Ditulis oleh Fida Aifiya Chusna, diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Dissociative Identity Disorder – Pernah dengar istilah kepribadian ganda? Di dunia medis, kepribadian ganda disebut dengan dissociative identity disorder (DID). Sebelumnya, kondisi ini disebut dengan multiple personality disorder. Mau tahu lebih lanjut? Mari bahas bersama-sama!
Apa Itu Dissociative Identity Disorder?
DID dianggap sebagai kondisi psikologis kompleks yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk trauma berat di masa kecil. Umumnya, trauma ini disebabkan oleh kekerasan fisik, seksual, dan emosional yang berulang-ulang.
DID adalah bentuk disasosiasi yang parah, sebuah proses mental yang menyebabkan kurangnya hubungan antara pikiran, ingatan, perasaan, dan perilaku seseorang.
Para ahli beranggapan bahwa DID bercabang dari kombinasi antara faktor-faktor yang melibatkan trauma yang dialami oleh para pengidap.
Aspek disasosiasi pada DID merupakan sebuah coping mechanism. Coping mechanism adalah strategi yang sering digunakan orang ketika menghadapi tekanan, trauma, atau mengatur emosi-emosi yang sulit.
Pada orang dengan kepribadian ganda, coping mechanism ini dilakukan dengan ‘memutus’ kesadaran diri sendiri dari situasi atau pengalaman yang terlalu traumatis atau menyakitkan.
Istilah kepribadian ganda menandakan jumlah minimum kepribadian yang dimiliki penyintas DID. Tetapi, seseorang dengan kepribadian ganda bisa memiliki lebih dari dua kepribadian.
Umumnya, ketika pertama kali didiagnosis, seorang penyintas memiliki dua hingga empat kepribadian, dimana kepribadian tersebut dapat bertambah.
Masing-masing kepribadian terbentuk dengan peran berbeda-beda untuk membantu penyintas menghadapi dilema hidup. Pemicu-pemicu dari lingkungan dan kejadian dalam hidup dapat menyebabkan pergantian kepribadian secara tiba-tiba.
Orang-orang yang beresiko mengidap DID
Hingga saat ini, penyebab pasti DID belum dapat dipastikan. Tetapi, riset menunjukkan bahwa respon psikologis terhadap tekanan-tekanan interpersonal dan lingkungan dari masa kecil dapat mengganggu perkembangan kepribadian.
Ini didukung dengan statistik bahwa 99% penyintas DID mengalami trauma masa kecil. Trauma ini berupa kekerasan atau pengabaian.
Umumnya, trauma masa kecil yang dialami penyintas DID terjadi berulang-ulang dan seringkali mengancam kelangsungan hidup. Hal-hal tersebut umumnya terjadi sebelum penyintas mencapai umur 6 tahun.
Gejala dissociative identity disorder
DID mempengaruhi kehidupan seseorang dengan munculnya beberapa proses psikologis. Proses-proses psikologis itu meliputi:
1. Depersonalisasi
Pada tahapan ini, penyintas merasa dirinya ‘lepas’ atau ‘terpisah’ dari tubuhnya sendiri. Umumnya, ini disebut dengan ‘out-of-body experience’.
Beberapa penyintas DID menggambarkan depersonalisasi seperti naik bis. Tubuh mereka adalah bisnya, mereka menjadi penumpang, tapi ada ‘suatu hal lain’ yang sedang mengemudikan bis tubuh mereka.
2. Derealisasi
Derealisasi adalah perasaan bahwa dunia di sekeliling seperti tidak nyata, berkabut, dan jauh. Seringkali, terjadi distorsi persepsi waktu dan distorsi bentuk benda-benda.
Episode-episode derealisasi bisa berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Pada beberapa kasus, episode-episode ini bisa berkelanjutan dan semakin parah.
3. Amnesia
Amnesia adalah kegagalan mengingat informasi-informasi tentang diri sendiri yang begitu parah, sehingga tidak mungkin disebabkan oleh kelupaan semata.
Ada juga micro-amnesia, dimana penyintas tidak dapat mengingat pembicaraan yang sedang disimaknya, atau isi percakapan yang penting terlupakan dari detik pertama ke detik selanjutnya.
4. Kebingungan identitas atau alterasi identitas
Pada tahap ini, penyintas kebingungan mengidentifikasi dirinya sendiri. Contoh kebingungan identitas ini adalah ketika seseorang kesulitan mengenali orientasi seksual, agama, atau profesinya sendiri.
Proses psikologis di atas bukanlah sebuah bentuk kepribadian dari penyintas DID. Proses psikologis di atas mewakili ‘identitas yang terpecah-belah’.
Umumnya, penyintas DID memiliki host personality, atau kepribadian atau identitas aslinya. Ironisnya, host personality biasanya tidak sadar akan kehadiran kepribadian-kepribadian lain.
Penyakit mental yang hadir bersama dengan dissociative identity disorder
Orang dengan kepribadian ganda umumnya mengalami masalah kondisi mental lain. Hal ini dikarenakan ia memiliki kelainan disosiatif yang berarti lebih rawan terhadap komplikasi psikologis lain.
Banyak penyintas DID yang juga mengalami depresi, mood swing, gangguan tidur, gangguan kecemasan, kompulsi, bahkan kecenderungan bunuh diri. Kurang lebih 70% penyintas DID dilaporkan penah melakukan setidaknya sekali usaha bunuh diri.
Baca juga: Kepribadian Ganda atau Kerasukan, Mana yang Benar?
Penanganan pada penyintas dissociative identity disorder
Penanganan pada penyintas DID bertujuan untuk meringankan gejala, memastikan keamanan penyintas dan orang-orang di sekelilingnya, dan ‘menyambungkan’ kepribadian-kepribadian tersebut menjadi satu kepribadian yang dapat berfungsi normal.
Penanganan juga bertujuan agar penyintas dapat dengan aman memproses ingatan-ingatan menyakitkan, mengembangkan coping skill yang lebih baik, berfungsi dengan baik di masyarakat, dan memiliki hubungan baik dengan orang lain.
Penanganan terbaik terhadap penyintas DID tergantung pada masing-masing individu. Ini karena tiap individu memiliki tingkat keparahan dan pemicu yang berbeda-beda.
Bebarapa penanganan yang umum terhadap penyintas DID meliputi:
1. Psikoterapi
Psikoterapi melibatkan percakapan antara penyintas dengan terapis. Ini adalah terapi utama dalam penanganan DID.
2. Cognitive-Behavioural Therapy (CBT)
CBT adalah jenis psikoterapi yang berfokus untuk merubah pola pikir disfungsional, perasaan, atau perilaku tertentu.
3. Mindfulness Therapy
Meskipun tidak serta merta menyembuhkan, praktik mindfulness dapat membantu penyintas untuk menoleransi gejala-gejala disosiatif mereka dan lebih sadar akan kondisi internal mereka.
Nah, jika kalian pernah mengalami beberapa gejala gangguan kepribadian disosiatif seperti di atas, ada baiknya kalian segera menghubungi psikolog secepat mungkin, ya! Jangan asal diagnosis sendiri, karena beberapa gejala gangguan kepribadian bisa jadi overlap atau bertumbukan antara satu dengan lainnya. Hubungi psikolog dengan cepat dan mudah lewat aplikasi Riliv!
Referensi:
- WebMD. (2022). Dissociative Identity Disorder (Multiple Personality Disorder). Retrieved from WebMD: https://www.webmd.com/mental-health/dissociative-identity-disorder-multiple-personality-disorder
- Mayo Clinic. (n.d.). Depersonalization-derealization disorder. Retrieved from Mayo Clinic: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depersonalization-derealization-disorder/symptoms-causes/syc-20352911
- Psychology Today. (n.d.). Dissociative Identity Disorder (Multiple Personality Disorder). Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/conditions/dissociative-identity-disorder-multiple-personality-disorder
- National Alliance of Mental Illness. (n.d.). Dissociative Disorders. Retrieved from NAMI: https://www.nami.org/learn-more/mental-health-conditions/dissociative-disorders
- Cleveland Clinic. (n.d.). Dissociative Identity Disorder (Multiple Personality Disorder). Retrieved from Cleveland Clinic: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9792-dissociative-identity-disorder-multiple-personality-disorder/management-and-treatment
- Good Therapy. (n.d.). Coping Mechanisms. Retrieved from Good Therapy: https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/coping-mechanisms