Dear, pernah nggak sih kamu merasa takut ketinggalan dari orang lain dan hal itu terjadi karena kamu memiliki persepsi bahwa orang lain bersenang-senang dan memiliki kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik daripada dirimu? Bisa jadi, kamu mengalami fomo syndrome dan ini adalah hal yang tidak baik karena jika dibiarkan bisa berdampak buruk pada kesehatan mentalmu lho!
Jadi, fomo alias fear of missing out adalah kondisi ketika seseorang mengalami kecemasan atau takut tertinggal
Fomo pertama kali dikenalkan tahun 1996 oleh Dr. Dan Herman. Fomo bisa menimbulkan rasa iri yang mendalam dan mempengaruhi harga diri—membuat seseorang memiliki harga diri rendah.
Penelitian juga menemukan bahwa penggunaan media sosial dan smartphone yang berlebihan membuat seseorang berpeluang lebih besar mengalami fomo.
Sebuah studi dalam jurnal Psychiatry Research menemukan bahwa fomo tidak terkait dengan umur dan gender, yang artinya bisa terjadi pada siapa saja. Tapi, setelah banyak penelitian dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa fomo lebih banyak dialami oleh kaum muda daripada orang tua.
Hal itu bisa terjadi karena kaum muda lebih sering berinteraksi dengan teknologi dan media sosial dan juga keinginan untuk menjelajahi dan mengalami semua yang ditawarkan kehidupan lebih besar daripada mereka yang lebih tua.
Nah, biasanya orang yang mengalami fomo memiliki ciri-ciri berikut ini:
1. Sulit lepas dari handphone
Photo by Elijah O’Donnell from Pexels
Orang dengan fomo selalu ingin melihat media sosial karena penasaran dengan kehidupan orang lain di dunia maya—tapi kemudian timbul rasa iri, kalah, dan merasa ketinggalan.
Tak jarang juga mereka sengaja mengecek media sosial setiap jamnya karena tidak ingin tertinggal info penting dan up to date.
2. Takut dianggap tertinggal, jadi selalu berusaha mengikuti orang lain
Apapun yang trending saat ini, dia selalu berusaha mengikutinya. Misalkan teman-temannya akan hangout ketika weekend, dia juga akan mengatur waktu supaya bisa ikut dengan mereka agar tidak merasa tertinggal.
3. Ciri lain dari fomo adalah selalu membandingkan pencapaian diri dengan orang lain
Orang yang mengalami fomo menganggap kehidupan ini adalah kompetisi dan selalu merasa ‘kurang’ ketika tidak mencapai sesuatu yang sudah dicapai orang lain.
4. Mengunggah semua aktivitas di media sosial
Photo by Kampus Production from Pexels
Selalu mengunggah setiap aktivitas di media sosial karena selalu merasa sedang berkompetisi dengan orang lain dan itu dilakukan sebagai bentuk pembuktian pada orang lain.
Hati-hati Dear! Karena fomo memiliki dampak negatif pada kesehatan mental jika terus dibiarkan
Orang yang sangat ‘peduli’ dengan apa yang dilakukan oleh orang lain mungkin memiliki perasaan cemas, rendah diri, dan kesepian. Mereka bisa saja terlibat dalam perilaku kompulsif, seperti terus-menerus memeriksa media sosial, bahkan ketika mereka sebenarnya ingin berhenti.
Adalah hal yang wajar untuk merasa ingin tahu dan tertarik dengan apa yang dilakukan orang lain, terutama orang yang kita kenal. Tapi, penting untuk dapat menempatkan apa yang kamu lihat ke dalam perspektif yang benar dan tidak membiarkannya menganggu kehidupanmu
Terus-menerus mengkhawatirkan apa yang dilakukan orang lain hanya akan menyebabkan semakin hilangnya kehidupan diri sendiri. Karena faktanya, fomo menyebabkan orang-orang memusatkan perhatiannya pada orang lain daripada ke dalam dirinya sendiri.
Hal ini, pada akhirnya, dapat menyebabkan mereka kehilangan jati diri dan memiliki harga diri yang rendah.
Sebuah studi menemukan bahwa semakin banyak orang menggunakan Facebook, semakin buruk perasaan mereka dari menit ke menit. Rasa kepuasan mereka secara keseluruhan semakin buruk karena mereka merasa perlu untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain.
Terlebih lagi, para peneliti mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah jam yang dihabiskan untuk gadget dan tingkat stres serta depresi yang lebih tinggi.
Fomo adalah kebiasaan buruk yang perlahan harus dikurangi. Berikut ini adalah hal-hal yang bisa dilakukan dan membantu seseorang terlepas dari fomo Dear!
1. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan, jadi ubah penilaianmu pada diri sendiri ya!
Daripada berfokus pada kekuranganmu, cobalah fokus pada apa yang kamu miliki.
Kamu juga bisa unfollow akun-akun yang bisa memicu fomo dan follow akun yang lebih bermanfaat. Kamu bisa follow akun-akun yang mengunggah tentang pelatihan atau seminar yang bisa mengembangkan dirimu.
Selain itu, tidak melihat story media sosial orang lain juga bisa membantumu terlepas dari fomo lho!
Ubah fear of missing out menjadi joy of missing out yaitu menikmati setiap hal yang dikerjakan tanpa khawatir dengan apa yang orang lain lakukan.
2. Teman-teman di media sosial terkadang hanya sebatas viewer story, kamu juga perlu mencari teman di dunia nyata
Liburan bersama teman atau melakukan kegiatan sosial yang membuatmu bergaul dengan banyak orang bisa membantumu menghilangkan perasaan bahwa kamu tertinggal lho!
3. Bersyukur adalah salah satu hal penting yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi fomo
Photo by Giftpundits.com from Pexels
Sebenarnya, seseorang akan merasa bahagia ketika dia melakukan sesuatu untuk orang lain. Jadi, kamu bisa coba mengingat aktivitas bermanfaat apa yang sudah kamu lakukan hari ini, lalu tuliskan dalam jurnal harian—meskipun sekedar membantu orang tua atau menahan amarah.
Mencatat setiap pencapaian, meskipun kamu menganggapnya sebagai hal kecil, bisa membantumu meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri lho!
Selain itu, melakukan journalling juga bisa dilakukan sebagai bentuk syukur karena kamu berharga dan bisa berkarya untuk orang lain Dear!
4. Latihan mindfulness juga bisa mengatasi fomo
Latihan mindfulness, latihan merasa hadir pada saat ini dan bersyukur atas apa yang kamu alami. Mengembangkan kesadaran yang tidak menghakimi kehidupanmu sekarang dan tanpa memberikan perasaan negatif pada hal-hal yang tidak dapat kamu kendalikan.
Kamu akan lebih mudah melatih kebiasan mindfulness dengan mencoba meditasi dan kamu bisa dengan mudah mengaksesnya melalui aplikasi Riliv!
***
Nah, itu adalah penjelasan mengenai fomo. Jadi, kalau kamu merasa mengalami fomo, menyadarinya adalah awal yang bagus dan selanjutnya kamu bisa melakukan cara di atas untuk mengatasinya ya Dear, semoga membantu!
Referensi:
- Wellandgood.com. is fomo a diagnosable mental health condition?
- Psycentral.com. here’s how to handle your social media induced fomo
- Verywellmind.com. how to deal with fomo in your life
- Verywellfamily. How fomo impacts teens and young adults
- Paradigmtreatment.com. how does fomo impact mental health?