Dear, apakah yang terlintas di pikiranmu ketika melihat rumah besar? Jika kamu langsung berpikir bahwa orang tersebut pasti orang dengan ekonomi menengah ke atas, yuk kita coba cari kemungkinan lain yang lain lebih kreatif. Pernahkah kamu membayangkan bahwa ada 10 orang di dalamnya? Atau bahkan lebih? Nah, jika kamu pernah menemukan contoh seperti itu, kamu mungkin paham bahwa mereka tinggal bersama dengan keluarga besarnya.Â
Mereka yang tinggal bersama keluarga besar mempunyai sosok lain selain orang tua dan saudara. Mereka punya kesempatan untuk bermain dengan keponakan, om, tante, dan bahkan kakek serta nenek. Lalu, apa bedanya tinggal bersama banyak anggota dalam satu rumah? Apakah memang benar tinggal bersama banyak saudara, sepupu, dan keponakan itu lebih seru?
Struktur Keluarga dan Dinamikanya
- Inti
Terjadi jika kedua orang tua tinggal bersama dengan anak-anaknya. Dengan tinggal bersama keluarga inti, ruang privasi menjadi lebih besar sehingga meminimalisir campur tangan dari anggota lain untuk masuk ke dalam permasalahan yang sedang terjadi. Ibu dan ayah juga lebih bebas dan merasa aman untuk menetapkan aturan-aturan dalam keluarganya tanpa perlu merasa dikomentari oleh anggota keluarga lain, sehingga rasa bertanggung jawab pada anak akan semakin besar. Bagi anak, tinggal bersama orang tua dan saudara kandung saja dapat memberikan ruang yang lebih luas untuk membangun hubungan yang baik dengan orang tuanya. Pada beberapa kasus, anak yang tinggal di keluarga besar dapat mengadukan perilaku orang tuanya ke anggota lain, seperti nenek atau kakek. - Besar
Keluarga Besar atau Batih adalah gabungan beberapa keluarga inti atau ditambah dengan anggota lain yang sudah atau belum menikah. Anggota keluarga besar bisa merasa kekurangan ruang personal untuk menetapkan aturan dan menyelesaikan persoalan. Sisi baiknya, jika anggota dalam keluarga batih bisa saling memahami batas, maka bisa mendapat social support yang lebih besar secara langsung. Kecemburuan antar saudara bisa meningkat dalam lingkungan ini. Tak jarang, pertengkaran lebih sering terjadi di antara anggota. Kembali ke sisi yang baik, anak dalam lingkungan ini bisa mendapat pengawasan yang besar dari anggota lain selain orang tua dan saudaranya.
Nah, situasi-situasi di atas sering terjadi di Indonesia, Dear. Sebenarnya, tidak ada yang lebih baik atau buruk. Selama ada aturan yang jelas, pengelolaan konflik dan komunikasi yang baik, tinggal dengan sedikit ataupun banyak anggota bisa menjadi menyenangkan dan berdampak baik bagi kesehatan mentalmu lho!
Disadur dari:
- Kumar, Ashwani. (2011). The Changing Face of Family & Its Implications On The Mental Health Profession in Delhi. Delhi Psychiatric Journal, 14, 5 – 8
Ditulis oleh Elvira Linda Sihotang.