Emotional wheel – Pernah nggak sih kamu merasa nggak memahami apa yang kamu rasakan? Misalnya, sewaktu kamu mendapat kabar bahwa kamu lolos ke tahap selanjutnya pas wawancara kerja. Pasti emosi yang kamu rasakan campur aduk. Ada perasaan gembira, takut, cemas, tapi juga excited. Jika kamu memiliki kecerdasan emosi yang baik, kamu akan mampu setidaknya mengenali apa yang kamu rasakan tersebut satu per satu, sehingga kamu juga bisa menerapkan coping mechanism yang tepat saat emosi yang kamu rasakan terlalu intens. Selain itu, kecerdaan emosi juga memungkinkan kamu untuk memanajemen emosi yang kamu rasakan, supaya tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari atau menjadi penghalang interaksi sosialmu dengan orang lain.
Terus, gimana dong cara kita mengenali dan memanajemen emosi kalau kita sendiri belum tahu caranya, atau belum terbiasa melakukannya? Sepertinya, inilah saatnya kamu menggunakan sebuah alat bernama emotional wheel untuk membantumu. Yuk, kita cari tahu bersama apa itu emotional wheel dan fungsinya!
Mengapa Kita Butuh Mengenali Emosi?
Kita semua dapat dipengaruhi oleh emosi dalam berbagai bentuk, sehingga pengenalan emosi berperan penting dalam proses menyelidiki berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, contohnya:
- Mengenal emosi memungkinkan kita untuk mengenali berbagai situasi yang terjadi di sekitar kita, khususnya apa yang dialami orang-orang di sekitar kita.
- Mengenal emosi dapat membuat kita menyadari keadaan diri kita.
- Mengenal emosi dapat membantu kita menentukan tindakan yang tepat saat kita perlu mengambilnya.
Kegunaan Utama Emotional Wheel
Alat emotional wheel pertama kalinya dikembangkan oleh Robert Plutchik. Tujuan penggunaan emotional wheel tidak hanya untuk membantumu mengenali berbagai macam emosi yang kamu rasakan, namun juga memahami korelasinya satu sama lain. Dalam teorinya, Plutchik mengatakan bahwa emosi kita selalu muncul sebagai akibat dari survival instinct, dan dapat memfasilitasi evolusi sesuai berkembangnya zaman. Maka dari itu, setiap manusia pasti akan merasakan berbagai emosi yang banyak jenisnya, sesuai dengan konteks dan keadaan yang dialami.
Plutchik membagi emosi ke dalam 8 core yang berlawanan satu sama lain, yaitu:
- Sadness versus joy
- Anger versus fear
- Expectation versus surprise
- Acceptance versus disgust
Nah, dari kedelapan core emotions tersebut, Plutchik masih membaginya menjadi range masing-masing, antara lain:
- Joy (senang) punya range dari serenity (tenang) hingga ke ecstasy (meluap-luap)
- Trust (kepercayaan) punya range dari acceptance (penerimaan) hingga admiration (kekaguman)
- Fear (takut) punya range dari timidity (gugup) hingga terror (ketakutan hebat)
- Surprise (kaget) punya range dari uncertainty (ketidakpastian) hingga amazement (terkejut karena bahagia)
- Sadness (sedih) punya range dari gloominess (suram) hingga grief (dukacita)
- Disgust (jijik) ranges from dislike (tidak suka) hingga loathing (benci)
- Anger (marah) ranges from annoyance (terganggu) hingga fury (murka)
- Anticipation (antisipasi) ranges from interest (tertarik) hingga vigilance (berhati-hati)
Semua emosi di atas juga bisa digabungkan untuk membentuk emosi lain yang semakin kompleks, misalnya joy + trust akan menghasilkan love (cinta). Sedangkan serenity + interest akan menghasilkan optimisme. Untuk selengkapnya, beginilah model emotional wheel yang disusun Plutchik. Bisa dilihat bahwa emosi-emosi dasar berada di bagian paling tengah, sementara emosi gabungan berada di bagian pinggir.
Geneva Emotional Wheel
Metode lainnya yang dikembangkan oleh University of Geneva membagi emosi ke dalam empat kuadran (kategori) yang berbeda, antara lain:
- High Control/power, negative valence
- Low Control/power, negative valence
- High Control/power, positive valence
- Low Control/power, positive valence
Emosi dikelompokkan pada keempat kuadran ini berdasarkan pada perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan, tingkat kendali, dan kekuatan yang kita rasakan terhadap emosi tersebut. Misalnya, ketika kamu merasa marah, kamu bisa mengkategorikan marah itu ke dalam level tinggi atau level rendah, sehingga kamu bisa memperkirakan sejauh apa kamu mengendalikan amarahmu.
Junto Institute
Nah, bagaimana dengan metode dari Junto Institute? Metode ini digunakan bukan hanya sebagai sarana mengenal emosi, namun juga membangun empati dan kesadaran terhadap kondisi orang lain. Maka dari itu, Junto Emotional Wheel kerap digunakan untuk intervensi dalam organisasi, khususnya untuk isu-isu team building atau leadership.
Junto Institute menyusun emotional wheel berdasarkan enam emosi dasar, yaitu joy, fear, anger, sadness, surprise, dan disgust. Semakin lama, emosi yang mengitari keenam emosi dasar akan menjadi semakin kompleks.
Nah, seperti itulah kira-kira emotional wheel dan kegunaannya. Bagaimana dengan kamu? Tertarikkah mencoba metode ini untuk memanajemen emosi? Nggak ada salahnya buat dicoba, nih!
Selain melalui emotional wheel, kamu juga bisa mencoba Mood Tracker buat mengetahui keadaan emosi kamu, lho! Kalau tertarik mencobanya, download aplikasi Riliv aja! Selain Mood Tracker kamu juga bisa mencoba beragam layanan meditasi dan konseling yang pastinya bisa membantumu memanajemen emosi dengan baik.