Teman Curhat yang Baik – Sebagai makhluk sosial, kita tentu tidak bisa hidup sendiri. Kita butuh orang lain sebagai teman curhat ataupun sekadar untuk teman mengobrol. Tentu akan jadi lebih menyenangkan ketika kita punya teman curhat yang baik, kan?
Eh, tapi, sebelum kita berandai-andai punya teman curhat yang baik, kita harus belajar dulu, nih, untuk menjadi seorang teman curhat yang baik pula.
Ketika ada seseorang yang datang kepada kita untuk mencurahkan isi hatinya, kita sering kali mati gaya. Bingung hendak merespons seperti apa. Nah, kunci utamanya cuma satu, loh, Dear! Yup, yaitu mendengarkan.
Kemampuan untuk menjadi seorang pendengar yang baik memang harus selalu kita asah. Tujuannya tentu saja agar orang-orang bisa menjadi nyaman berada di dekat kita. Nyaman juga untuk berbagi perasaan dengan kita.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa jadi pendengar sekaligus teman curhat yang baik?
Berikut ini, Riliv telah merangkum beberapa tips yang bisa kita terapkan ketika ada seseorang datang untuk curhat dengan kita. Yuk, simak bersama!
1. Teman curhat yang baik adalah pendengar yang baik pula
“Ah, males banget. Aku bosen kalau harus dengerin dia cerita. Capek!”
Mungkin, bagi sebagian orang, aktivitas mendengarkan cerita orang lain memang terasa membosankan. Kita hanya bisa diam dan menyimak dengan baik. Bahkan bisa jadi, ada kalanya, orang tersebut melontarkan pendapat atau pernyataan yang bertentangan dengan kita.
Mendengarkan perkataan seseorang juga sering dianggap sebagai kegiatan yang membuang waktu.
Akhirnya, banyak orang yang memilih untuk mendengarkan sambil mengerjakan aktivitas lain. Padahal, tindakan tersebut bisa membuat fokus terpecah. Lawan bicara juga tentu merasa kurang dihargai.
Satu hal yang terkadang dilupakan, nih. Kalau kita ingin didengar, maka kita harus belajar untuk mendengar. Begitu pula sebaliknya. Kalau kita mau mendengar, kita juga pasti akan didengar.
Mungkin saat ini, kita harus mengalah dan mendengarkan celotehan panjang teman kita. Mungkin saat ini, kita harus meluangkan waktu demi menyimak curhat kompleks dari teman kita.
Namun, tidak menutup kemungkinan kalau besok, kitalah yang butuh teman curhat. Kitalah yang butuh bantuan teman untuk mencurahkan isi hati kita.
Oleh karena itu, penting banget bagi kita untuk mulai belajar menjadi pendengar yang baik. Tidak perlu menggerutu terlebih dahulu, ya!
2. Sebagai teman curhat yang baik, hendaknya kita tetap menjaga eye-contact
Ketika mendengarkan cerita seseorang, ada baiknya kalau kita nggak cuma memasang telinga aja, nih! Melainkan juga memasang segenap jiwa raga dan pikiran kita untuk orang tersebut.
Gerak dan posisi tubuh kita akan turut menunjukkan keseriusan dalam mendengarkan curhatan dari seseorang. Aspek penting lainnya yaitu eye-contact atau kontak mata!
Ketika teman sedang bercerita, usahakan kita menjaga kontak mata dengan dia. Menjaga kontak mata akan membuat teman merasa diperhatikan dan dihargai. Sebisa mungkin, kita hindari distraksi lain ketika teman sedang bercerita, ya!
Coba bayangkan kalau kita sedang bercerita tentang suatu hal dengan bersemangat, eh, yang diceritain malah melamun atau tiba-tiba menyapa dan ngobrol dengan orang lain. Pasti kita akan merasa tersinggung, bukan?
Nah, jadi, sebaiknya, tetap jaga kontak mata ketika ada teman yang sedang curhat ke kita, ya!
3. Untuk menjadi teman curhat yang baik, jauhkan handphone dari jangkauan
Salah satu kiat untuk menjaga eye-contact adalah dengan menjauhkan handphone dari jangkauan kita ketika ada teman yang sedang bercerita.
Bisa dengan menyimpan handphone di dalam tas atau saku. Kita juga bisa meletakkan handphone dengan posisi layar telungkup menghadap ke bawah. Tindakan tersebut akan membuat teman merasa lebih dihargai.
Selain itu, kita juga jadi terhindar dari kemungkinan adanya distraksi karena notifikasi handphone. Kita pun akan lebih fokus kepada teman kita yang sedang bercerita.
4. Setelah teman selesai curhat, cobalah untuk menyimpulkan inti ceritanya
Menyimpulkan inti cerita teman (Photo by Christina Morillo from Pexels)
Ketika teman sedang bercerita, biasanya ia akan mengungkapkan cerita tersebut dengan penuh semangat. Akhirnya, tanpa sadar, ceritanya jadi melompat-lompat dan tidak runtut. Kalau hal tersebut terjadi, tidak perlu dipotong, ya! Cukup dengarkan saja dulu.
Lalu, kalau teman sudah selesai bercerita, barulah kita bisa mencoba untuk menyimpulkan inti cerita yang ia sampaikan.
Tujuannya adalah agar pemahaman kita sudah cukup sesuai dengan poin yang diinginkan oleh teman. Dengan begitu, kita pun dapat memikirkan respons yang sesuai. Selain itu, teman kita tentu juga akan merasa benar-benar didengarkan dan dihargai.
5. Kalau ada potongan curhat teman yang kurang jelas, tanyakan saja!
Ada kalanya, kita kurang menangkap beberapa poin dari curhatan yang disampaikan oleh teman. Jangan khawatir!
Kita bisa menanyakan bagian tersebut kepada teman dengan bahasa yang baik. Menanyakan hal-hal yang kurang kita pahami akan jauh lebih baik daripada kita sibuk menerka-nerka sendiri.
6. Menjadi teman curhat yang baik bukan berarti tidak boleh jujur
Kalau teman sedang curhat tentang sesuatu yang kurang kita pahami, kita boleh menyampaikan keterbatasan kemampuan kita, loh!
Contohnya, ketika teman kita bercerita panjang lebar tentang lingkungan kerjanya di sebuah perusahaan yang lingkungan kerjanya berbeda dengan perusahaan tempat kita bekerja.
Nah, pasti kita akan kesusahan untuk membuat gambaran tentang kondisi yang digambarkan oleh teman kita.
7. Boleh berbagi pengalaman, tapi tidak perlu menghakimi
Apakah temanmu pernah bercerita tentang sesuatu yang juga pernah kamu alami sebelumnya?
Jika iya, pasti kita merasa tergelitik untuk turut menceritakan pengalaman kita, termasuk cara kita menghadapi situasi tersebut.
Apalagi kalau ternyata teman kita hampir melakukan kesalahan seperti yang kita lakukan dulu. Wah, pasti rasanya gemas sekali ingin langsung berkomentar, ya?
Eits, tapi tahan dulu! Kita perlu menunggu hingga teman kita menyelesaikan keseluruhan cerita. Kemudian, kalau teman kita meminta saran, barulah kita bisa ikut berbagi tentang pengalaman kita.
Namun, jangan sampai terlena, ya! Jangan sampai karena keasyikan cerita, eh, malah kita balik curhat ke teman. Atau lebih parah lagi kalau kita malah terkesan menghakimi keputusan yang dibuat oleh teman. Wah, jangan, ya!
Kalau perlu, kita bisa juga menambahkan kalimat seperti, “Kalau berdasarkan pengalamanmu, sih, gitu. Tapi kondisi setiap orang, kan, beda-beda, ya. Kalau menurut kamu gimana? Cukup sesuai nggak, sama yang kamu alami?”
Sebisa mungkin, kita kemas agar cerita yang kita bagikan tidak berbalik menjadi sebuah bentuk penghakiman atas tindakan teman kita, ya!
…
Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk mulai menerapkan tips di atas dan menjadi teman curhat yang baik bagi teman-temanmu?
Menjadi teman curhat sekaligus pendengar yang baik memang bukanlah sebuah proses yang instan.
Kita masih perlu banyak belajar untuk mendengar dan bersabar. Namun, percayalah, selama proses tersebut, kita akan mendapat banyak pelajaran berharga yang membuat kita akan semakin terlatih menjadi seorang teman curhat yang baik.
Eiits, kalau kamu sendiri juga butuh teman curhat akan masalah kesehatan mental, kamu juga bisa melakukan curhat online melalui aplikasi konseling online Riliv, lho! Semoga kamu selalu bahagia!
Referensi:
- Edberg, H. (August 25, 2020). How to Become a Better Listener: 10 Simple Tips. The Positivity Blog. Disadur dari https://www.positivityblog.com/better-listener/
Ditulis oleh Nur Nisrina Hanif Rifda, temanmu bercerita.
Baca juga:
Kenapa Harus Percaya Diri? Ini 9 Alasannya!