Kuliah merupakan aktivitas yang dapat menggembangkan hardskill maupun softskill. Bagi mahasiswa tingkat akhir, menyelesaikan skripsi adalah tujuan utama. Namun, tidak sedikit para pejuang skripsi yang menunjukkan gejala stres mahasiswa tingkat akhir.
Banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi oleh mahasiswa tingkat akhir. Mulai dari sulitnya mencari buku literatur, susahnya bertemu dengan dosen pembimbing, dan kurangnya pengetahuan mengenai suatu penelitian.
Stres mahasiswa tingkat akhir dapat menurunkan kesehatan mental menjadi lebih buruk
Menurut Misra dan Castillo dalam Academic Stress Among College Student mengatakan bahwa stress merupakan beban mental pada seseorang saat mengerjakan pekerjaan di luar batas kemampuan seseorang yang menyebabkan rasa cemas dan tegang.
Tidak semua mahasiswa mengalami stress di akhir pendidikan. Rata-rata 20 persen mahasiswa tingkat akhir mengalami stress karena beban yang semakin menumpuk.
Faktor penyebab terjadinya stress yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi keadaan fisik, perilaku dan kognisi. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkingan fisik, lingkungan belajar, dan kegiatan sehari-hari.
Gejala stres dapat dilihat dari empat aspek, yaitu gejala fisik, emosional, kognitif, dan interpesonal.
Gejala stres dari sisi fisik: pusing karena kelelahan dan kurangnya tidur
Tubuh memiliki batasan untuk bekerja. Jika tubuh dipakai terus menerus tanpa istirahat dapat membuat kekebalan tubuh semakin menurun sehingga penyakit akan mudah masuk.
Penyakit yang menyerang seperti sakit kepala yang berkepanjangan, mata bengkak, pegal-pegal, dan mudah lelah. Makan yang tidak teratur dan gaya hidup yang kurang sehat juga dapat memicu peningkatan stres.
Gejala emosi yang nampak seperti gelisah, tertekan, ketakutan, dan mudah marah
Gejala emosional yang berlangsung lama dapat menimbulkan dampak yang buruk.
Lebih suka menyendiri dan tidak bisa fokus pada kegiatan karena masih kepikiran dengan skripsi yang belum selesai. Perasaan tertekan dan ketakutan ini diakibatkan karena managemen waktu yang kurang. Sehingga tak jarang emosi ini diluapkan dengan cara marah-marah tanpa sebab.
Emosi yang negatif berdampak pada kinerja dari otak. Berpikiran negatif membuat kamu menjadi tidak semangat dalam mengerjakan tugas-tugas.
Jika kamu terus membiarkan ini terjadi, kamu tidak dapat membuat keputusan dengan baik.
Gejala kognitif yang kamu alami seperi kurang fokus dan sering melamun sendiri
Ketika sedang mengerjakan skripsi yang tak kunjung usai kamu seperti kehilangan rasa percaya diri, dan lebih sering melamun.
Tekanan darah rendah, kadar gula darah yang rendah, dan juga kelelahan yang menyebabkan kamu sering melamun.
Gejala stres mahasiswa interpersonal : slow response pada lingkungan sekitar.
Stress dapat membuat kamu menjadi kurang peka dengan lingkungan mu seperti teman-teman dan keluarga.
Kamu jadi lebih sering mengeluh karena tidak bisa berkontribusi dengan lingkungan dan teman.
Hal ini dapat memberi dampak negatif karena kamu memendam sendiri permasalahan dan tidak bisa menceritakan permasalahanmu kepada teman-teman dan keluarga.
Menyimpan permasalahan sendiri berdampak buruk pada kesehatan mental karena kamu tidak dapat mengekspresikan emosimu kepada orang lain. Kalau masalah semakin berlarut dan kamu tidak bisa menyelesaikannya sendiri akan lebih baik kalau kamu lebih terbuka dengan orang-orang disekitarmu.
–
Mengejar pendidikan memang harus berkerja keras. Namun, jika kesehatan mental mu tidak dijaga, maka apa yang kamu perjuangkan juga akan sia-sia.
Oleh karena itu, jika kamu memiliki gejala-gejala diatas dan kamu tidak bisa menanganinya sendiri, kami sarankan untuk segera menghubungi psikolog dan mendapatkan bantuan profesional.
Disadur dari :
- https://www.learnpsychology.org/student-stress-anxiety-guide/
- https://www.bestcolleges.com/resources/balancing-stress/
Written by Kadek Sharidevy