Jam kerja karyawan –Â Jam kerja karyawan tentu menjadi sebuah isu paling dasar yang ditangani oleh HR. Mulai dari biaya per jam kerja hingga total jam kerja yang dibutuhkan karyawan untuk mencapai target.
Dari tahun ke tahun, sebuah prinsip 9-to-5 sudah menjadi gaya hidup karyawan.
Namun dengan berkembangnya zaman, tentulah hal tersebut tidak lagi berlaku khususnya bagi para millennials!
Sinergi dengan teknologi serta munculnya pekerjaan baru yang disruptif menimbulkan adanya gaya bekerja yang berbeda dari sebelumnya.
Apalagi beberapa startup menyadari bahwa pekerjaan rutin 8 jam memicu banyaknya masalah psikologis hingga produktivitas karyawan.
Jika Anda tertarik untuk mengembangkan potensi perusahaan Anda dan merebut hati karyawan millennials, simak penjelasan Riliv for Company berikut ini.
Jam kerja karyawan yang panjang TIDAK menjamin kualitas pekerjaan
Umumnya, Anda menghitung jam kerja berdasarkan durasi per minggu, bukan?
Terlebih ada peraturan yang menjamin jam kerja maksimal karyawan yakni sekitar 40 jam per minggu.
Apakah Anda merasa perlu lebih banyak waktu untuk bekerja? Anda menemui bahwa karyawan Anda justru bermalas-malasan dan perlu menambah jam kerja agar lebih produktif?
Sayangnya, hal ini justru berbanding terbalik dengan alasan adanya 9-to-5 ini.
Henry Ford menciptakan konsep 8 jam bekerja untuk meningkatkan produktivitas dari yang sebelumnya 12 jam bekerja!
Inilah konsep penting bahwa jam kerja yang panjang bukan berarti kualitas pekerjaan bertambah.
Terlebih lagi dengan banyaknya akses komunikasi dan kebutuhan semakin meningkat, jam kerja 8 jam sudah tidak lagi menarik bagi millennials yang mulai memasuki usia produktif.
Negara Skandinavia seperti Denmark dicap sebagai negara paling bahagia di dunia. Jam kerja mereka? Hanya 27 jam per minggu.
Namun kualitas kerja mereka jangan ditanya. Mereka benar-benar memanfaatkan waktu dengan efektif!
Part-time working schedule: jam kerja karyaman dalam paruh waktu
Jam kerja paruh waktu dianggap sangat cocok dengan millennials, karena memberikan mereka waktu untuk melakukan banyak kegiatan yang mereka minati, misalnya menekuni hobi mereka atau menghidupi aktivitas sosial bersama teman-teman dalam lingkar pertemanan.
Jadwal kerja yang biasanya ‘dipotong’ dari jumlah waktu bekerja penuh waktu tidak selalu hanya berbentuk ‘jam’.
Misalnya, ada start-up atau perusahaan yang memberikan jadwal kerja kepada karyawan hanya dari hari Senin sampai Rabu, atau Rabu sampai Jumat. Biasanya, jam kerjanya pun akan ‘dipotong’, dimulai dari jam 11 pagi, hingga jam 7 malam.
Jam kerja paruh waktu juga dianggap sebagai jam kerja karyawan yang ramah akan kehidupan pribadi karyawan, dan memaksimalkan work life balance dalam kehidupan karyawan Anda.
Beberapa millennials juga menggunakan peluang kerja paruh waktu ini untuk bisa bekerja sambil mengeyam pendidikan di perguruan tinggi, mengambil kursus, atau menambah penghasilan dengan freelance.
Flexible working hour, jam kerja fleksibel untuk millennials yang tech-savvy
Remote working tidak mengharuskan karyawan untuk hadir terus-menerus ke kantor. Hal yang sama juga berpengaruh pada jam kerja millennials yang bekerja dalam perusahaan dengan jadwal kerja yang fleksibel.
Jika part-time working hour masih memiliki jadwal tetap yang ditentukan dengan rentang hari dan jam, flexible working hour tidak memiliki patokan waktu dan hari tersendiri.
Karyawan diberikan estimasi jam kerja dalam seminggu yang bisa ia gunakan dengan maksimal untuk memenuhi target pekerjaan dan tugas yang diberikan oleh atasannya.
Dengan memberikan jam kerja yang fleksibel, manajer seperti Anda bisa mendorong karyawan dapat memanfaatkan waktu tersebut dengan maksimal, dan menghasilkan produk atau laporan yang lebih apik, inovatif, dan total.
Meskipun berarti, flexible working hour menuntut kemampuan manajemen waktu yang baik, bijak, dan tepat guna dari millennials.
Di balik gaya bekerja yang terdengar menyenangkan ini, ada tanggung jawab besar dan tantangan tersendiri. Anda harus bisa mengevaluasi produktivitas secara berkala.
Karyawan tidak hanya membutuhkan gaji, tetapi benefit lain untuk jangka panjang
Anda mungkin menghitung gaji berdasarkan jam kerja. Tetapi bagi millennials, hal itu tidak dapat menggantikan kebahagiaan mereka untuk jangka panjang.
Bisa jadi, pemberian kualitas kerja yang baik juga menjadi keuntungan bekerja di perusahaan Anda. Atau tunjangan kesehatan serta lingkungan kerja yang ramah untuk mereka.
Ini artinya, bekerja full time tidak lagi menarik bagi mereka. Millennials lebih memilih bekerja part time namun mendapatkan benefit yang melimpah.
Bagi millennials saat ini, gaji cuti, hak cuti hamil dan gaji saat cuti hamil telah dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan telah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh semua perusahaan.
Layanan kesehatan mental seperti konsultasi psikologi online dan kelas karyawan untuk meningatkan produktivitas akan menjadi nilai tambah yang menarik.
Riliv for Company memiliki program kerjasama Employee Assistance Program sebagai berikut:
- Konseling karyawan langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu untuk konsultasi psikologi online
- Kelas untuk karyawan dari pakar dunia psikologi, karir, dan mindfulness untuk menemukan performa maksimal dari karyawan Anda
- Konten mindfulness berupa audio guide mindfulness content untuk menciptakan fokus dan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga Anda bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna
- Harga terjangkau karena Anda akan langsung mendapatkan semua paket dalam harga yang masuk akal
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Bila Anda tertarik untuk bekerjasama dengan Riliv for Company demi investasi kesehatan mental para karyawan Anda, kontak Taya – 0895-6097-98517 atau Indra 0857-8587-5736 untuk informasi lebih lengkap tentang motivasi karyawan dan peningkatan produktivitas karyawan.
Sumber:
- https://www.thebalancecareers.com/what-is-a-flexible-work-schedule-2063677
- https://www.themuse.com/advice/the-death-of-the-9to5-why-well-all-work-flex-schedules-soon
Ditulis oleh: Rachel Emmanuella
Baca juga:
Penyebab Burnout: Waspada Tipe Karyawan Ini Mudah Terserang!