Definisi
Gangguan postpartum adalah berbagai gangguan emosional, fisik, dan perilaku yang sering dialami oleh ibu baru. Keparahan gangguan postpartum dapat beragam, dari ringan hingga berat. Kebanyakan orang mengalami “baby blues” yang ringan dan singkat. Namun, ada pula yang menderita depresi postpartum. Depresi postpartum merupakan kondisi yang jauh lebih serius. Dalam beberapa kasus, ibu baru dapat mengalami psikosis postpartum. Psikosis postpartum adalah gangguan setelah melahirkan yang melibatkan halusinasi dan delusi tingkat berat. Penyakit ini lebih langka, namun sangat parah dan melumpuhkan.
Gejala
Bentuk gangguan postpartum yang paling ringan dan umum adalah baby blues. Kondisi ini terjadi pada 40 hingga 85% ibu baru. Gejala baby blues muncul secara spontan dalam 10 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung memuncak selama 3 hingga 5 hari. Meskipun menimbulkan stres, gejala baby blues umumnya mereda dalam 24 hingga 72 jam.
Gejala baby blues meliputi
- Kecemasan
- Depresi
- Lekas marah
- Kebingungan
- Tangisan yang tidak kunjung berhenti
- Gangguan tidur dan nafsu makan
- Minimnya perasaan untuk sang bayi
Depresi postpartum dapat terjadi kapan saja dalam 1 tahun pertama setelah melahirkan. Umumnya, depresi postpartum terjadi dalam 4 minggu setelah melahirkan. Namun, terkadang gangguan ini muncul beberapa bulan kemudian. Gejala berikut ini disebut gejala postpartum apabila muncul minimal 2 minggu dan mempengaruhi kemampuan ibu. Banyak penderita mengalami depresi postpartum selama 6 bulan, dan ketika tidak ditangani, 25% penderita mengalami depresi hingga 1 tahun kemudian.
Peristiwa yang mempengaruhi terjadinya depresi postpartum mencakup
- Depresi postpartum sebelumnya. Mengalami depresi postpartum dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi kembali sebanyak 70%.
- Depresi yang tidak berhubungan dengan kehamilan. Episode depresi sebelumnya dapat meningkatkan risiko sebanyak 30%.
- Sindrom menjelang datang bulan (PMS) yang parah.
- Kondisi pernikahan, keluarga, pekerjaan, atau finansial yang menekan.
- Kehamilan yang tidak diinginkan atau perasaan campur aduk terkait kehamilan.
Gejala depresi postpartum meliputi
- Suasana hati depresif selama hampir setiap hari
- Hilangnya ketertarikan atau kegembiraan dalam melakukan hobi atau aktivitas yang sebelumnya dinikmati
- Putus asa
- Memikirkan bunuh diri dan/atau membunuh bayi
- Takut membahayakan bayi
- Kurang peduli atau peduli berlebihan pada bayi
- Merasa bersalah, tidak cukup cakap, dan tidak berdaya
- Sulit berkonsentrasi dan gangguan ingatan
- Pemikiran yang aneh
- Halusinasi
- Mimpi buruk
- Serangan panik
- Agitasi atau merasa lesu
1 hingga 2 dari 1000 ibu baru mengalami psikosis postpartum. Gejala psikosis postpartum umumnya terjadi dalam 4 minggu pertama setelah melahirkan. Namun, gejala gangguan ini dapat muncul kapanpun hingga 90 hari setelah melahirkan. Penderita psikosis postpartum mengalami gangguan yang sangat parah. Mereka mengalami delusi, halusinasi, serta berisiko melakukan bunuh diri dan/atau membunuh bayi.
Penyebab

Hingga saat ini, penyebab pasti dari depresi postpartum masih belum diketahui. Penelitian menunjukkan adanya pengaruh biologis, psikososial, dan budaya.
- Faktor biologis: Setelah melahirkan, terjadi perubahan pada kelenjar tiroid dan kadar hormon. Hal ini juga berpengaruh pada kelelahan, kecemasan, depresi, insomnia, dan bertambahnya berat badan pada wanita.
- Faktor psikososial: Faktor psikososial dan emosional dapat memberikan tekanan pada ibu baru dan mempengaruhi harga diri mereka. Ibu baru membutuhkan banyak dukungan, termasuk mengurus rumah dan anak. Apalagi bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan. Kurangnya dukungan sosial berhubungan dengan depresi postpartum. Masa lalu yang buruk dengan ibu, merasa kehilangan kebebasan, masalah menyusui, kehamilan yang tak direncanakan, dan melahirkan bayi dengan disabilitas juga mempengaruhi terjadinya depresi postpartum.
- Faktor budaya: Penelitian menemukan bahwa depresi postpartum cenderung lebih banyak terjadi di negara barat. Sebab, budaya di negara barat kebanyakan tidak menitikberatkan pada pemberian dukungan terhadap ibu baru.
Pengobatan
Pengobatan depresi postpartum kurang lebih sama dengan jenis depresi lain. Jenis penanganan yang paling umum adalah pemberian obat, psikoterapi, berpartisipasi dalam kelompok pendukung, maupun kombinasi dari ketiganya.
- Pemberian obat: Ada berbagai jenis antidepresan yang dapat diberikan kepada penderita depresi postpartum. Pemberian dan konsumsi obat harus dilakukan di bawah supervisi dokter. Diskusikan dengan dokter terkait manfaat, kelebihan, kekurangan, dan efek samping obat. Yang perlu digarisbawahi, beberapa jenis antidepresan dapat mencemari air susu ibu. Dokter juga akan memberikan daftar makanan dan minuman yang mungkin perlu dihindari selama mengonsumsi obat.
- Psikoterapi: Ada berbagai jenis psikoterapi, misalnya psikoterapi dalam jangka waktu pendek (10 hingga 20 minggu) dan jangka waktu panjang. Psikoterapi akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu. Umumnya, psikoterapi yang diberikan adalah terapi kognitif-perilaku (CBT) dan terapi interpersonal (IPT).
- Terapi elektrokonvulsif (ECT): Terapi ini berguna untuk penderita dengan tingkat depresi berat dan mengancam nyawa, atau penderita yang tidak dapat mengonsumsi antidepresan. Umumnya, ECT menjadi efektif ketika antidepresan saja tidak cukup untuk mengurangi gejala yang muncul.
Semoga penjelasan di atas mampu memberikan pemahaman mendalam seputar gangguan postpartum. Apabila Anda atau orang terdekat mengalami gejala gangguan postpartum, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog terdekat secepatnya.
Disadur dari:
- https://www.psychologytoday.com/us/conditions/postpartum-disorder
Discussion about this post