Emosi yang Menular – Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi keadaan emosi kita. Nah, dari beberapa kasus, toxic-nya lingkungan pergaulan menjadi pengaruh buruk bagi diri kita. Kenapa bisa demikian?
Emosi yang Menular Lewat Lingkungan
Fakta uniknya, emosi memang bisa menular lewat interaksi sosial. Perilaku dari orang-orang di dalam kelompok sosial bisa jadi menanamkan mindset tertentu pada kita, tidak hanya soal pandangan tentang hidup, namun juga pandangan terhadap diri sendiri.
Contohnya, ketika kamu bergabung dengan kelompok sosial dengan pemikiran radikal dan negatif, kamu akan cenderung terbawa suasana dan mengikuti cara pandang serta norma kelompok. Hal ini juga disebut sebagai social contagion atau penularan sosial. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memilih-milih lingkungan pergaulan yang baik dan suportif, dan menghindari lingkungan yang toxic.
Dampak Tertular Emosi Negatif
Tadi kita sudah membahas tentang penularan emosi negatif melalui kelompok, tapi sebenarnya, seberapa bahaya sih hal itu?
Riset menunjukkan bahwa penularan kasus depresi bisa terjadi karena mood negatif dari orang-orang di sekitar kita. Hal ini juga bisa diperparah oleh pressure atau tekanan yang muncul dari seluruh anggota kelompok.
Dalam teori psikologi sosial, orang-orang akan cenderung mengikuti suara mayoritas dalam melakukan suatu hal, atau dengan istilah kerennya, konformitas. Psikologi sosial juga membahas tentang in-group dan out-group. Apa itu?
In-group adalah ketika individu memandang dirinya sebagai bagian kelompok, sedangkan out-group adalah bentuk pandangan individu terhadap orang lain di luar kelompoknya. Nah, bias dan sentimen yang terjadi di masyarakat akan terbentuk dari dua pandangan ini. Misalnya, kalau kamu tidak merasakan sesuatu yang sama, mereka akan mem-bully kamu habis-habisan dan dianggap bukan bagian kelompok. Akhirnya, kamu pun jadi mempertanyakan kepada diri sendiri, apakah kamu kurang sensitif dengan apa yang dirasakan oleh anggota kelompok. Atau, kamu akan ikut-ikutan merasakan hal yang sama karena memproyeksikan kesamaan pengalaman yang kamu hadapi dengan pengalaman anggota kelompok.
Bisa dibilang hal ini adalah bagian dari manipulasi emosional yang dilakukan kelompok terhadap dirimu, jadi hati-hati, ya!
Baca juga: Emotional Blackmail: Manipulasi yang Jarang Disadari
Menjauhkan Diri dari Emosi Negatif yang Menular
Adanya penularan emosi dapat membutakan kamu atas keadaan dirimu yang sebenarnya. Sekalipun mengidentifikasikan diri dan merasakan empati itu bukan hal yang buruk, terkena emosi negatif berlebihan bisa merugikan kesehatan mentalmu. Jadi, tips terbaik yang bisa kamu lakukan adalah membatasi interaksi dirimu dengan kelompok tersebut.
Segala hubungan interpersonal, entah dalam setting pertemanan atau percintaan, bahkan profesional, membutuhkan boundary yang jelas. Boundary adalah batasan sejauh mana kamu bisa mentoleransi perilaku seseorang terhadap dirimu. Maka dari itu, ketika berhadapan dengan orang-orang yang memancarkan emosi negatif, usahakan buat boundary dengan tidak membiarkan mereka mempengaruhimu.
Kamu juga bisa memperkuat dan meningkatkan self-esteem agar tidak terbawa dengan pandangan-pandangan yang menyesatkan itu. Mungkin bagi mereka, kamu akan terlihat sombong dan tidak sensitif. Namun, kenyataannya, hal ini membuktikan kamu memiliki emotional intelligence yang bagus. Dengan kata lain, kamu aware bahwa mood seseorang dapat berdampak pada situasi yang kamu hadapi, dan kamu bisa meregulasi emosimu sendiri.
Oiya, selain itu, guna membebaskan diri dari pengaruh negatif lingkungan, kamu bisa hubungi konselor dan psikolog profesional dari Riliv untuk dapatkan penanganan yang tepat. Jadi, jangan ragu-ragu datang berkonsultasi, ya!
Selain konsultasi dengan psikolog, kamu bisa juga coba ikuti talkshow online bersama psikolog Riliv juga Ananza Prili yang akan mengulas tentang Antisipasi Penyebaran Emosi Negatif di Sosial Media untuk belajar memberikan batasan dan mengelola pengalaman online jadi lebih baik agar tidak mudah terpengaruh emosi negatif. Dengan ikutan webinar ini, kamu bisa dapatkan kesempatan menangin konseling gratis untuk 50 orang dan Yoga Set untuk 1 orang beruntung! Yuk join sekarang!
Referensi:
- Cherry, K. (2022). What Is Conformity?. Retrieved from Verywellmind: https://www.verywellmind.com/what-is-conformity-2795889
- Christakis, N. A., & Fowler, J. H. (2013). Social contagion theory: examining dynamic social networks and human behavior. Statistics in medicine, 32(4), 556–577. https://doi.org/10.1002/sim.5408
- Robbins, J. M., & Krueger, J. I. (2005). Social projection to ingroups and outgroups: a review and meta-analysis. Personality and social psychology review : an official journal of the Society for Personality and Social Psychology, Inc, 9(1), 32–47. https://doi.org/10.1207/s15327957pspr0901_3
- Tindall, D., Kay, F., & Zuberi, D., & Bates, K. (2008). Urban And Community Studies. 10.1016/B978-012373985-8.00185-9