Diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Jenis Sindrom Psikologi – Apa yang dimaksud dengan sindrom sebenarnya? Menurut Merriam-Webster, istilah syndrome dalam bahasa Inggris diartikan sebagai kumpulan dari berbagai gejala (symptoms) yang menyusun sebuah kondisi abnormalitas. Jadi, jelas bahwa sindrom psikologi adalah kumpulan dari gejala-gejala gangguan psikologis yang muncul pada individu sehingga menyebabkan penyakit yang serius. Lalu, apa saja sih jenis-jenis sindrom psikologi yang ada di sekitar kita? Bagaimana menanganinya? Riliv akan membahasnya dalam artikel ini!
Jenis-jenis Sindrom Psikologi yang Umum Ditemui
Down Syndrome
Down syndrome adalah kelainan genetik paling umum yang ditemukan yaitu pada 1 dari 400-1500 bayi yang baru lahir. Sindrom ini disebabkan oleh kelainan kromosom.
Bagaimana down syndrome bisa terjadi? Normalnya, manusia memiliki 46 kromosom pada setiap selnya, 23 diwarisi dari ibu dan 23 lainnya diwarisi oleh ayah. Sementara, anak dengan kondisi ini memiliki 47 kromosom dalam selnya. Kelebihan kromosom inilah yang menyebabkan gangguan belajar dan ciri fisik tertentu pada anak.
Meskipun kondisi ini berlangsung seumur hidup, perawatan dan pelatihan yang tepat dapat diberikan kepada anak agar dapat tumbuh dengan sehat dan bahagia.
Savant Syndrome
Sindrom Savant merupakan suatu kondisi yang jarang terjadi. Kondisi ini memunculkan kemampuan yang luar biasa pada sebagian orang yang mengalami kecacatan (seperti autis, atau cedera otak). Satu dari 10 orang dengan spektrum autis mengalami kondisi ini. Contoh terbaik pengidap sindrom Savant adalah tokoh yang diperankan Dustin Hoffman di film Rain Man, yang bisa mengingat isi 6000 buku dengan judul yang berbeda-beda.
Sebuah survei yang pernah dilakukan sebelumnya pada 5400 anak dengan autisme, 531 diantaranya dilaporkan memiliki kemampuan yang spesial. Selain itu, sindrom ini juga terjadi pada 1 dari 1.000 orang dengan kerusakan otak atau defisit kognitif.
Sindrom Savant lebih banyak dialami oleh laki-laki dibanding perempuan yaitu dengan perbandingan 6:1.
Asperger’s Syndrome
Sindrom asperger adalah gangguan neurologis atau saraf yang tergolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Namun, sedikit berbeda dengan spektrum autisme, penderita sindrom ini biasanya cukup cerdas dalam bahasa, namun kesulitan saat berkomunikasi atau melakukan interaksi dengan orang lain.
Sindrom ini terjadi pada anak-anak, dan akan bertahan hingga dewasa. Belum ditemukan obat untuk sindrom ini, namun sindrom asperger dapat didiagnosis dan ditangani sejak anak masih kecil, sehingga dapat membantu perkembangan anak.
Williams-Beuren Syndrome
Sindrom Williams-Beuren adalah kelainan genetik yang mempengaruhi banyak bagian tubuh. Salah satu efek dari sindrom ini dapat terlihat pada fitur wajah yang sering kali termasuk dahi yang lebar, hidung pendek, dan pipi penuh. Penampilan wajah individu dengan sindrom ini digambarkan dengan wajah seperti muka “peri” karena selalu tampak ceria atau tersenyum.
Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya gen tertentu. Williams Syndrome (WS) menyerang 1 dari 10 ribu orang di seluruh dunia, dan sebanyak 20-30 ribu kasus ini terjadi di Amerika Serikat (AS).
Muchausen Syndrome
Sindrom ini menyebabkan seseorang sering memalsukan gejala penyakit, baik fisik maupun mental. Seseorang dengan sindrom ini akan menciptakan suatu gejala atau penyakit untuk mendapatkan penanganan, perhatian, dan simpati dari tenaga medis. Jadi, bisa dibilang orang-orang dengan sindrom Muchausen ini bersifat manipulatif dan punya kecenderungan berbohong patologis, karena setiap kali dibilang bahwa dirinya tidak sakit, ia malah berpindah dari rumah sakit satu ke rumah sakit lainnya untuk menghindari ketahuan. Penderita sindrom Muchausen ini seringkali pernah memiliki trauma secara emosional yang membuatnya selalu ingin diperhatikan.
Ada relasi kuat sindrom ini dengan sindrom lainnya yang bernama Muchausen Syndrome by Proxy. Sindrom yang satu ini lebih tampak seperti gangguan mental yang melibatkan abusive behavior karena terus menerus membuat seseorang sakit agar dirinya merasa dibutuhkan.
Fregoli Syndrome
Seseorang dengan sindrom ini akan merasa bahwa orang-orang yang ada di sekitarnya adalah sama dan hanya berubah bentuk wajah.
Misalkan A adalah seseorang yang memiliki sindrom ini. Ia akan menganggap adik, kakak, orang tua, atau pasangan sebagai satu orang yang sama, yang kemudian terus berganti penampilan untuk menipu A. Kedengarannya aneh, tapi sindrom ini memang benar adanya.
Ekbom Syndrome
Sindrom Ekbom adalah sindrom yang menyebabkan seseorang mengalami delusi bahwa terdapat parasit di dalam tubuhnya. Delusi biasanya terjadi seputar hewan kecil seperti kutu. Sindrom ini dapat menjadi gejala skizofrenia ataupun depresi, terutama bagi orang tua.
Penanganan Berbagai Jenis Sindrom Psikologi
Dari sekian banyaknya sindrom psikologi yang kita temui, penanganan terbaiknya adalah berkonsultasi langsung dengan ahli medis dan ahli psikologi. Beberapa terapi juga diyakini bisa membantu pengidap sindrom-sindrom psikologi untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekelilingnya serta beraktivitas dengan produktif. Misalnya, terapi bicara atau bahasa, terapi fisik, terapi pekerjaan, terapi makan, dan integrasi sensorik yang ditujukan kepada pengidap sindrom Williams-Beuren. Namun di samping itu penderita Williams-Beuren juga perlu melakukan operasi di stenosis arteri pulmonal atau aorta supravalvar, insufisiensi katup mitral, dan/atau stenosis arteri ginjal, sebab sindrom Williams-Beuren tidak hanya tampak pada kelainan fisik, namun juga pada fungsi organ tubuh individu yang mengidapnya.
Beberapa intervensi keluarga juga diperlukan untuk individu dengan down syndrome, Asperger’s syndrome, dan Savant syndrome. Sebab kebutuhan pendidikan anak-anak dengan ketiga sindrom ini akan sangat berbeda. Untuk anak-anak dengan down syndrome, risiko penyakit katarak sangatlah rentan. Maka dari itu, sejak kecil, mereka perlu diperiksa pendengaran dan penglihatannya, serta diperlukan operasi yang tepat waktu.
Pendidikan anak dengan metode Montessori dipercaya bisa membantu orang tua dengan anak-anak yang mengalami down syndrome. Sebab pendidikan dengan metode Montessori tidak memaksakan anak untuk berproses sesuai dengan kurikulum, melainkan menyesuaikan kecepatan belajar anak, lebih banyak belajar visual, dan menyediakan lingkungan yang suportif demi mendukung perkembangan kognitif anak.
Lain halnya dengan anak-anak dengan Asperger’s syndrome, yang biasanya akan mudah bosan di kelas. Hal ini disebabkan karena rata-rata anak dengan Asperger’s syndrome memiliki kemampuan akademik yang melebihi anak-anak seusianya. Selain itu, mereka juga sensitif dengan bau, sentuhan, atau bunyi-bunyian keras. Maka dari itu, lingkungan belajar anak pengidap Asperger’s syndrome harus disesuaikan dengan kebutuhan pribadinya. Beberapa anak mungkin merasa cemas apabila ada suara keras di sekitarnya, namun ia akan merasa tenang apabila ada objek tertentu yang dilihatnya. Maka dari itu, guru pendamping anak dengan Asperger’s syndrome harus senantiasa aware dengan mengobservasi perilaku anak. Begitu pula dengan Savant syndrome, baik guru pendamping maupun orang tua harus memahami interest anak dan bakatnya, sehingga bisa mengarahkan anak untuk mengembangkan bakatnya tersebut.
Nah, apakah di antara kamu memiliki teman atau kerabat yang mengidap sindrom-sindrom psikologi di atas? Yuk, segera konsultasikan bersama psikolog profesional Riliv!
Referensi:
- Akhtar, F., Bokhari, S.R.A. (2022). Down Syndrome. Tampa, Florida: StatPearls Publishing.
- Bellanger, A. P., Crouzet, J., Boussard, M., Grenouillet, F., Sechter, D., Capellier, G., & Millon, L. (2009). Ectoparasitosis or Ekbom syndrome? A case report. Canadian family physician Medecin de famille canadien, 55(11), 1089–1092.
- Kazemi, M., Salehi, M., & Kheirollahi, M. (2016). Down Syndrome: Current Status, Challenges and Future Perspectives. International journal of molecular and cellular medicine, 5(3), 125–133.
- Mojtabai R. (1994). Fregoli syndrome. The Australian and New Zealand journal of psychiatry, 28(3), 458–462. https://doi.org/10.3109/00048679409075874
- Pober B. R. (2010). Williams-Beuren syndrome. The New England journal of medicine, 362(3), 239–252. https://doi.org/10.1056/NEJMra0903074
- Treffert D. A. (2009). The savant syndrome: an extraordinary condition. A synopsis: past, present, future. Philosophical transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological sciences, 364(1522), 1351–1357. https://doi.org/10.1098/rstb.2008.0326
- Toth, K., & King, B. H. (2008). Asperger’s syndrome: diagnosis and treatment. The American journal of psychiatry, 165(8), 958–963. https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2008.08020272