah serius di beberapa negara dalam beberapa dekade terakhir, terutama dimana senjata seperti pistol atau pisau ikut terlibat dalam aksi kekerasan.
Respon dari trauma
Setiap individu bisa merespon peristiwa traumatis dengan cara yang berbeda-beda. Tetapi ada beberapa gejala dasar yang umum sebagai berikut:
Tanda-tanda emosional:
- Sedih
- Marah
- Takut
- Marah
- Menyangkal
Hal ini dapat memicu:
- Mimpi buruk
- Insomnia
- Emosional
- Memiliki kesulitan dalam hubungan
Gejala fisik yang umum:
- Mual
- Pusing
- Pola tidur yang berubah
- Perubahan nafsu makan
- Sakit kepala
- Masalah pencernaan
Gangguan psikologis dapat meliputi:
- Post-Traumatic Stress Dissorder (PTSD)
- Depresi
- Gelisah
- Gangguan disosiatif
- Masalah penyalahgunaan zat
Tidak ada obat untuk trauma ataupun cara cepat untuk menghilangkannya. Namun, jika kamu mengalami suatu trauma, jangan terus-terusan bersedih, Dear.
Kamu masih punya harapan, yaitu dengan mengonsultasikan masalahmu pada orang terdekat.
Jika kamu takut mendapat penghakiman dari orang terdekat, kamu bisa berkonsultasi dengan psikolog yang sifatnya lebih netral dalam menanggapi masalahmu.
Download aplikasi Riliv untuk berkonsultasi mengenai masalah psikologismu bersama para psikolog yang profesional!
Disadur dari:
- https://integratedlistening.com/what-is-trauma/
- https://www.ecmhc.org/tutorials/trauma/mod1_3.html
- https://www.nctsn.org/what-is-child-trauma/trauma-types
Ditulis oleh Khanza Sabrina Salsabila, penulis magang yang demen sama Pamungkas