Dampak Negatif Kerja Lembur – Meski sudah mengetahui dampak negatif kerja lembur, ada banyak alasan mengapa seorang karyawan mengambil jam lembur. Terlepas dari pengetahuan dan efek samping yang sudah pernah mereka alami, ada banyak kebutuhan dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dan mengharuskan karyawan untuk mengambil lembur. Mau tidak mau, hal ini menjadi cakupan tugas HRD di kantor.
Sayangnya, ada juga karyawan-karyawan yang kurang awas akan kesejahteraan fisik dan mentalnya selama memenuhi jam lembur. Hal ini bisa berdampak kepada karir dan kesehatan karyawan dalam jangka panjang. Salah satunya, bisa menimbulkan burnout dan sulit tidur.
Riliv merasa masih sangat penting untuk mengingatkan secara detil tentang dampak negatif kerja lembur.
Dampak negatif kerja lembur terhadap kesehatan fisik dan mental karyawan
Bekerja lembur bukan sebuah kultur kerja yang disukai semua orang. Namun, tuntutan pekerjaan dan workload seringkali membuat karyawan harus pulang terlambat dan mengambil jam lembur.
Ditambah lagi, sebagian besar perusahaan saat ini telah memberi biaya tambahan bagi karyawan yang bersedia untuk lembur. Bentuk pengeluaran seperti itu pun kerap kali dihindari oleh perusahaan, dan hanya diadakan saat mendesak saja.
Kondisi-kondisi lain yang mendorong adanya jam lembur juga kurangnya tenaga kerja di bulan-bulan sibuk, project yang banyak dan besar, dan faktor-faktor internal lainnya yang membutuhkan kerja ekstra dari para karyawan.
Seringkali, jam lembur tidak terhindarkan. Namun, sebelum mengisi jam lembur secara berlebihan dan keterusan, Anda pun harus menyadari bahwa dampak negatif kerja lembur bisa melemahkan fisik karyawan Anda.
Secara spesifik, masih ada banyak dampak-dampak negatif bekerja lembur terhadap tubuh manusia, seperti:
- Nyeri punggung. Berdasarkan penelitian dari University of Colombia ditemukan bahwa dengan membiasakan diri bekerja lembur terlalu sering, dan duduk di bangku kerja hingga larut malam bisa mendapatkan dampak yang sama dengan merokok. Tentu saja dampak ini akan berlipat ganda bila seseorang memiliki kebiasaan merokok sambil lembur.
- Tekanan darah tinggi dan masalah jantung. Terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa bekerja lebih dari 7 jam sehari bisa meningkatkan resiko kerusakan jantung hingga 60%.
- Meningkatnya resiko kecelakaan. Meskipun Anda bukan pekerja keras dan merupakan kalangan kerah biru, namun kemungkinan kecelakaan tetap bisa terjadi kepada karyawan yang terlalu sering bekerja lembur. Semakin Anda lelah, mengantuk, dan tidak konsentrasi, karyawan Anda memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas.
- Mempengaruhi kesehatan kehamilan pada wanita
- Meningkatkan konsumsi produk-produk adiktif (rokok dan alkohol). Studi dari Kanada menemukan bahwa bekerja 40 jam dalam seminggu meningkatkan keinginan seseorang untuk terus mengonsumsi rokok dan alkohol.
Selain dampak langsung yang bisa dirasakan (seperti sakit kepala, sakit punggung, kurang tidur, dan sesak napas), ada banyak dampak fisik jangka panjang yang harus dipertimbangkan lagi. Anda tentu tidak ingin kehilangan karyawan bukan?
Kerja overtime mungkin kadang diperlukan, tapi banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan.
Dampak negatif lembur terhadap kesehatan mental dan produktivitas karyawan
Bukan hanya kepada fisik, terlalu sering bekerja lembur juga berpengaruh besar terhadap kesehatan mental dan produktivitas karyawan.
Secara jangka panjang, karyawan yang terlalu sering lembur akan lebih sering merasa lemas dan tidak produktif.
Hal tersebut kadang mendorong karyawan untuk izin tidak bekerja dan menambah tingkat absensi karyawan. Tentu ini sangat berpengaruh terhadap kualitas produktivitas perusahaan secara besar.
Dengan bekerja lembur secara terus-menerus bisa menyebabkan otot-otot ketahanan mental karyawan menjadi kendur dan cepat drop. Sebab, sama seperti otot fisik, mental manusia pun perlu dilatih sembari diistirahatkan sesuai porsi yang tepat.
Menurut penelitian dari The Independent pada tahun 2000, ditemukan bahwa 40% dari karyawan yang mereka wawancarai mengeluhkan gejala insomnia, rasa kelelahan, dan stres berlebihan yang menganggu keseharian mereka pada jam-jam produktif.
Absennya karyawan juga memiliki kaitan yang besar dengan moral karyawan. Ditemukan oleh Circadian’s Shiftwork Practices 2004, 13% dari karyawan dalam perusahaan dengan jam kerja 10 jam sehari (tidak disebutkan namanya) memiliki masalah moral.
Hal ini tentu terjadi karena kelelahan dan burnout memicu emosi mereka, dan tidak memberikan mereka ruang untuk berpikir dan bersikap mindful dalam keseharian mereka. Hal yang sama juga berlaku pada meningkatnya konflik di lingkungan kerja.
Selain konflik dalam produktivitas dan hubungan dengan lingkaran sosial di tempat kerja, terlalu sering lembur juga bisa menganggu hubungan mereka dengan orang-orang terdekat, dan menciptakan jarak antara diri karyawan dengan kehidupan pribadi.
Cara terbaik untuk menyeimbangkannya
Ada beberapa cara yang bisa karyawan dicoba untuk tetap menyeimbangkan karir dan kesehatan karyawan dalam jangka panjang.
Bekerja lembur hanya ketika perlu sangat penting untuk ditanamkan dalam prinsip karyawan. Jika menyusun skala prioritas dengan Eisenhower Matrix, karyawan bisa mempertimbangkan apakah pekerjaan tersebut dapat digantikan dengan karyawan lain, atau diselesaikan tanpa harus melakukan lembur.
Dengan tidak menjadikan lembur sebagai satu-satunya opsi, karyawan bisa belajar problem solving dalam karirnya tanpa harus selalu mengambil keputusan yang ekstrim.
Mencoba meditasi mindfulness kerap dijadikan pilihan oleh karyawan pada era modern. Menyeimbangkan energi yang sudah hilang secara berlebihan dengan mengistirahatkan diri sejenak setidaknya bisa menjadi ‘obat’ sementara untuk diri karyawan, supaya bisa mendapatkan tenaga baru untuk kembali produktif dalam karir.
Memiliki quality time dengan orang terkasih untuk menggantikan waktu yang sudah hilang juga sangat penting.Â
Tunjukkan bahwa Anda ada untuk membantu mereka mengatasi masalah kesehatan mental mereka. Bisa dengan cara memfasilitasi proses konseling karyawan dengan profesional.
***
Riliv for Company memiliki program kerjasama Employee Assistance Program sebagai berikut:
- Konseling karyawan langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu untuk konsultasi psikologi online
- Kelas untuk karyawan dari pakar dunia psikologi, karir, dan mindfulness untuk menemukan performa maksimal dari karyawan Anda
- Konten mindfulness berupa audio guide mindfulness content untuk menciptakan fokus dan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga Anda bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna
- Harga terjangkau karena Anda akan langsung mendapatkan semua paket dalam harga yang masuk akal
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Bila Anda tertarik untuk bekerjasama dengan Riliv for Company demi investasi kesehatan mental para karyawan Anda, kontak Taya – 0895-6097-98517 atau Indra 0857-8587-5736 untuk informasi lebih lengkap tentang motivasi karyawan dan peningkatan produktivitas karyawan.
Sumber:
- https://www.invensislearning.com/articles/general-infographics/why-working-overtime-is-bad
- https://www.circadian.com/blog/item/22-5-negative-effects-of-high-overtime-levels.html?tmpl=component&print=1
Ditulis oleh: Rachel Emmanuella
Baca Juga:
5 Cara Ampuh Menghadapi Karyawan Buruk dari Segi Kinerja